Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Kamis, 08 Februari 2024

Nugraha is My Name (part 21)

Nugraha is My Name (part 21)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


-------


Jangan halangi kebagiaanmu dari apa yang belum tentu terjadi. 


-------


Aku pernah menjadi seorang anak dengan sedikit privilege, tapi semakin bertumbuhnya usia dan seiring berjalannya waktu aku menemukan jalanku sendiri tanpa harus sejajar dengan orang lain. Aku tumbuh menjadi sosok yang biasa dan teramat nyata, berdiri dengan kaki sendiri tanpa sandaran apalagi sokongan. 

Aku juga tidak membutuhkan sebuah apresiasi. Hidupku biasa saja seperti tidak memiliki ambisi.

Ketika gagal, aku hanya  akan kembali mengulang dan memperbaiki semuanya sendiri. Ketika berhasil, aku akan tetap diam tanpa ekspresi. 

Dan selebihnya mungkin aku akan tetap menjadi bidak catur, sekuat tenaga aku berjuang, aku tidak akan pernah menjadi seorang raja. Tapi aku mempunyai kelebihan dibanding mereka yang memiliki mahkota. 

Aku bisa menjadi orang yang bebas, bebas menentukan pilihan, bebas memilih jalan, bebas berkelana, dan bebas harus bersikap seperti apa. 

Tidak akan pernah ada tuntutan dari siapapun dan tanggungjawab kepada siapapun. 

Aku benar-benar menjadi orang yang sangat bebas. 



Tentang kebebasan dan kebahagiaan yang bisa kapan saja ingin aku rasakan. 

Aku tidak pernah takut untuk melakukan hal-hal yang mungkin tidak biasa untuk orang lain lakukan. Banyak orang yang terlalu takut untuk terbuka akan jati dirinya, banyak diantara mereka yang menutup rapat bagaimana kehidupan pribadinya hanya karena tidak siap untuk dibenci dan tidak disukai oleh orang-orang disekitarnya. 

Tidak sedikit yang memutuskan untuk menikah agar orang lain tidak lagi meragukan identitas seksualnya. Tidak sedikit juga karena tuntutan dari keluarganya. Selebihnya karena memang sudah saatnya menikah karena lingkungan dimana dia berada. 

Aku priabdi tidak akan pernah ikut campur dengan keputusan orang lain, tapi aku membenci pengkhianatan. 

Dari pertama aku bisa berpikir dan merasakan, pengkhianatan adalah salah satu yang sangat tidak aku suka dan tidak akan pernah bisa aku biarkan. 


Really? Menikah karena ingin menyembunyikan orientasi seksual? 

Aku pribadi lebih baik dikatakan sebagai homo seumur hidupku daripada harus menyakiti seseorang yang dengan sengaja terikat oleh janji pernikahan yang begitu sakral.

Aku sudah bertemu dengan banyak orang yang melakukan hal seperti itu, menikah lalu mempunyai anak tapi diluar sana mereka mempunyai kehidupan lain yang tidak pernah diketahui oleh pasangannya seumur hidupnya. 

Aku mempunyai banyak ibu, ya mereka semua hebat, saudara-saudaraku juga kebanyakan perempuan. Rasanya tidak akan pernah rela jika dikhianati oleh pasangannya. 

Namanya So, dia adalah teman dari kakak pertamaku. Kehidupannya yang dingin dan kesepian juga berada di sebuah keadaan yang mungkin tidak akan pernah bisa untuk menunjukan siapa dia sebenarnya. Menikah adalah jalan terbaik yang bisa dilakukan. 

Menyakiti pasangan sebelumnya itu sudah pasti. 

Apakah ketika sudah menikah dia berubah? 

Tentu saja berubah, tapi itu hanya keadaannya saja. Kebiasaan lamanya? Bisa aku buktikan bahwa yang sudah tertanam di dalam sana tidak akan pernah hilang apalagi bisa diubah. Dia tetap masih dengan jati dirinya yang sebelumnya tapi pola dan caranya yang lebih baik. Menunggu waktu yang tepat, dengan cara yang lebih rapih dan aman. 

Bisa dibayangkan bagaimana jika pasangannya tau ketika baru sabulan menikah tapi bisa membuat hubungan baru dengan orang lain yang sama persis seperti sebelum terjadi pernikahan itu. 


