Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Senin, 25 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 18)

Nugraha is My Name (part 18)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


Tidak pernah tau seberapa kerasnya usaha seseorang untuk mencintai takdirnya, maka jangan pernah merusaknya dengan lisan yang tidak bertanggung jawab.


-------


Semua sudah selesai ya? 

Terima kasih ya sudah sempat hadir di dalam hidupku.

Mengenalmu bukan bagian dari rencanaku, tapi aku senang pernah mengenalmu walau hanya sebentar. 

Aku senang disaat kita bercerita tentang hal kecil sampai hal-hal yang belum pernah kita ceritakan kepada siapapun.


Sejauh apapun jarak diantara kita kedepannya nanti, aku tidak akan pernah berusaha untuk melupakan semua hal yang pernah terjadi. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil, bagaimana cara memperlakukan orang dengan baik, mendengarkan semua isi hati dari orang lain tanpa menghakiminya, aku juga menjadi banyak bersyukur disaat semua keterbatasanku selama ini ternyata masih bisa berguna untuk membantu menyembuhkan banyak luka yang pada awalnya hanya sebagai sandaran malah menjadi tujuan utama dari segala arah penjuru rasa. 

Aku yang sedang ingin menyerah dan menjauh dari banyak hal yang selalu membingungkan, tapi pertemuan kita malah membuat cerita baru seolah-olah Dia tidak rela jika aku benar-benar lepas dari peran sebagai orang yang bisa hidup tanpa orang lain, dan itu kamu. 

Kamu yang sejak pertama bertemu saja tidak pernah aku masukkan dalam ceritaku, tapi kegigihan dan usahamu yang terus menerus tanpa henti agar bisa masuk dalam bayangan sebelum tidur bahkan dalam mimpiku, hingga akhirnya aku menerimamu sebagai sosok yang nyata dan benar-benar ada dihadapanku dengan banyak sayatan entah ribuan bahkan jutaan luka yang jelas terlihat hingga teraba bahkan terasa. 


Aku bukan tipe orang yang tidak memiliki perasaan, empati dan rasa simpatiku terlalu berlebihan. Itulah yang menyebabkan terjadinya sebuah hubungan diantara kita.

Aku menerimamu karena menghargai dan memaklumi keadaan rumit yang mungkin tidak bisa orang lain pahami, aku mengatakannya bukan cinta karena memang aku tidak pernah memiliki rasa itu. Tapi rasa sayangku melebihi ucapan dan perilaku mereka yang pada kenyataannya hanya setelah bertemu denganku-lah semua luka itu mulai memudar bahkan sedikit menghilang. 


Aku juga mengagumimu karena masih bisa bertahan ditengah keadaan yang mungkin aku sendiri saja belum tentu sanggup menjalaninya. 

Seperti yang pernah kamu katakan, memang, setiap orang mempunyai jalan hidup dan cerita masing-masing termasuk  permasalahan di dalamnya. Tapi disaat sudah sejauh ini aku berjalan dan jika harus dihadapkan dengan situasi yang sedang kamu alami, aku mungkin akan memilih untuk mundur. Belum tentu aku sekuat kamu. Dan kamu masih bisa sampai sejauh ini. 


Kamu juga baik, sweet, perhatian, memperlakukanku seperti seseorang yang sudah lama kamu kenal. Mungkin memang sedikit berlebihan, dan aku tidak menyukai hal itu. Aku sudah berusaha untuk menerima semua perlakuan itu, tapi hati dan pikiranku tetap menolak menerimanya. 

Dari saban mana aku bisa hidup di dunia seperti ini, beberapa kali pernah aku bahas dalam tulisan entah di part ke berapa, aku bukan tipe orang yang menerima begitu saja. Aku suka materi, tapi aku bukan orang yang menerima pemberian apalagi bantuan. Aku suka materi, tapi dengan harga diriku yang aku pikir kamu tidak mengerti akan hal itu. 

