Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Jumat, 15 April 2022

Pernikahan (HJML Part 1) 2022

 Pernikahan - Hidupku Just My Life (Part 1)  2022


Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang pria dan wanita dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial.

Itu menurut Wikipedia dan google.


Mungkin beda penjabaran menurut masing-masing agama dan kepercayaan, tapi bisa diambil ringkas bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan janji untuk selalu bersama seumur hidup dalam suka maupun duka dan seterusnya.


Tapi, setelah saya hidup sampai saat ini ternyata pernikahan itu bukan hanya tentang janji atau hubungan atau ikatan atau menyatukan, ternyata tidak se-simple itu. Karena itu untuk seumur hidup, well ada juga yang baru beberapa bulan cerai, baru beberapa tahun pisah, dan yang lebih haptic nya lagi adalah yang sudah seumur hidup saya hidup like umur saya sekarang dan mereka cerai dengan alasan sudah tidak bisa lagi untuk bersama sudah tidak ada lagi yang bisa diselamatkan sudah tidak ada lagi yang bisa dijadikan alasan untuk tetap bersama. 

Saya jadi semakin mikir, oh ternyata serumit itu pernikahan. 


Saya menyaksikan banyak kegagalan dalam pernikahan, yang katanya janji sehidup semati janji seumur hidup tidak akan saling menyakiti satu sama lain akan tetap setia, akan tetap ada dalam suka maupun duka akan tetap menemani ketika sakit ataupun sehat dan bla bla bla, tapi ujung-ujungnya berpisah juga. Yang satu setia kerja pontang panting banting tulang mencari uang untuk biaya keluarga tapi pasangannya asyik berselingkuh, atau sekalinya kerja keras sekalian selingkuh juga bahkan ada yang sama-sama selingkuh, dan yang lebih parahnya adalah mereka saling menyalahkan satu sama lain. Bukankah dalam pernikahan itu tidak boleh ? Apakah komitmen itu cuma ucapan janji saja ? Kepercayaan bisa dirusak segampang itu ? Padahal membangun pernikahan itu tidaklah gampang kan ? Itu yang saya lihat ya. 

Dan yang menurut saya kurang lazim adalah ketika sudah gagal mereka melakukan pernikahan lagi mengikat janji lagi dan pisah lagi dan menikah lagi dan begitu seterusnya dengan alasan mencari yang terbaik. Harus kita bahas ini _\%**


Tidak semua pernikahan berakhir dengan perceraian, mungkin belum. Bukan negatif thinking by the way, kan pernikahan seumur hidup, masih akan ada perjalanan terjal didalam sana. 

Tidak sedikit juga yang menurut saya sukses dalam pernikahan.

Saya akan ambil contohnya adalah kakek nenek, ya bisa dibilang mereka sukses dalam sebuah pernikahan berakhir dengan salah satunya meninggal duluan like benar-benar mati dikubur di tanah bukan dikubur dalam angan seperti mantan pasangan ya, tapi yang saya lihat dari mereka bukan hanya kakek nenek ya, sebut saja diatas 10 tahun mungkin 20 tahun yang pernikahannya adem ayem, saya sudah tau sih tidak seperti itu, dan pasti semua orang juga tau ya, pasti ada percekcokan problematika dan drama masing-masing, tapi kembali lagi bahwa perjanjian pernikahan itu sakral (jika percaya), jadi benar-benar memegang peran atau sebagai pemeran utama dalam sebuah pernikahan yang punya keyakinan apapun yang terjadi jika harus tetap bersama.

Ketika usaha jatuh dan gagal tidak ada harta mereka tetap tidak mengorbankan pernikahan, ketika ada masalah apapun itu pasti diselesaikan dengan baik sehingga tidak terjadi lagi masaslah seperti itu, jika salah satunya mempunyai ego tinggi tapi pasangannya bisa meredam dan membantu menurunkan ego begitupun sebaliknya, semua masalah pasti ada jalan keluarnya mereka menyebutkannya demikian "sih". 


Anak ? 

Katanya anak adalah alasan kenapa pernikahan terasa lengkap dan bahagia. Setidaknya itu kata beberapa dari mereka. 

Mungkin kalau boleh dijabarkan, ketika ada masalah apapun, tidak harus sampai bercerai karena sudah ada anak, karena memang benar adanya ketika rumah tangga dan sudah memilki anak kemudian berpisah, dan anak yang menjadi korban, korban perceraian. Broken home? 

