Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Selasa, 31 Oktober 2023

Nugraha is My Name (part 3)

Nugraha is My Name (part 3)



PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


--------


"Setiap orang bakal aya perubahan" - kata pacarnya.


"Ceuk abi ge kan a tt aya nu tt mungkin" - kata dia.


Kalimat itu aku copy paste dari salah satu chat bersama seseorang. 

Seseorang yang belakangan ini ikut serta untuk menjadi bagian dari cerita hidupku.

Bisa saja dia pergi dan menghilang seperti yang selalu aku katakan kepadanya berkali-kali, tapi dia masih memilih untuk tetap ada; dalam artian bahwa dia masih ingin tetap menjadi bagian yang tidak begitu penting ditengah perjalananku.

Aku juga tidak bisa menyingkirkannya begitu saja, karena aku yakin dengan kenyataan "people come and go". 

Aku tidak bisa memaksa seseorang untuk datang dan tinggal di hidupku, aku juga tidak bisa menahannya jika dia ingin pergi dari kehidupanku. 


Ya, mungkin aku memiliki perasaan yang tulus, tapi bukan berarti aku harus memaksanya untuk menerima ketulusanku. 


Namanya Ant (2023).

-------



Tentang perubahan dan segala kemungkinan. 


Aku bangga bisa sampai pada tahap ini. Bukan berarti aku bangga atas keburukan yang pernah aku lakukan, tapi ini tentang apa yang terjadi dalam diriku dan perubahan- perubahan yang sudah aku lakukan untuk diriku juga, aku merasa bahwa hidupku lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Dan itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tidak semudah membalikkan telapak tangan.


Pada awal tahun 2016 aku sudah membuat pengakuan kepadanya, kepada kakak pertamaku. Bagaimana aku bisa liburan enak, beli barang-barang mahal, makan makanan enak, banyak membawa oleh-oleh kalau saatnya pulang ke rumah. Aku bilang kepadanya bahwa aku mengisi waktu luangku dengan menjadi seorang laki-laki panggilan dan memanfaatkan keahlianku yang lainnya, mengambil kesempatan untuk beberapa keuntungan. Tentu saja aku pintar dalam hal apapun, bukan merasa pintar tapi tanpa bukti, tapi memang benar-benar menggunakan segala pemahaman dan pengetahuan juga cara berpikirku untuk selalu mendapatkan apa yang aku inginkan.

"Teteh dan yang lainnya sudah mengira itu sejak lama".

Aku tidak tau kenapa dia bisa mengiranya, karena aku merasa selama ini mampu menutupi semuanya dari mereka, terutama dari kakakku. Tapi mungkin dia mempunyai feeling yang kuat. Mungkin juga karena kami berdua terlahir dari ibu yang sama.


Aku tau, rasa kecewa itu pasti ada, apalagi aku adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga setelah 2 anak asuh laki-laki lainnya yang baru beberapa tahun menambahkan nama mereka di kartu keluarga kami.

Apalagi kakakku pernah bercerita tentang kehidupan kecilnya ketika masih tinggal di kota Sumedang bersama ayah dan ibu. Dia menginginkan seorang adik laki-laki. Aku tau betapa bahagianya dia ketika menceritakan hal itu, terlihat dari garis senyum di pipinya, dengan antusiasnya dia terus bercerita ketika dia terjatuh saat dia mencoba menggendongku sembari menunjukkan bekas luka di dagunya.

Wajar saja jika secara tidak langsung aku membuatnya kecewa dengan adanya beberapa pengakuan yang sudah aku buat kala itu.


Tapi aku berusaha meyakinkan dia bahwa semuanya akan baik-baik saja, dia tidak perlu memikirkan apa yang akan terjadi dengan kehidupanku, dia tidak perlu khawatir atas jalan yang sudah aku pilih, karena membuat pilihan itu tidaklah mudah, butuh waktu lama, perlu pertimbangan yang matang, aku harus siap dengan semua resiko yang akan terjadi dikemudian hari, dan melihat sisi baik atas apa yang sudah aku jalani, yang sebenarnya belum tentu orang lain mampu melewati apa yang sejauh ini sudah aku tempuh. Karena aku bilang bahwa hidup ini akan indah jika kita berjalan tepat dijalan yang kita mau selama itu tidak merugikan orang lain. Kita mempunyai cerita masing-masing, kita mempunyai pilihan hidup masing-masing, kita mempunyai cara untuk membuat hidup bahagia dengan cara kita masing-masing. 