Berkali-kali aku sudah katakan, aku mempunyai waktu untuk diriku yang tidak bisa orang lain ganggu, aku mempunyai waktu untuk teman-temanku yang tidak boleh kamu ganggu, aku juga mempunyai waktu bersama kamu yang tidak bisa orang lain ganggu. Tapi kamu mengabaikannya berulang kali. 

Aku terlalu muak untuk diperlukan seperti itu. 


Kemarin sore salah satu contohnya.

Baiklah, kamu datang jauh-jauh untuk mengantarkan obat yang sebenarnya bisa aku beli sendiri dengan uang aku sendiri. Bahkan rela macet-macetan dan hujan-hujanan. Aku juga sudah berkali-kali mengatakan untuk tidak perlu melakukannya karena selain jauh itu juga buang- buang waktu saja. Apalagi aku sedang ada acara. 

Dan kamu "keukeuh". 

"Aku berkorban demi kamu masa kamu ngomong gitu." Itu yang selalu kamu katakan. 

Aku tidak butuh semua itu. 

Mungkin kamu berusaha untuk menjadi bagian dari hidupku secara nyata, tapi aku sudah terbiasa hidup sendiri dan melakukan hal-hal sederhana seperti itu sendiri. Bahkan aku pernah berkali-kali hidup dalam keterasingan sendiri tapi aku mampu melewatinya. Dan apa yang kamu lakukan itu tidak akan berarti apa-apa untuk aku. Karena yang aku mau hanya melihatmu menjadi orang yang lebih baik. Aku tidak menyepelekan pengorbananmu, tapi aku benar-benar tidak memerlukan itu semua. 

Mungkin kamu merasa berhutang kepadaku, karena sudah pernah memanusiakan manusia seperti kamu ditengah mereka yang mengabaikanmu, mungkin kamu merasa tidak enak karena selalu menceritakan semuanya  kepadaku dengan responku yang bisa diterima olehmu, mungkin kamu merasa ingin berbalas budi karena ternyata dengan adanya aku kehidupan kamu menjadi lebih damai dan bisa belajar bahagia dari setiap situasi dan keadaan keluargamu yang selalu tidak baik-baik saja. 

Bahkan kamu pernah berjanji akan melakukan apa saja untukku dan menuruti apa yang aku katakan kepadamu. 

Oh God! 


Kedepannya mungkin aku juga tidak akan menghindarinya, karena aku masih bisa mengendalikan perasaan dan pemikiranku. 

Aku berusaha agar semuanya tetap berjalan apa adanya, tidak akan berusaha seolah-olah tidak pernah mengenalnya, tidak akan berpura-pura seakan tidak pernah menemuinya, tidak akan berakting bagai dua orang yang tidak saling mengenal. 

Sebelumnya aku sudah banyak berpikir tentang ini semua. Memperkirakan dengan dimulai dari mempertimbangkan dan melihat sisi baik dan juga buruknya bahwa hal seperti ini sudah pasti akan terjadi. 


Tidak dipungkiri, selama aku bertemu dengannya itu membuatku bahagia, memberi warna baru dalam hidupku. 

Tapi memang ada kalanya tidak selalu bahagia karena terkadang aku dipenuhi rasa khawatir entah aku takut dia mengetahui masa laluku, entah karena aku yang tidak bisa menjadi diriku sepenuhnya ketika bersamanya, aku juga merasa bahwa banyak hal yang tidak akan bisa dia terima jika suatu saat nanti dia mengetahui kebenaran bahwa dia bukanlah satu-satunya. 


Aku mengatakan kepadanya sesaat dia akan pergi dengan air mata yang tertutupi oleh basahnya air hujan, aku akan selalu berusaha ada untuknya, aku akan mendengarkan semua keluh kesahnya, aku akan berupaya keras untuk memberi banyak solusi dan masukan jika dia memintanya, mungkin aku akan tetap menegakkan badanku disaat dia membutuhkan sandaran dari kehidupan yang selalu tidak baik-baik saja diluar sana ditengah perjalanan hidupku yang sejatinya kita semua ketahui dari awal hingga saat ini pun masih sama saja perlu untuk diperbaiki dan tetap butuh akan sebuah perhatian, ya, kami berdua sama-sama membutuhkan sosok figur itu. Hidup kami berdua sangat menyedihkan. Hanya itu kesamaan diantara kami.


