Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Senin, 20 November 2023

Nugraha is My Name (part 7)

 

 Nugraha is My Name (part 7)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


--------


"Jangan keliru membedakan kepribadianku dengan sikapku. 

Kepribadianku adalah jati diriku, sedangkan sikapku tergantung bagaimana tingkah lakumu terhadapku".



Aku tidak tau dengan beberapa kejadian diluar prediksi dan terjadi kepadaku belakangan ini, sebelumnya aku menulis tentang perjalananku dari awal yang diringkas sampai ke tahun 2016, tiba-tiba ada orang yang kembali muncul dari kehidupan lamaku, 2012-2013.

Actually terlewat di artikel dan tidak aku tulis karena memang tidak masuk dalam daftar orang-orang yang benar-benar aku ingat. Tapi setelah diingat-ingat lagi, oh iya ada orang yang namanya si ini si itu. Sudah bisa dipastikan bahwa kita memang pernah saling mengenal satu sama lain secara langsung dan dalam kurun waktu yang cukup lama.


--------


Pada awal tahun 2016 aku sudah membuat pengakuan kepadanya, kepada kakak pertamaku. Aku tau, pasti rasa kecewa itu ada, apalagi aku adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga.


Tapi aku berusaha meyakinkan dia bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak perlu memikirkan apa yang akan terjadi dengan kehidupanku, tidak perlu khawatir atas jalan yang sudah aku pilih, karena membuat pilihan itu tidaklah mudah, butuh waktu lama, perlu pertimbangan yang matang, aku harus siap dengan semua risiko yang akan terjadi dikemudian hari. Dan ketika melihat sisi baik atas apa yang sudah aku jalani, yang sebenarnya belum tentu orang lain mampu melewati apa yang sejauh ini sudah aku tempuh. Karena aku bilang bahwa hidup ini akan indah jika kita berjalan tepat dijalan yang kita mau selama itu tidak merugikan orang lain. Kita mempunyai cerita masing-masing, kita mempunyai pilihan hidup masing-masing, kita mempunyai cara untuk membuat hidup bahagia dengan cara kita masing-masing. 


"Perbandingan akan merusak kebahagiaan."


-------


2017.


Pada akhir tahun 2016 aku kembali bertemu dengan orang baru, namanya KF. 

Seseorang yang aku kenal dari sebuah sosial media dan bertemu pada sebuah acara audisi.

Dia adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mengajarkanku bahwa mempunyai banyak topeng dalam menjalani kehidupan itu menjadi sesuatu yang penting. 

Karena kita bisa memilih dan memakai topeng itu pada waktu dan kesempatan yang bisa disesuaikan. 

Tidak ada satu orang pun yang tau dia seperti itu, bahkan teman terdekatnya sekalipun. 

Saat itu dia masih bersekolah kelas 1 SMA.

Kita bertemu di setiap ada kesempatan. Sabtu Minggu sudah pasti menjadi hari dimana kita menghabiskan waktu bersama.


Hubungan kami tidak terlalu lama. Kalau tidak salah hanya berjalan sekitar 3-4 bulan saja.


Dulu kita suka membahas masa depan. 

Salah satunya rencana dia yang akan melanjutkan kuliah di kota Bandung tapi bingung mau mengambil jurusan apa. 

Saat itu aku memberinya saran agar dia mengambil kuliah hukum saja di UNLA. Karena pada saat itu aku melihat dia yang pandai berbicara dan suka berdebat.


Baru diketahui beberapa bulan yang lalu ada sebuah postingan dari akun Instagram kampus itu yang berisi sebuah pengumuman, dan salah satu kontak person-nya adalah nama dia beserta akunnya. 

Oh, ternyata dia memang benar mengikuti saranku.


2017 juga menjadi salah satu tahun dimana aku benar-benar mengeluarkan semua energi untuk melanjutkan kehidupan kala itu.

Bulan Februari aku kembali pulang ke rumah. 

Berpikir dan membuat rencana karena saat itu aku mulai stuck dengan kehidupan yang terus-menerus seperti itu. Rasanya membosankan. 


Kehidupan di rumah bagiku sangat berbeda. 

Yang biasanya menjalani kehidupan dengan kebebasan selama bertahun-tahun, tiba-tiba harus mengikuti aturan yang ada. Bangun subuh, beres-beres kamar dan rumah bagian atas saja karena lantai bawah sudah ada yang bersihin. 