Lalu, bagaimana hubunganku dengan keluarga saat ini?

Actually semuanya baik-baik saja.

Meskipun tidak setiap saat mengobrol dan saling berbalas chat atau bertelepon, tapi kami cukup dekat. 


Aku tidak pernah tau isi hati mereka, aku juga tidak pernah mau tau apa yang mereka pikirkan tentangku, tapi yang jelas sejauh ini kami tetap berhubungan baik dan melakukan hal-hal menyenangkan jika ada kesempatan untuk bertemu.

Lagi pula aku sudah tidak lagi menunjukkan perilaku yang tidak terpuji di depan mereka. 

Tanpa diberitahu pun mereka sudah pasti mengetahui bagaimana diriku dibelakang mereka. 

Bagiku, bukan suatu keharusan untuk meyakinkan dan meminta untuk dimengerti juga dipahami oleh orang lain tentang apa yang terjadi dalam hidupku. Meskipun ada kalanya aku juga butuh untuk didengar. 


-------


Kami 4 bersaudara. 

Aku adalah anak laki-laki satu-satunya dengan 2 orang kakak dan satu adik. 

Meskipun kami bersaudara, tapi kami ditakdirkan untuk tidak pernah dekat dari kecil. 


Aku yang sejak kecil sudah tinggal bersama Ua-ku, kakak pertamaku yang harus tinggal bersama nenek, adikku yang memang tinggal bersama keluarga ayah. Sedangkan kakak keduaku tinggal bersama Umi-nya di Bogor. 

Sesekali kami bertemu.


Aku baru benar-benar mengenal mereka ketika sudah dewasa.


Kakak pertamaku yang sudah mempunyai 3 orang anak. Kehidupan rumah tangganya yang menurutku cukup rumit. Bahkan menjadi salah satu alasan kenapa aku tidak lagi mau menyentuh yang namanya dunia pernikahan. 

Bukan karena aku mempunyai banyak alasan dan pilihan, tapi bagiku sebuah pernikahan adalah hal yang mungkin akan aku hindari. Aku sudah tidak lagi percaya akan konsep pernikahan. 

Bukan hanya karena melihat kakak pertamaku, aku juga melihat pernikahan ayah, tante-tante dan juga paman-pamanku, tidak sedikit juga aku menyaksikan secara langsung bagaimana rumitnya menjalani kehidupan pernikahan dari orang lain disekitarku.


Kakak pertamaku sejauh ini masih menjadi salah satu orang yang aku percaya untuk bercerita. Aku melihat kedewasaan yang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. 

Mungkin masih ada orang yang membicarakannya, tapi aku tau bahwa dia akan tetap kuat dan menjadi dirinya sendiri dengan versi yang terbaik, menjadi seorang ibu, menjadi seorang istri dan sebagai kakak yang luar biasa untuk kami adik-adiknya. 


Aku menyayanginya, tapi mungkin sampai saat ini aku masih belum bisa membahagiakan dia sebagaimana mestinya. Aku juga belum bisa mengikuti saran-sarannya, tapi aku percaya sekalipun aku belum atau jika memang tidak akan pernah bisa menjadi adik terbaik seperti yang dia mau, dia akan tetap menerima dan menyayangi juga menghargai setiap keputusan dalam hidupku.

I love you, Teteh. 


Kakak keduaku.

Umur kami hanya beda 19 hari.

Kita sama-sama Gemini. Oh iya, aku mempercayai zodiak tapi hanya untuk karakter bukan untuk keuangan dan percintaan. Takutnya malah terkesan seperti "horoscope people".

Dia sudah mempunyai 2 orang anak.

