Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Senin, 12 Juli 2021

Hidupku Just My Life 2021 (Part 2)

 

Sebelum tulisan ini dimulai aku sudah berkali-kali menarik nafas, mencoba menyeimbangkan perasaan yang belakangan ini tidak karuan, pikiran yang semakin lama semakin kritis, melangkahkan kaki ke arah yang aku pikir semakin terarah, mematangkan tujuan hidup yang sejauh ini sudah dimulai atau mungkin sudah mau berkahir? Tidak ada yang tau. 


Pernah bertanya pada diri sendiri, apakah akan menyesal jika menggunakan kesempatan untuk hal yang mereka anggap sia-sia? "Coba dari dulu begini, coba begitu", 

Apakah akan menyesal jika aku tidak pernah mau melakukan apa yang menurut mereka menyebutnya yang terbaik ? 

Apakah akan menyesal jika aku tidak pernah menuruti apa yang mereka mau, yang mereka inginkan ? 

Apakah apakah dan apakah tentang perkataan orang lain terhadap diriku, ya diriku yang menjalani kehidupanku sendiri. 

Aku tau, aku tidak keluar dari batu atau tiba-tiba tring jadi seperti ini like bisa berpikiran sejauh ini, bisa melakukan hal-hal yang aku sendiri saja tidak percaya bahwa sudah sejauh ini aku mampu menghadapi dan menjalani semuanya, memang dan sudah pasti ada keluarga dan orang-orang terdekat juga. 

Mereka memberi aku makan dari suapan pertama, mereka yang menuntunku saat aku bisa melangkahkan kaki pertama, mereka yang mendengar saat aku pertama kali bisa mengucapkan kata pertama, mereka yang membantuku untuk bisa memulai perjalanan ini, aku juga tidak bisa dan tidak akan pernah melupakan jasa mereka. 

Tapi apakah aku harus mengikuti apa yang mereka mau ? Bagaimana dengan pilihan hidupku ? 

Hidup kan tentang lahir dan mati tapi diantaranya ada pilihan. 

Kapan nikah, ayolah segera menikah mumpung kami masih ada, ayolah sukses mumpung masih muda, ayolah membahagiakan orang tua mumpung mereka masih ada, why ? Kenapa ? Kenapa harus seperti itu ? 


Aku belum mau menikah, pertama memang belum bertemu dengan orang yang ditakdirkan untuk menikah, kedua ya aku tidak percaya pernikahan, ketiganya, kalaupun aku menikah ya bukan karena orang lain tapi atas dasar pilihan hidup aku. 

Misalkan, aku menikah karena kata salah satu keluarga bilang seperti ini "segera nikahlah mumpung aku masih ada umur biar aku bisa menyaksikan" 

Setelah aku menikah kemudian dia meninggal, terus what ? How ? Cerai lagi? Jalani aja ? 

Pernikahan kan bukan tentang ego, ego orang lain lagi, pernikahan itu prosesnya panjang bukan cuma ijab kabul, bukan cuma tinggal bersama dan punya anak. Aku tidak pernah ada di posisi pernikahan tapi aku tau beberapa hal bahwa pernikahan bukan satu-satunya jalan untuk tetap hidup, bukan satu-satunya untuk tetap bahagia (kalau emang bahagia sih, yakin?), hidup kan bukan hanya tentang bereproduksi juga, masih banyak yang bisa dilakukan.


Tentang kebahagiaan. 

Saat kecil aku bahagia kalau nonton acara di TV, apapun acaranya. Dulu orangtua belum punya TV dan aku bela-belain ke rumah tetangga untuk ikut nonton TV yang entah ikhlas apa nggak tuh orang, sekarang punya TV LED android yang lebih bagus dari yang ada di rumah tetangga kala itu tapi nggak pernah aku nyalain, kecuali pas ada tamu aja sih. 

