Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Sabtu, 28 Oktober 2023

TRAUMA-KU



Trauma itu nyata, depresi itu nyata, anxiety itu nyata. 


Aku pernah mengorbankan banyak hal, waktu yang tidak akan pernah kembali dan tidak akan pernah ternilai juga tidak mungkin bisa terganti oleh apapun, tenaga yang selalu kuusahakan, harta yang tidak seberapa, kesetiaan yang selalu aku utamakan, tapi berkali-kali aku dikhianati oleh mereka yang tidak pernah mengerti betapa sulitnya menghilangkan rasa tidak percaya lagi kepada orang lain yang terbentuk menjadi trauma, iya, sekarang aku trauma untuk menaruh perhatian dan rasa sayang juga cinta kepada orang lain lagi. 

Ini bukan tentang pecintaan atau hubungan antara dua orang kekasih, tapi ini antara aku dan seorang anak yang dulu sangat amat aku sayangi melebihi batasan yang ada.


Aku memang pernah menangis karena orang tua, menangis karena kehilangan keluarga, pernah juga menangis karena cinta, sesekali aku juga pernah menangis, marah, kecewa karena disakiti dan dikhianati oleh orang lain dan itu hal biasa. Tapi dari itu semua, aku tidak pernah menyimpan rasa trauma. 

Tapi untuk kali ini aku sering menangis dan bahkan merasa hancur karena dipaksa dijauhkan untuk kesekian kalinya dari anak yang kita sama-sama saling membutuhkan. 

Dia yang membutuhkanku dalam segala hal, perhatian, kasih sayang, materi, dan apapun itu yang dia butuhkan pasti akan aku sediakan termasuk keberadaanku kapanpun dia memanggil namaku. 

Dan aku yang membutuhkan dia untuk semangat hidup, alasan kenapa aku masih harus menjaga kesehatan, alasan kenapa aku harus berubah menjadi lebih baik, alasan aku harus mencari rezeki yang baik dan halal, dan banyak alasan kenapa kami saling membutuhkan.


Ya, sampai saat ini aku menjadi tidak suka kepada anak-anak, diriku menolak untuk dekat dengan mereka, pikiranku menjauh, hatiku merasa tidak nyaman jika harus dekat dengan anak-anak lagi. 

Mereka yang rewel, menjengkelkan, apa-apa nangis, ingin selalu dimengerti, tidak mau menurut, susah dibilangin, melawan, jajan terus, mereka juga selalu mendekati dan tiba-tiba mengganggu. 

Dulu, aku bisa mengatasi semua itu, senakal-nakalnya anak aku bisa merubahnya menjadi anak yang baik bahkan menjadi jelmaan manusia terbaik yang bisa aku rubah sejauh ini. Itu dulu. 

Tapi untuk saat ini, melihat mereka saja rasanya iyuh!! Oh my God! No! No! 


-----


"Aku memang menjadi tidak menyukai anak-anak lagi, tapi bukan berarti aku membenci mereka".


-----


Tidak akan pernah ada seorang pun yang tau sesakit apa aku bisa bertahan sampai sejauh ini, tidak akan pernah ada satu orang pun yang mengerti bagaimana aku berusaha untuk selalu kuat dan terlihat baik-baik saja di depan semua orang. 

Selain kebetulan menulis untuk artikel dan menjadi sumber penghasilan, sesekali aku juga menulis untuk blog pribadi, tapi terkadang aku juga membutuhkan pendengar yang baik. 

Aku juga membutuhkan beberapa obat untuk mengurangi rasa sedih agar air mataku tidak selalu terjatuh.

Terkadang jam tidurku juga selalu terganggu hanya karena memikirkan rasa traumaku.

Setiap hari aku selalu berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri, bahwa suatu hari nanti kehidupanku akan kembali baik-baik saja. 


Aku memang trauma.

Nyatanya sudah terlalu lama aku menyimpan rasa kecewa, terlalu lama berpura-pura tidak terluka, aku juga sudah terlalu lama berjalan sendirian.

Banyak pasang mata yang melihat diriku baik-baik saja, aku juga selalu menghabiskan waktu untuk menjelajahi setiap sudut kota, bepergian kebanyak tempat yang bahkan orang disekitarku saja tidak tau ada tempat itu, berusaha bertemu dengan banyak orang dan menggodanya bahkan berjanji untuk setia kepadanya, padahal pada kenyataannya semua itu aku lakukan untuk menutupi banyak luka yang semakin hari semakin bertambah sakit. 

Hatiku tetaplah menjerit, kepalaku masih penuh dengan riuh, jiwaku juga masih basah dengan banyaknya rasa, lelah.



Tapi aku sudah sampai pada titik ini.

Titik dimana apapun yang terjadi ya terjadilah.

Bukan karena aku sudah menyerah, tapi aku hanya belajar untuk mengikhlaskan. 

Aku juga manusia biasa yang hanya bisa mengantisipasi tapi tidak bisa menahan apalagi memaksakan dari sesuatu yang memang seharusnya terjadi.

Tugasku sekarang hanyalah menerima, menjalankan dan mencari makna dari setiap kejadian. Aku juga berusaha untuk menguatkan diri agar lebih baik lagi dan siap dengan kenyataan-kenyataan yang selanjutnya akan datang. 

Siap untuk bahagia ataupun sebaliknya.



Pelajaran hidup yang kudapat sejauh ini adalah bahwa sebaik apapun aku kepada orang, belum tentu aku mendapat perlakuan yang sama, terlalu baik kepada orang pun juga tidak baik. 

Aku tidak boleh merasa tidak enak kepada orang lain agar mereka juga tidak memperlakukanku dengan seenaknya.

Jangan pernah merepotkan orang lain jika aku sendiri tidak ingin direpotkan oleh mereka. Belajar untuk mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain.

Jangan hidup dalam iri dan dengki, karena aku tidak pernah tau effort apa yang sudah orang lain lakukan untuk mencapai semua itu. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena aku pun sudah jelas belum tentu baik sepenuhnya.

Karena semakin kesini, hidup harus lebih hati-hati lagi. Hati-hati dari orang yang palsu dan berpura-pura baik. Tidak sedikit orang yang ingin menjatuhkan dan tidak suka ketika melihatku lebih baik darinya. 

Aku akan belajar untuk tetap menjadi baik, jangan berusaha untuk dendam hanya cukup mengetahui bagaimana sifat orang lain seperti apa. 

Jangan membalas kejahatan yang orang lain lakukan.

Tetap rendah hati dan berharap untuk selalu dijauhkan dari banyaknya keburukan.



Aku juga akan bilang kepada diriku sendiri.

Tidak apa-apa, ini hanya dunia. Jangan terlalu berlebihan.

Maafkan semuanya. Maafkan mereka, maafkan siapa saja, dan maafkan yang membuatku kecewa. Entah itu dari keadaan atau dari orang lain.

Mempunyai ekspetasi itu manusiawi dan kecewa karenanya adalah hal wajar dalam kehidupan yang harus aku jalani, maafkanlah semuanya. 

Maafkan juga diriku sendiri yang mungkin tidak bisa sama dengan orang lain dalam hal apapun. 

Berterimakasih juga pada diriku sendiri yang sudah bisa tetap berdiri ditengah beratnya kehidupan duniawi.

Semakin ikhlas semakin tenang. Belajarlah untuk berlapang dada, karena tidak semua yang aku inginkan itu adalah yang terbaik. Sesulit apapun keadaanku, ajarilah hatiku agar bisa menerima kenyataan tanpa membencinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