Tapi pada akhirnya aku harus banyak menerima dan mengikhlaskan banyaknya pertemuan yang berakhir dengan perpisahan. Aku sudah terbiasa dengan itu semua. Bahkan sejak mengenal seseorang saja aku sudah bisa menebak akan bagaimana akhirnya nanti. 


Tentangku, bukan berarti apa-apa untuk orang lain, dan tentang orang lain juga tidak harus berarti apa-apa untukku. 

Kedewasaanku terjadi disaat keluar dari pintu rumah itu dengan penuh kepercayaan akan banyak kejutan diluar sini, entah itu hal yang membahagiakan atau sebaliknya. Aku juga percaya akan selalu dipertemukan dengan orang-orang yang baik, akan bertemu dengan banyak orang yang menerima keadaan dan pemikiran-pemikiran luar biasaku, akan selalu ada lingkungan yang menganggapku bagian terbaik dari mereka. 


2023 ini aku tutup dengan rasa terimakasih atas semuanya. 


2024 aku siap dengan cerita baru entah dengan orang yang baru atau mungkin dengan orang yang pernah ada dalam hidupku sebelumnya bersama orang-orang yang akan memberiku banyak pelajaran yang luar biasa. 


-------


"Jangan hanya menyukai keindahannya saja, sukai juga kekurangannya."


-------


To be continued? 


Selasa, 19 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 17)

Nugraha is My Name (part 17)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


"Ketika aku memilihmu berarti aku sudah menyelesaikan perang dalam diriku, menyeimbangkan antara pikiran dan perasaanku."


-------


Terlalu rumit dan membingungkan hampir tidak bisa memutuskan untuk meneruskannya dari bagian mana lagi cerita ini. Karena diriku, tubuhku hanya ada satu tapi dengan pikiran yang tidak terlalu fokus juga rasa yang selalu berubah-ubah setiap saatnya. 

Ada banyak momen yang pada kenyataannya sangat related dengan orang yang keberadaannya jauh disana. Sejujurnya aku sudah sedikit tau tentangnya, karena aku selalu berhenti disaat ada rasa ingin mencari tau segala yang berhubungan dengannya. Sejauh ini aku masih bisa mengendalikan semuanya, ada rasa tertarik tapi hanya berhenti pada titik itu saja. 

Oh ya, apa yang dia lakukan hampir selalu sama dengan yang Fz lakukan.

Tiga hal terakhir yang pada awalnya aku abaikan, dulu aku pernah sama Fz pergi makan di McD dan anehnya dia juga makan di tempat yang sama meskipun itu entah dimana, aku juga tidak peduli. 

Kedua, aku sama Fz sedang minum dan pergi ke sebuah tempat di Sulanjana. Ternyata dia juga sedang minum meskipun entah tidak tau dimana dan dengan siapa, karena aku tidak peduli juga. 

Yang terakhir. Fz hari ini pergi ke Bali bersama keluarganya, tentu saja setiap bertemu dan di chat atau via telfon selalu mengajakku untuk ikut tapi itu hal yang tidak mungkin terjadi. Fz belum mengerti situasi, meskipun kami sudah cukup dekat tapi aku tidak ada hubungannya dengan keluarganya. Dan dia, si orang ini, melakukan perjalanan keluar kota menggunakan pesawat di jam yang sama dengan jenis pesawat yang sama juga, Batik Air. Bahkan sebelum berangkat orang ini juga memfoto bagian dalam pesawat bersamaan dengan Fz yang mengirimkannya via pesan WhatsApp sesaat sebelum take-off tapi memang dengan foto yang berbeda tapi cukup mirip karena maskapai yang sama. Fz ke Bali, orang ini entah kemana aku tidak tau, katanya sih ke Jakarta untuk transit. 