Karena bahagia bagi aku saat ini bukan tentang TV lagi, tapi disaat ada orang yang notice diri aku. Ah, he still life, he still breathe, he still story upload, facebooknya masih aktif, wa-nya masih dibalas. Segitu aja bahagia, apalagi diajak duduk ngobrol bercerita. Eh gimana ? Eh dimana ? Eh si itu begini lho, si itu begitu lho, like ghibah gitu ☺️

U know what, nggak tau sih kalau orang terdekatku tau atau tidak, aku terlalu perasa, punya feeling terlalu kuat, adakalanya saat orang mengajak aku untuk datang tapi tidak 100% begitu, jadi datang syukur nggak juga gak masalah. Beda sama ketika orang itu benar-benar ingin aku datang, apapun halangannya aku pasti datang, jauh pun aku pasti usahakan untuk hadir, beda dengan yang setengah-setengah. 

Mungkin ada yang sama ? 


Oh iya, pernah nggak kamu benci ke seseorang yang saking bencinya kamu udah nggak ingat lagi bahwa orang itu masih ada ? 

Seseorang ya ? Bayangkan kalau itu semua orang. 


Benci ketika di underestimate sama orang terdekat, lebih tepatnya orang-orang terdekat. Diburuksangkakan oleh mereka ? Terus menerus ? 

Oya, semua orang pernah kecil dong, anggaplah masa kecilnya anak sampai tamat sekolah ya, pasti banyak dong yang nakal, pasti banyak lah ya apalagi suka underestimate sama orang lain ya anak-anaknya nggak akan jauh beda, bahkan bisa lebih parah, hati-hati ya. 

Tapi kan setiap orang bisa berubah, ingin dong jadi lebih baik, ingin dong dianggap baik, tapi masih aja ada orang yang mencap bahwa hey dia seperti itu selamanya. Forever, jeplak kaya stempel. Who are u guys ? Dewa ? 


Actually aku tidak ingin ada orang yang mengalami kehidupan seperti aku, dulu, tapi roda berputar, aku bisa melihat satu persatu siapa saja, apa masalahnya, apa keburukannya, apa kebaikannya, apa kebohongannya, apa siasatnya, karena aku disini sudah baik-baik saja dengan apa yang sudah aku pilih dan aku jalani, mungkin hanya kerikil kecil biasa lah, makanya belum mau menikah karena nggak mau menambah masalah. 

Penakut ? Bodo amat, yang penting aku happy dan baik-baik aja. 


Jadi ghibah f*ck! 


Yang aku inginkan saat ini tidak lagi seperti remaja pada umumnya, karena memang bukan remaja meksipun penampilan masih teenager juga ya, aku juga tidak tau sih apakah keinginan seperti ini normal bagi yang seumuran dengan aku atau nggak, jadi aku tuh masih ingin merasakan yang namanya perhatian, diperhatikan, didengar, dilihat, dianggap, hey I still here. Tapi bukan dengan cara umum juga sih, entahlah nggak tau juga. 

Karena aku melewatkan masa-masa seperti itu, aku tidak ingat, tidak banyak ingat, tidak pernah ingat, tidak pernah ? Oh mungkin aku hanya lupa kali ya. Eh ingat sih tapi beberapa kali. Biasanya tidak ingat kalau saking banyaknya atau saking seringnya ya ? Entahlah. 


Eh tau nggak kalau terlalu memanjakan anak nanti anaknya kurang ajar sama orangtuanya? 😅 Eh apa sih, canda anak kurang ajar 🙏


Ya apapun pilihan orang seharunya kita tidak membenci kalau tidak setuju, tidak menghakimi kalau tidak sejalan, tidak menjauh kalau tidak sependapat, karena ya itu dia tadi, setiap orang punya pilihan hidup yang bisa dia pilih untuk hidupnya juga, selama tidak merugikan, wajarlah sampai ke mengingatkan kalau merasa kurang baik, tapi ya sampai disitu kewajibannya kan, tidak ada hak untuk membenarkan jika menurut kita itu salah, hanya mengingatkan batasannya juga, sekali aja ya jangan berkali-kali juga, Dia aja santai kok kamu tegang. 


Oh iya, masa kecil aku ? 

Masa kecil aku itu...........