Aku bisa saja meng-upload buktinya disini, tapi aku memilih untuk tidak melakukannya. Karena aku berharap bahwa dia akan mengurangi bahkan berhenti dari hal-hal yang tidak pantas dia lakukan. 


...dia mengatakan ada rasa kepadaku bahkan  sebelum terjadinya pemihakan itu...


Seberapa serius pun perkataannya, aku tidak akan pernah mau untuk melakukannya. 

Aku masih mempunyai perasaan untuk tidak ikut serta dalam sebuah pengkhianatan yang orang lain lakukan. 


Aku pribadi pernah ada di fase akan melakukan hal seperti itu, tapi aku tau bahwa hidup dengan sebuah kebohongan itu akan melelahkan dan sudah pasti tidak akan membuat diriku bahagia. 

Mungkin aku akan dicintai, entah itu dengan perkataan ataupun perbuatan, tapi aku tidak akan pernah tega untuk membohongi perasaanku sendiri dan membohongi pasanganku nantinya. 


Mungkin tulisan kali ini terlalu rumit dan membingungkan, tapi intinya adalah jangan menikah hanya karena ingin menutupi jati diri dan menyenangkan orang lain tapi diri sendiri tersiksa karena akan terus menerus menyimpan keinginan terdalam yang terkunci di dalam sana. 


---


Aku pernah dekat dengan orang yang sebelumnya menjadi pasangan So sebelum menikah. Bahkan sudah ada di tahap untuk serius. Tapi inilah aku yang terlalu kritis jika sudah menyangkut dengan sebuah komitmen. 

Aku sudah melihat akan bagaimana nantinya berjalan dan berakhir. 

Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menghapus keduanya dari hari-hariku. 


---


Aku juga bertemu dengan orang baru lagi. 

Masih ditahap perkenalan dan saling bertukar kabar bahkan hampir mendalam. 

Mungkin akan lebih baik dari orang-orang yang sebelumnya, dari cara dia berprilaku dan berpikir juga menjadi pendengar juga sedikit usaha. Tapi aku ragu ketika dia bilang bahwa keluarga adalah hal paling penting untuknya dibanding pasangannya nanti. Aku tau dan aku sadar, bagi kebanyakan orang keluarga adalah nomor satu. 

Jadi sudah jelas bahwa aku hanya akan menjadi orang yang mengisi kekosongan dari proses hidupnya sebelum sampai ke tahap untuk pilihan dia nantinya. Bahkan aku sudah tau bahwa aku tidak akan ada diantara pilihan itu nantinya. 


Aku yang menginginkan sebuah hubungan jangka panjang bahkan selamanya, sedangkan dia yang sudah tau pasti dan sampai kapan hubungan itu berakhir. Ketika dia berkata akan berusaha selama mungkin tapi aku tidak siap jika memang aku hanya pengisi kekosongan diluar dari banyak keinginan-keinginan terdalamnya. 


Aku lelah.

Aku lelah karena terlalu egois dan terlalu keras dengan semua keinginanku. 

Tapi aku juga bangga. 

Bangga ketika bisa mengendalikan semua yang terjadi dalam kehidupanku termasuk perasaan dan pikiranku. 

Apakah aku akan bahagia jika memang nantinya hidup sendiri? 

Dengan yakin aku akan menjawab, iya. 


Dengan ataupun tidak bersama orang lain, hidupku akan berada dalam sejumlah halangan dan rintangan. Tapi aku akan tetap di jalur awal dengan pilihan yang sudah aku jalani. Karena semua akan terlewati pada akhirnya. Mungkin akan ada sedikit luka dan memar, dan aku akan mengatakan bahwa hidup ini luar biasa. 


Aku takut tapi aku selalu yakin. 

Manusia selalu punya rencana, begitupun aku. 

Tapi aku sudah siap untuk tidak memakainya. 

Banyak hal yang tidak akan sesuai dengan rencana. 

Aku selalu belajar untuk menguasai cara berpikir cepat, bersikap cerdas dan selalu percaya insting juga tetap mengikuti naluri. 


-------


Aku sudah tau hanya belum mengalaminya (lagi).


-------


To be continued.