Aku juga cukup dekat dengan kedua adik dari ibuku. Eka dan Rendi namanya. Tapi yang lebih dekat denganku si Rendi, bahkan sampai sekarang. 

Dulu aku membawa kebiasaan kota ke rumah yang ditiru oleh si Rendi. Dari mulai berpakaian, musik yang didengarkan, kebersihan kamar juga dia mengikuti caraku. Saat itu dia masih SMP kalau tidak salah. 

Dia selalu ingin ikut disaat aku pergi ke Bandung kalau ada keperluan. Bahkan sering sekali dari pas tahun 2016. Ya kita menginap di hotel, aku perkenalkan "inilah kota Bandung", lucu sih, pernah aku ajak nonton bioskop juga. Anak seumuran dia sedang suka diajak jalan-jalan. 

Bagus juga aku ada teman diperjalanan. 


Dan semua itu berlanjut sampai bulan Juni. Kebetulan itu sudah selesai lebaran.


Setelahnya aku pergi lagi ke Bali bersama salah satu temanku yang bernama Putra. Oh iya dia teman lamaku yang benar-benar teman. 

Ada fakta menarik, selama kita kenal dari awal sampai saat ini belum pernah bertengkar. 

Karena kita satu frekuensi, kita selalu nyambung untuk mengobrol dan membahas apapun meskipun memang ada beberapa hal yang tidak aku suka darinya dan sudah pasti sebaliknya. 

Kita selalu saling membantu. 

Bukankah itu yang harus dilakukan sesama teman?

Dia juga koki yang handal. 

Kita terakhir kerja bareng saat tahun 2021 ke Panajam. Kalimantan Timur. 


Pada saat di Bali aku menghabiskan waktu untuk bekerja dan bersenang-senang. Yang biasanya kesana hanya untuk liburan, tapi pada saat itu aku mencoba untuk bekerja. Aku menikmatinya.

Tapi tidak berlangsung lama. 


Karena 2 bulan kemudian, tepatnya bulan Agustus, aku pindah lagi ke Jakarta. 


Aku bertemu dengan beberapa teman yang baik dan selalu mengerti. 

Namanya Eka, perempuan yang aku kenal melalui facebook. Saat itu 2016 bermula dari chat yang berisi tentang penyakit yang hampir sama denganku yang pernah aku share disebuah grup pendukung. Biasalah, bertanya informasi dan share pengalaman. 

Dan 2017 baru kita bertemu. 

Dia salah satu temanku yang cantik dan sudah dipastikan satu frekuensi. 


Saat itu Eka masih kuliah di Moestopo Jakarta Selatan. 

Karena kami sering bertemu, aku juga diperkenalkan pada kedua temannya yang lain, yaitu Fe si perempuan introvert pemilik kulit putih alami, dan Yudis si cowok gemoy. 

Kita selalu menghabiskan waktu bersama hampir setiap hari. 

Tempat nongkrong kami itu McDonald's STC Senayan dan stand tukang sate taichan Mas Boy.

Kami masih berteman hingga saat ini. 


Agustus juga menjadi bulan dimana aku pernah bertemu dengan seseorang yang menyadarkanku bahwa "dunia ini memang sangatlah rumit, terkadang juga kacau, bahkan juga berantakan. Tapi memang sudah seharusnya kita menjalani dan menerima itu semua."


Namanya Rn. 

Entahlah. Pada saat itu aku bertemu dengan banyak rasa secara bersamaan. 

Bahagia karena bertemu teman-teman yang baik, aku juga terlalu cepat untuk jatuh hati kepada seseorang dan tanpa sadar aku mencintainya tanpa mengenalnya dengan benar. 

Dia mempunyai kepribadian yang baik, sayang dengan keluarga, perhatian kepadaku, dan dia juga perhatian kepada semua orang yang baru dia kenal. 

Bahkan dia melakukan hal yang tidak pantas bersama salah satu temannya disaat aku berdiri dibelakangnya. 


Ayolah!

Aku yang baru bangkit dari keterpurukan, dan dia menghancurkannya lagi. Menghancurkan hatiku, perasaanku, akan berlebihan jika aku berkata dia merusak kebahagiaan yang sedang aku rasakan. 

Dulu aku belum bisa menciptakan kebahagiaan dari rasa sakit yang sedang aku alami, dulu aku merasakan yang namanya sakit hati luar biasa. 


Kita putus.

Aku kembali pergi ke Bali menuju tempat temanku, Putra. 

