Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Selasa, 31 Mei 2022

Patah Hati Terberat (HJML part 2) 2022


Kekecewaan dan patah hati terkadang dan bahkan bisa membuat semuanya berantakan, dan patah hati terbesarku bukanlah oleh pasangan atau teman atau saudara lagi, melainkan oleh ayahku sendiri.


Orang yang selama ini aku banggakan dan aku pikir bisa dijadikan contoh dari cara berpikir, berprilaku dan apapun yang ada dalam dirinya selalu aku jadikan kiblat, he's my father, what's wrong "I think".


Cara berpikirnya yang sangat brilian dan butuh perpaduan otak kiri dan kanan untuk mencernanya dan it work dan selalu masuk akal, dan aku praktekan dalam kehidupanku sehari-hari.

Cara dia berprilaku yang selalu terlihat baik dan membuat orang disekitarnya menghormati dia, sebagian aku contoh juga dan aku pakai ketika bertemu dengan orang.

Dan masih banyak lagi yang bisa aku contoh darinya, aku mengaguminya? Tentu saja, dia ayahku. 


Tapi ternyata tidak pernah ada yang sesempurna itu, yang namanya manusia selalu saja ada celah dimana ketidakseimbangan antara pikiran dan perasaan, terlalu menggunakan logika tanpa memakai perasaan, melumpuhkan cara berpikir melukai hati yang sedari dulu saja sudah hancur berkeping-keping, menimbulkan kesan yang mendalam tentang apa yang selama ini aku lihat ternyata tidak sebaik tampak luarnya, ada ruang yang terkunci rapat yang sesekali minta dibuka untuk menampakkan yang sesungguhnya. 

Ya, semua orang punya sisi gelap, dan aku melupakan itu, aku lupa bahwa dia juga mempunyai semua itu, sama dengan manusia bertopeng lainnya. 


Beberapa kali aku merasakan yang namanya  patah hati, tapi proses penyembuhannya mudah dan banyak cara untuk mengobatinya. Aku pernah patah hati oleh pasangan, oleh teman, oleh saudara, tapi bisa dengan mudah move-on dari semua itu, tapi saat aku patah hati oleh ayahku sendiri rasanya terlalu berat, terlalu sakit perasaan ini, pikiran menjadi berat, bahkan melebihi rasa sakit yang pernah aku rasakan sebelumnya, dan yang lebih parahnya adalah aku sulit untuk melupakan semua itu, sulit untuk menerima kenyataan itu, sulit untuk kembali menjalani hidup dengan bayang-bayang itu, terlalu sakit. 


Aku sudah mampu melewati beberapa fase terendah dalam hidup, so many problem actually, pikiran yang sudah kalut, hati yang pernah hancur, jiwa yang terlalu lumpuh, sampai aku bisa bangkit berjalan dan bisa tersenyum kembali, kini kembali dihujani batu kesakitan yang berkali-kali lipat sakit dan membuat hancur.


Mungkin terlalu pengecut atau lemah atau "cemen", mungkin memang benar juga, mungkin, tapi saat kamu bilang seperti itu, I ask you;

 patah hati terberat kamu apa