Karena jarak rumahnya yang tidak begitu jauh dari tempat tinggalku, jadi sangat sering aku bertemu dengannya.


Mungkin karena umur kami yang hanya beda beberapa hari saja, banyak kesamaan diantara kami. Karakter sudah pasti sama, cara berpikir apalagi, cara memandang kehidupan mungkin sedikit berbeda, tapi ada yang spesifik sama diantara kami yaitu bagaimana cara memperlakukan orang. 

Kami akan membenci orang sekaligus menyayanginya dalam satu waktu yang bersamaan. 

Kami bermuka dua dalam artian bisa menyembunyikan rasa marah, kami juga bisa berpura-pura tidak terluka, bisa menyimpan dendam dan rasa tidak suka kepada orang lain, jika sudah mengetahui hal terburuk dari seseorang maka kami tidak akan segan-segan untuk menganggap orang itu tidak lagi ada, kami akan menghilangkan respect kepada mereka, tapi kami akan tetap berprilaku seperti tidak pernah ada semua hal itu. 


Dia juga menjadi sosok kakak yang baik.

Masih sama dengan kakak pertamaku, dia juga menjadi orang yang bisa mendengarkan segala ceritaku. Aku tidak  ragu untuk bercerita apa saja kepadanya. Dia bukan tipe orang yang menghakimi, jadi sejauh ini aku masih nyaman untuk mengungkapkan apapun yang sedang aku rasakan. 


Banyak hal yang bisa aku contoh darinya. 

Semua orang mempunyai kekurangan dan kelebihan, tentu saja. Tapi kita tidak harus fokus pada satu kekurangan dan melupakan banyaknya kelebihan. 

I love her. Kami memanggilnya Teh Omah. 



Adikku. 

Sejak dia masih kecil, aku benar-benar tidak menyukainya. 

Wajahnya yang bengis, tatapan matanya yang tajam, galak dan bahkan galak sekali. 

Oh Tuhan, aku sangat tidak menyukainya kala itu. 

Tidak menyukai bukan berarti membenci. 

Karena ketika sudah beranjak dewasa kami baik-baik saja. 


Kami berempat sangat menyukai obrolan. 

Adikku pun begitu. Ketika kami bertemu dan memulai satu topik, kita bisa membahasnya sampai topik itu benar-benar habis tuntas kita bicarakan. 

Adikku juga sudah mempunyai anak perempuan yang rasa ingin taunya begitu tinggi. Aku pernah diwawancarai oleh keponakanku itu sampai begitu detail dan spesifik. Tentu saja keponakanku jauh lebih sweet dibanding ibunya saat masih kecil. 


Adikku sekarang ini sudah jauh bertumbuh menjadi sosok yang lebih baik. 

Dia menjadi seorang istri yang sangat pengertian dan memahami, menjadi seorang ibu yang pintar, dan dia juga menjadi adik yang aku pikir malah jauh lebih dewasa dibanding kami kakak-kakaknya. 


Dia juga pernah menyediakan tempat disaat aku sedang membutuhkan pelarian dari satu kenyataan yang tidak bisa aku hadapi dengan cepat. 

Membiarkanku menghabiskan waktu untuk merenung dan mencerna apa yang sedang terjadi sampai aku bisa cukup sembuh dari itu semua. 

Mungkin bukan apa-apa untuknya, tapi bagiku itu adalah hal yang luar biasa yang pernah aku dapatkan sejauh ini. 

Disaat tidak ada orang yang mau tau, dia bertanya "kenapa" dan menyuruhku untuk pulang dan tinggal bersamanya sampai semuanya terasa tenang. 


Thank you ya, Dede sayang Neng. 


--------


Aku juga mempunyai banyak sepupu. 

Selain kami memang tinggal berjauhan, kami semua juga sudah mempunyai kehidupan dan kesibukan masing-masing. 

Ada yang sesekali bertemu, ada yang berkali-kali bertemu, ada yang jarang bertemu tapi kami merasa cukup dekat bahkan sudah saling tau pribadi masing-masing. 


Sepupu? 


--------


To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