Saya tidak terlalu aneh melihat ini, karena itu memang seperti melihat adegan di layar bioskop dengan layar membentang luas. Tidak perlu membuka mata lebar-lebar, bahkan ketika saya memejamkan mata saja saya sudah bisa merasakan semuanya, tapi tidak semua anak korban perceraian menjadi anak yang buruk, ada juga yang anaknya fine-fine saja, tapi memang kebanyakan ya anaknya menjadi terpengaruh dan berakhir dengan menjadi anak yang tidak baik. Bahkan untuk menjadi anak yang tidak baik orangtuanya tidak harus berpisah dulu. U know what I mean ${%#


Jadi apakah mempertahankan sebuah pernikahan karena anak adalah pilihan yang tepat selain menahan ego dan mencoba mengalah dengan keadaan mungkin lebih tepatnya adalah mencoba memperbaiki lagi dan lagi. 

Tapi kalau tidak bercerai mental jadi rusak, harga diri jatuh dan tidak ada yang bisa diselamatkan lagi dan rela mengorbankan anak, dengan terang-terangan menyatakan bisa membahagiakan anak setelah melewati masa perceraian dan akan menemukan pengganti bagi si anak. Really ? 

Serius ? 


Entah apa yang terjadi sehingga apa yang terjadi kepada kita adalah karena kesalahan kita sendiri, mungkin itu kalimat yang cocok untuk mereka yang benar-benar merasa benar atas apa yang mereka anggap benar yang dengan mati-matian mereka perjuangkan, karena dari awal saja sudah salah. 

Memang tidak ada yang tau diawal bahwa pernikahannya akan gagal, tapi bukan tentang takdir tidak bisa dirubah atau karena kita tidak akan tau masa depan, tapi karena lupa akan arti dari apa itu sebuah pernikahan. 

Bukankah pernikahan itu selalu bersama; Bersama untuk saling setia, bersama untuk saling sabar, bersama untuk saling menahan ego masing-masing, bersama untuk tidak saling menyakiti, bersama untuk sama-sama saling berjuang, bersama untuk bahagia. 

Pernikahan bukan hanya tentang berjanji tapi bagaimana memegang janji dan merealisasikannya dalam sebuah pernikahan. 

Semua kembali ke sejauh mana kita bisa memegang teguh komitmen itu. Kalau komitmennya sudah kuat tidak akan ada lagi "ya sudah cerai saja" atau saling menyalahkan satu sama lain, menuduh satu sama lain, pernikahan bukan perlombaan siapa yang paling banyak berkontribusi like mencari nafkah, siapa yang paling lama menjaga anak, siapa yang paling sibuk di dapur siapa yang berkeringat paling lelah dan lain-lain. Karena penikahan mempunyai tujuan bersama selamanya. 


Mungkin ujian pernikahan ada saja, ada yang pasangannya lebih cantik/ ganteng dari yang lain, atau hartanya tidak melimpah hanya cukup untuk makan sehari-hari, atau ada beberapa hal yang tidak disukai dari pasangan like karakter yang benar-benar tidak bisa dirubah, tapi sebagai pasangan kita harus bisa saling menerima kan ? 

Kenapa harus membuat permasalahan dari hal-hal seperti itu, kenapa harus dibuat bertengkar dan saling teriak di depan anak bahkan tetangga tau, kan semuanya tentang bagaimana kita bisa menyelesaikannya. 

 

Pernikahan bisa membuat kita bahagia sampai fase ada yang namanya pernikahan bahagia sekali, dimana tidak ada hal yang dijadikan "masalah berarti" lagi, all will be fine we can handle that together. 


Dan pernikahan bisa membuat kita menyesal seumur hidup hanya karena kurang tepat; memilih pasangan dan terlanjur, pasangan tidak kaya, pasangan tidak setia, pasangan tidak bisa diandalkan, pasangan tidak bisa mengendalikan ego dan emosi, kasar dan lain-lain lagi. Dan memilih untuk tetap bertahan karena this is "pernikahan" harus tetap bersama dalam hal apapun.


Memang rumit. 


Makanya saya memilih untuk tidak menikah. 

Bukan karena tidak ada jodohnya atau ada jodohnya tapi tidak lazim atau tidak mampu secara finansial atau takut. 