Sesaat aku berpikir tapi tidak terlalu dalam, dan ini hanya kebetulan. Ya. Kebetulan saja. 


Fz. 

Aku tidak tau apa yang akan aku katakan jika suatu saat dia membaca tulisan ini. 

Kalau boleh jujur, sejauh ini aku masih dalam rasa sayang yang tidak berlebihan. Untuk cinta? Aku belum tau. Karena aku pribadi yang sangat sulit untuk jatuh cinta. 

Dia kehilangan banyak figur dalam hidupnya termasuk kakak, ayah tiri yang sibuk sendiri, ibu yang selalu sibuk dengan pekerjaannya mengurusi nyawa orang lain tapi melupakan perasaan anaknya sendiri. 

Teman yang banyak tapi tidak peduli dengan apa yang dia rasakan, teman-temannya hanya dekat karena ada maunya. Teman-temannya hanya ikut merasakan fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya bukan benar-benar ingin berteman secara tulus. 

Setelah kenal dan dekat denganku, aku tidak tau berapa persen kebahagiaan dia bertambah, atau berapa banyak rasa marah dan kecewa yang selama ini dia pendam hingga terkuras meskipun tidak semuanya terungkap, tapi setidaknya sudah pasti berkurang. Terlihat dari fokus belajarnya yang membaik. Yang tadinya tidak pernah masuk 10 besar, kali ini dia mampu masuk meskipun baru rangking ke 7. 

Apakah aku bangga? 

Sejujurnya ya, tapi sedikit. 

Karena pada akhirnya yang ada hanyalah beban kedepannya harus seperti apa, kepalaku dipenuhi rasa was-was dan takut jika malah aku yang benar-benar jatuh cinta kepadanya. 

Saat dia memintaku untuk tidak meninggalkannya, aku tidak bisa berjanji akan tetap tinggal. Aku tidak menjanjikan banyak hal kepadanya, tapi aku akan berusaha untuk selalu ada disaat dia membutuhkanku dalam keadaan apapun, termasuk hal sepele ketika harus makan es krim yang mengandung banyak gula itu. Mungkin berlebihan, tapi pada kenyataannya semua orang akan ada di fase mengabaikan janji-janjinya, karena pada akhirnya semua orang akan pergi. Entah itu karena satu orang yang bosan, entah keduanya yang sama-sama bosan, entah salah satunya tersakiti atau sama-sama saling menyakiti bahkan saling mengecewakan dengan banyaknya alasan agar sebuah hubungan itu berakhir. Karena sebuah ketidakcocokan dan menemukan hal yang lebih menarik diluar sana juga menjadi alasan kenapa sebuah hubungan selalu usai.


Aku menyayanginya, tapi memang hanya sebatas itu saja. 

Aku tidak ingin lebih jauh ke tahap yang lebih serius. Aku bukan pembaca masa depan yang sudah tau ujungnya akan bagaimana, tapi aku sedang dalam sebuah hubungan bersama orang yang lain juga. Sangat rumit jika memang terlalu dipikirkan, makanya aku lebih membiarkan hidup ini otomatis daripada menjalaninya secara manual. Aku selalu percaya setiap hal yang terjadi dalam hidup ini sudah teratur secara langsung tanpa harus repot mencari jawaban dan pembahasan apalagi permasalahan. 


Beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu untuk makan, diperjalanan aku memberanikan diri untuk bertanya alasan kenapa dia memilihku secara jujur dan serius. 


Saat di minimarket rumah sakit itu dia hanya kagum saat aku berkata, "Aku harap siapa pun mau bercerita dan terbuka apa pun tanpa ada perasaan akan dihakimi atau disalahkan apalagi sampai dimarahi. 

Karena sejatinya kebanyakan orang hanya butuh untuk didengar bukan untuk diberi solusi."


Ya, hanya itu. 

Aku pikir memang pada dasarnya setiap orang harus seperti itu. Tapi pada kenyataannya tidak semua orang mampu melakukan hal sederhana itu. Bahkan untuk bertanya "apakabar, apakah kamu baik-baik saja, apakah mau cerita" saja sangat tidak terbiasa dengan itu semua. 