Dia yang tengah sibuk dengan urusan pekerjaannya, sedangkan aku sedang benar-benar merasakan kesedihan. 

Dari bangun tidur sampai mau tidur aku selalu menghabiskan waktu di pinggir pantai Kuta untuk melamun, sesekali menangis. Dan itu berlangsung hampir seminggu.

Mungkin aku sedikit heran jika mengingat masa itu. Tapi pada kenyataannya aku pernah mengalami hal itu.

Minum bir, makan baso, order burger dari McDonald's Kuta, sesekali minum vodka dari kenalan bule yang kebetulan mengajakku untuk mengobrol dan membahas apapun agar kesedihanku berkurang. Bahkan ada satu keluarga dari Kanada yang setiap jam 11 siang bertemu denganku di pantai sebrang hotel The Rock. Aku juga akrab bersama anaknya yang bernama James atau Jammy (lupa). 

Ada fotonya.




Hampir sebulan aku menghabiskan waktu di Bali untuk memulihkan kondisi hatiku. 

Ya, masih tetap dengan bertemu orang baru, clubbing, mabok sampai tidak ingat apa-apa dan pada akhirnya lupa.


September kembali ke Jakarta, Oktober kembali ke Bandung, beberapa Minggu kembali lagi ke Jakarta. 

Iya, se-random itu, memang. 


Aku mulai mencoba untuk membuka hati lagi untuk orang yang baru dalam artian untuk sebuah hubungan yang serius. 


-Swipe swipe dan match! 

Ya, disebuah aplikasi pencarian jodoh awal mula kita bertemu lagi.

Karena ternyata kita sudah berteman di Instagram sejak lama, bahkan sudah pernah mengobrol melalui chat dari awal bulan Januari. 



"Seharusnya Umay Shahab" ✌️


Ya, 11 November 2017 aku pindah ke Subang


--------


To be continued.


Kamis, 16 November 2023

Nugraha is My Name (part 6)

 

Nugraha is My Name (part 6)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


--------


"Hati yang gembira adalah obat untuk semua sakit".


--------


Pada bulan November 2015 adalah saat dimana aku merasa tidak percaya diri akan kemampuan untuk menghadapi banyak hal, terutama dengan adanya cobaan yang menurutku sangatlah berat pada saat itu. 

Aku dihadapkan dengan kenyataan yang menyedihkan, menghancurkan, aku merasa terpuruk, sedikit sulit untuk menerima kenyataan bahwa aku benar-benar mengalami hal itu. 


Jam 9 pagi setelah menyelesaikan administrasi pendaftaran dan lain-lain, aku diarahkan ke suatu ruangan untuk diambil darah dan melakukan tes kehamilan. (Nggak deng masa iya aku hamil) :) haha

Setelah selesai melakukan berbagai prosedur, aku menunggu hasilnya keluar dengan hati yang campur aduk tapi masih dengan berlagak seperti menjadi orang yang bisa menenangkan diri sendiri yang pada kenyataannya adalah aku sedang kebingungan juga.


Karena yang sebenarnya terjadi adalah aku menangis, stres, bingung, dan marah dengan keadaan yang ada. 

Apalagi ketika dokter membuka amplop dan membacakan juga menjelaskan hasil tesnya. Rasanya jantungku berhenti disaat mendengar itu, mulutku ternganga, mataku sedikit melotot, dan aku tidak bisa berkata apa-apa. 


Ketika keluar dari rumah sakit sambil membawa berkas hasil pemeriksaan medisku, aku berjalan menuju sebuah tempat makan yang tidak jauh dari RS, KFC atau McDonald's Salemba ya aku sedikit lupa. 

Yang jelas aku seperti orang yang baru tersambar petir disiang bolong, aku makan, minum, bahkan aku juga merokok, tapi dengan tatapan yang kosong. 

Aku belum tau harus berbuat apa kedepannya. 

Seharusnya sebelum aku memutuskan untuk melakukan semua tes itu, aku harus sudah mempersiapkan langkah selanjutnya jika terjadi apa-apa harus bagaimana, kemana dan berbicara kepada siapa. 

Saat itu aku sedang benar-benar jauh dari keluarga, tentu saja aku menyukai kebebasan. Karena semua itu yang selalu aku inginkan dan aku lakukan. 


Dalam waktu seminggu berkali-kali aku bertemu dengan dokter spesialis untuk berkonsultasi, bertemu dengan banyaknya grup pendukung sebaya untuk meminta saran, dan selebihnya aku menyendiri. 