Tapi menurut saya pernikahan itu sesuatu yang sakral dan sebuah dunia baru yang ketika kamu memasukinya kamu harus benar-benar bisa memegang kendali atas itu semua, kita tidak bisa dikendalikan oleh sebuah pernikahan tapi ya itu dia kita harus bisa mengendalikannya, harus mampu menjaga komitmen itu yang menurut saya berat dari sebuah pernikahan, karena itu tidak mudah, butuh perjuangan dan pengorbanan dan waktu. Waktu akan diambil oleh semua itu, mending kalau bahagia dan semua berjalan dengan baik, bagaimana kalau sebaliknya. Selain waktu dan perjuangan juga pengorbanan akan ada hati yang dikorbankan untuk menahan perasaan, akan ada otak yang dikerahkan untuk berpikir lebih keras lagi dan lagi. 

Karena ada beberapa orang yang ketika sudah menikah semuanya berakhir disana, sebagian saja yang seperti itu. Karena menurut saya tidak harus menikah untuk mendapat akhir yang bahagia. 

Pernikahan bisa saling melengkapi ? Kalau iya sih ya fine-fine saja, kalau tidak ? 

Menurut saya juga, tidak butuh pasangan untuk melengkapi. Sampai saat ini saya masih bisa bahagia tanpa pernikahan. 

Bagaimana dengan kebebasan ? 

Mungkin ada saja yang ketika bertemu dengan seseorang dan merasa cocok dan menikah dan saling mendukung, tapi bagaimana dengan orang yang menyukai kebebasan seperti saya? 

Butuh sebuah proses panjang untuk ke tahap itu. Mungkin "no" saja ya. 

Kebayang kalau sudah menikah dan bertemu dia setiap hari apalagi sudah punya anak dan mungkin beberapa anak dan banyak anak, saya tidak siap untuk itu, saya tidak mau mencurahkan waktu saya untuk hal seperti itu, seumur hidup saya. 

Bukan berarti saya benci anak-anak, oh c'mon! Ponakan saya banyak, damn!! 


Mungkin bagi sebagian orang pernikahan adalah salah satu bagian akhir dari kehidupannya, sekolah, kerja menikah dan stuck disana. 

Saya mempunyai tujuan hidup lain, selain pernikahan yang membutuhkan waktu dan usaha keras untuk menjaganya, bagaimana dengan tetap melajang ? Kenapa harus menekankan diri sendiri untuk merubah status itu ? Selama itu membuat saya bahagia kenapa harus lelah letih pura-pura bahagia dalam suatu pernikahan. Oops!


Saya juga merasa bahwa pernikahan tidak lagi menjadi tradisi atau kewajiban sebagai manusia, saya cenderung untuk tidak menekan diri saya untuk pernikahan yang sudah jelas-jelas akan ada berbagai banyak rintangan masalah dan tantangannya. 

Apalagi selama ini saya melihat bahwa pernikahan bukan hanya positif positif dan selalu positif, karena bentuk nyata negatif dari pernikahan juga ada. Dan saya tidak siap untuk itu. 


Kehidupan sempura yang sebagian orang menemukannya dalam  sebuah pernikahan, bagi saya kehidupan sempurna masih bisa didapatkan dari selain harus menikah. Saya yakin masih bisa merasakan kehidupan sempurna dengan menjadi manfaat bagi orang lain. 


Dan alasan saya tidak akan menikah yang terakhir adalah saya tidak akan terpengaruh hanya karena orang lain udah menikah. 

Eh si anu udah menikah, kamu kapan ? 

Itu se-simple: oh ayolah! I won't be influenced and obsessed with just seeing everyone married. Karena ya sudah, saya punya pilihan sendiri. And who are u ? Mengatur hidup saya!


Tapi bukan berarti saya akan menutup hati sekuat itu untuk tidak menikah, mungkin besok atau lusa saya bertemu dengan orang yang tepat atau mempunyai poin-poin atau the reason why I have to get married, bisa saja kan ?

Tentu saja dibalik atas apa yang saya pikirkan dan apa yang saya saksikan dari banyak pernikahan, karena tidak semuanya gagal ada juga yang menurut saya sukses ya. 


Katanya: mereka yang gagal karena belum bertemu dengan cocok dan yang sukses bukan berarti tidak akan gagal, itulah pernikahan.