Banyak orang yang pada akhirnya malah menjadi hakim dan pemberi nasihat tanpa mendengar dan ikut merasakan apa yang dialami oleh orang lain. 


-------


To be continued.

Jumat, 15 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 16)

Nugraha is My Name (part 16)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


"Jatuh cintalah dengan kesadaran bahwa setiap orang bisa melukai sewaktu-waktu, dan

sembuhlah dengan keyakinan bahwa akan ada seseorang yang sungguh-sungguh memahami bahwa kamu layak untuk dibahagiakan".


-------


Pada bulan November kemarin aku bertemu dengan seseorang tanpa disengaja. 


Ini bukan pertama kalinya aku dilanda rasa yang tak berarah, entah akan bagaimana nantinya, terlihat tidak ada harapan tapi membuatku sedikit bahagia, membingungkan tapi menenangkan. 

Cinta itu egois dan penuh harapan terutama jika ingin ada balasan, terlalu rumit jika harus diungkapkan, terlalu beralur jika harus diucapkan, lagipula mana ada orang yang berani menghabiskan waktunya selama itu untuk menunggu hal yang tidak pasti.


Aku tidak jatuh cinta, aku hanya jatuh hati. Aku tidak ingin merasakan sakit karena cinta yang tidak nyata atau cinta yang bertepuk sebelah tangan, cinta itu harus sama-sama, bukan satu yang mengejar dan satu yang berlari, cinta harus berjalan bersama, cinta harus saling bergandengan dan menatap tujuan yang sama. 


Aku jatuh hati padanya karena banyak hal, selain tidak ingin egois, aku hanya bisa mengagumi tanpa memuji apalagi memuja, hatiku ingin se-simple itu tapi sebahagia saat aku melihat wajahnya atau berdekatan dan duduk bersamanya. 

Dia tidak perlu tau apa yang aku rasakan, kubiarkan rasa dihati ini semakin rapat tersimpan dalam angan, karena rasa seperti ini saja sudah cukup indah bagiku. 

Bukannya aku terlalu takut untuk mencintai, tapi ada kalanya seseorang meminimalisir untuk tidak sampai ke fase sakit hati karena mencintai, karena bagiku cinta itu harus indah dan bahagia bukan malah membuat luka.


Seperti yang sudah aku katakan padanya, aku hanya sebatas mengagumi keindahan tanpa harus memiliki keindahan itu, aku tidak ingin merusaknya apalagi sampai menjadi racun untuk hidupnya. Kubiarkan waktu yang memilih, entah nanti aku yang berubah atau dia yang mencoba merubah rasa dihatinya, tapi aku tidak berharap sesuatu yang berlebihan, dia bersedia dekat denganku saja sudah lebih dari cukup bagiku.


Tidak munafik, kalau dia berubah untuk ingin lebih dari itu aku juga akan membuka hati untuknya, tapi harus dengan cara yang seimbang antara logika dan perasaan, karena cinta bisa merusak banyak kenangan yang indah selama ini. 


"Hey, kamu. Aku tidak berharap lebih darimu, aku hanya ingin selalu bisa dekat denganmu".

Ucapnya sambil menutup pintu mobil dan menginjak gas berlalu tanpa kabar bahkan mengabaikan pesan dariku. 


Aku akui, aku adalah pembohong yang handal untuk banyak rasa yang selalu aku abaikan, tapi hatiku mengetahui dan pikiranku juga membenarkan apa yang sesungguhnya terjadi di dalam diriku. 

Aku juga mempunyai perasaan yang sama dengannya, tapi terlalu banyak pertimbangan yang pada akhirnya membuatnya sedikit kecewa karena ekpektasinya yang terlalu berlebihan. 