Di sebuah kost gang 13 jalan Buncit Raya yang tidak jauh dari RS JMC, Jakarta Selatan.

Aku menghabiskan waktu untuk berpikir dan membuat rencana kedepannya harus seperti apa.

Tidak mungkin aku terus menerus hanya meratapi nasib yang sama sekali bukan akhir dari segalanya. 

Tentu saja aku masih ditemani dengan minuman kesukaanku, Absolute Vodka rasa Vanilla. Rasanya enak banget. Ada pahitnya tapi after taste-nya itu terasa menyegarkan. Aku juga masih bertemu dengan beberapa orang yang sebelumnya pernah aku temui. Tapi aku tidak pernah cerita dengan apa yang tengah aku alami kala itu. 

Kita tetap have fun, pergi ke bioskop, makan, dugem dan nongkrong khas anak Jakarta seperti biasanya.

Ya, sedikit membantu pada saat itu.


Sebulan kemudian aku kembali ke Bandung untuk bertemu dengan beberapa teman dekat dan beberapa keluarga yang sebelumnya cukup aku percaya saja, Ai Wanti (perihal aku pernah menikah dan mempunyai anak juga dia sudah tau sejak lama). 


Namanya Teh Cindy. 

Dia adalah teman pertama yang aku beri tau. Karena aku merasa kita sudah cukup dekat, meskipun pada saat itu baru 1 tahun kita kenal, tapi kami sudah saling percaya seperti adik dan kakak. 

Dia memberiku semangat. 

Pertemanan kita sampai saat ini, bahkan dia menjadi perias pengantin untuk adikku saat menikah, Neng Arum.


Keluarga pertama yang aku beri tau adalah sepupuku, namanya Ai Wanti. 

Aku tidak ingat kenapa memilih dia pada saat itu.

Selain dia adalah orang pertama yang sudah tau aku "pernah memiliki anak", mungkin karena dia yang selalu online terus dalam berhubungan untuk memberi kabar pada saat aku melanglang buana kesana kemari.

Dan kebetulan juga ada kesempatan untuk membicarakannya secara langsung sambil membawa semua hasil pemeriksaan medisku. 

Oh ya, di sudut timur taman alun-alun Bandung, tempat dimana pertama kali aku mengenalnya. Mengenal orang yang sampai saat ini pun masih ada di hatiku. 

Bertepatan dengan perkenalan dengan calon suami Ai Wanti kala itu, jadi tidak terlalu banyak yang bisa aku bicarakan kepadanya, hanya intinya saja. 


Setelah berbagi apa yang kurang lebih 1 bulan aku pendam, rasanya bebanku sedikit berkurang. Aku sudah bercerita kepada mereka yang sebenarnya. 

Aku mulai ke tahap penangangan dan pengobatan. Aku juga meyakinkan diri bahwa aku akan mampu melewatinya, dan jika kedepannya aku dihadapkan dengan situasi yang sama, aku sudah tau langkah apa yang harus aku ambil dan aku lakukan. Dengan segala keyakinan jika memang mungkin lebih dari ini pun aku akan lebih percaya lagi bahwa aku akan mampu untuk melewatinya lagi dan lagi.

Terbukti setelah sekian lama aku tidak lagi merasa bersalah atas diriku. Bahkan aku merasa bersyukur atas semua itu, aku semakin percaya bahwa apapun masalahnya, seberat apapun cobaan yang aku dapat, jika aku yakin bahwa aku akan mampu mengatasi dan melewatinya, pasti semuanya akan baik-baik saja.

Ya, sekarang aku sedang benar-benar baik-baik saja. 

Meskipun masih terkadang sebulan sekali harus bertemu psikiater atau konselor untuk mendapatkan obat, semua orang harus mempunyai mental yang stabil dan sehat kan?


--------


2016 


Pada awal tahun 2016 aku kembali pulang ke rumah. 

Mencoba lebih dekat dengan keluarga. 

Masih tetap pulang pergi ke Bandung untuk berobat dan bertemu beberapa orang. 

Mungkin ada sedikit support dari keluarga tapi aku juga mempunyai banyak keinginan untuk yang lainnya, beli baju baru, kuota internet yang lumayan boros, ingin ganti HP, aku juga mempunyai keinginan untuk mengganti motor pada saat itu. 

Aku sempat bertemu dengan seorang pejabat daerah dari Sumatera Barat yang sebelumnya sudah aku kenal dari tahun 2015.

Ada juga yang bekerja sebagai pengurus pajak di kota Bandung.

Mereka memenuhi semua kebutuhanku, salah satu dari mereka memberiku uang untuk membeli motor, laptop dan HP. 


Saat itu kalau tidak salah ada acara di rumah kakak sepupuku di Banjaran, tempat aku pernah bersekolah SMP, aku pergi kesana sekalian untuk pindah lagi ke Bandung.

Pada kesempatan itu aku bertemu banyak keluarga, salah satunya adalah dengan sepupu jauhku, namanya Neng Nia. 

Dia melihatku dengan tatapan mata yang penuh tanda tanya dan curiga. 

Kami bertukar cerita dan membahas artikel yang saat itu baru aku tulis dan sangat viral dikalangan pembaca. 

Kebetulan juga pada saat itu dia sedang menjalani pendidikan kedokteran di universitas Maranatha Pasteur, sedangkan aku tinggal di kota Bandung juga. 

Kami pun bertukar kontak agar mudah jiga suatu saat ada kesempatan untuk bertemu.


Selain bertemu dengannya, aku juga bertemu dengan sepupuku yang bernama Usi. 

Sebenernya kita sudah lama saling menyimpan kontak masing-masing tapi ya kita tidak pernah bertemu duduk bersama untuk bertukar cerita atau lebih dari itu.

Kita belum sedekat seperti saat ini. 

Kebetulan juga pada saat itu ada salah satu orang yang mau mengirimkan uang untukku yang begitu banyak, tapi karena aku tidak mempunyai akun bank yang sama dengannya, aku meminjam no rekening Usi untuk titip transfer. Jumlahnya cukup banyak tapi hanya aku dan Usi yang tau. 

Cukuplah untuk pergi ke Bali selama beberapa hari. 


Seminggu kemudian aku bertemu dengan Neng Nia di J.Co yang ada di Istana Plaza. 

Kami mengobrol cukup lama, membahas tentang pribadi masing-masing, bercerita kemana saja aku selama ini, dan kemudian membahas tulisan tentang pengalamanku yang sedang menjalani pengobatan. 

Katanya, dia sudah menebak sejak kita bertemu pertama kali di acara sepupu kami. 


Singkat cerita, kami menjadi cukup dekat mulai saat itu. 

Jika ada kesempatan kami selalu bertemu untuk sekedar makan bersama atau minum kopi dan kadang menonton film.

Sekarang dia sudah pindah ke Malang ikut bersama suaminya. Oh iya, dia juga sudah mempunyai anak. 

Kami sudah jarang bertemu, tapi masih tetap  bertukar kabar melalui pesan.


Usi, sepupuku yang mungkin bisa dibilang orang paling dekat sampai saat ini. 

Kami tinggal di kota yang sama. Lokasi kami hanya berjarak kurang lebih 10 menit memakai kendaraan bermotor. Tapi sangat jarang sekali kita bertemu, bukan karena kita renggang, tapi karena kami sama-sama mempunyai kesamaan yaitu sama-sama mager AKA males gerak.

Dalam sebulan mungkin kita bertemu 1 atau 2 kali saja. 

Kita sudah saling tau dan mengerti pribadi masing-masing, selalu bertukar cerita dan informasi apapun setiap saatnya, saling mengabari tanpa diminta, apapun selalu kami ceritakan. 


Neng Nia dan Usi adalah dua orang yang membantuku melewati masa sulit pada saat itu bahkan sampai saat ini. 

Mereka tidak terus terang mengibarkan bendera untuk memberiku semangat, tapi mereka mempunyai cara tersendiri yang sampai ke hatiku dengan pasti. 


Aku sudah menganggap mereka seperti adikku sendiri.


Hikmah yang bisa aku ambil adalah bahwa memberi support kepada orang yang memang benar-benar sedang membutuhkan dukungan itu tidak perlu besar atau menggebu-gebu, yang penting terus menerus tanpa harus mempermasalahkan bagaimana awalnya atau penyebabnya. Karena mereka tidak butuh untuk dihakimi apalagi disalahkan, mereka hanya butuh untuk didengar dan dianggap. 


-------


Pada akhir tahun 2016 aku kembali bertemu dengan orang baru. 

Namanya KF. 

Seseorang yang aku kenal dari sebuah sosial media. 


--------


To be continued.