Aku sudah berusaha untuk menghindarinya, menjauhinya, mengabaikannya, tapi dia masih dengan semangat luar biasanya mendekatiku dengan segala pengorbanannya, usaha-usahanya, tingkah-tingkahnya, dan keyakinan yang dimilikinya bahwa dia akan mampu menaklukkan hati yang selama ini sudah aku bentengi dengan kokoh agar tidak ada sedikitpun terbersit keinginan untuk saling memiliki, apalagi hingga runtuh terjatuh ke pelukannya. 


Tapi pada kenyataannya semakin aku berusaha memaksimalkan pertahanan ini, semakin kuat pula badai penghancurnya.


Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menerimanya dengan segala resiko yang akan terjadi kedepannya, entah aku yang menjadi cinta atau dia yang terlalu sayang dan mungkin kita sama-sama saling berbagi atas perasaan yang mulai terbentuk meskipun belum terlalu berarah. 


Dia bukan yang pertama bagiku, aku juga bukan yang pertama baginya, tapi keputusan untuk bersama adalah kesempatan kami satu-satunya.

Bagaimana bisa mengetahui akan sakit atau bahagia jika memulai saja tidak pernah kami lakukan untuk pertama kalinya. 


Secara berpikir dan menyikapi banyak hal saja kami sudah berbeda, itu hal yang menjadi alasan utama kenapa aku membutuhkan waktu untuk menerimanya, dulu.

Dulu aku juga berpikir bahwa jatuh cinta hanya akan membuang-buang waktuku, aku selalu menganggap hal itu akan menjadi sesuatu yang rumit dan membingungkan, tapi aku juga mempunyai keyakinan bahwa bagaimana kalau memang inilah yang seharusnya aku terima dan aku jalani dengan sukarela tanpa harus mempermasalahkan sesuatu yang belum terjadi. 

Selalu ada tujuan dan alasan kenapa setiap orang dipertemukan.

Entah itu untuk saling membahagiakan atau mungkin saling menyakiti satu sama lain. 


Aku mempunyai kendali atas diriku sendiri, aku tidak ingin ada orang lain yang mengendalikanku atas apapun itu, begitupun ketika aku akan mengambil keputusan untuk sesuatu yang besar, menjadi sesuatu yang besar karena ini tentang hati yang kapan saja bisa berubah dan kemungkinan terburuknya adalah ketika hati terluka maka dunia ini akan terhenti sejenak untuk keheningan dan penyesalan juga kesakitan yang luar biasa. 


Untuk cinta, aku tidak bisa hanya memakai logika atau hanya mengandalkan perasaan, karena keduanya harus seimbang. Tapi kekurangan manusia yang sedang jatuh cinta adalah dia terlalu mengandalkan perasaannya dan melupakan logikanya. 

Logika menerima tapi hati menolak atau hatinya yang sangat menginginkan tapi logikanya menolak dengan banyak pemikiran-pemikiran yang logis tapi sesaat, lupa akan jangka panjang untuk kehidupannya. 

Tapi semua itu kembali lagi dengan seberapa siap dia dengan banyaknya kemungkinan yang akan terjadi dan beberapa hal yang tidak bisa dia perkirakan dari awal. 

Tapi faktanya hanya akan terjadi satu dari dua hal itu, yaitu bahagia atau sakit. 


Sejauh ini aku tetap dengan caraku yang terus berusaha menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran, tidak mengucapkan banyak janji dan mempercayai perkataannya yang sedang bahagia karena kenyamanan dan rasa jatuh cinta.

Mungkin aku hanya bisa mengungkapkan apa yang sedang aku rasa, melakukan hal-hal yang mampu aku lakukan saja, tidak berusaha untuk menghindari lagi, aku juga tidak bisa menjanjikan banyak hal untuknya, karena apapun yang akan terjadi kedepannya nanti, kita sudah sama-sama saling tau resikonya dan bagaimana cara kita menghadapi juga mengendalikannya. 


-------


Tidak ada dua insan yang bertemu langsung cocok, kecocokan akan tumbuh saat keduanya

saling berusaha menerima kelemahan dan kekurangan masing-masing.

(Film 172 days).


-------


To be continued.