Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Sabtu, 27 Mei 2023

Aku, Menikah?




Bukan masalah siapa yang terkuat dan bertahan, bukan juga tentang lelah dan menyerah, tapi ini tentang sebuah pilihan, apakah ingin bahagia atau sebaliknya?


---


Judulnya tentang pernikahan (lagi). 

Aku pernah menulisnya: 

"Pernikahan 2022" dan 

"Suatu Hubungan (HJML Part 5) 2021" dan

"Hidupku Just My Life (Part 2) 2021" dan juga 

"Tidak Percaya Pernikahan II 2017" (pembaca paling banyak mungkin karena kontroversi✌️😁)


Well, ini tentang pilihan pribadi bukan untuk mempengaruhi atau membuat orang lain menjadi labil atau menyesal karena sudah membuat pilihan untuk menikah.

Semua kembali kepada bagaimana setiap orang mengartikan dan menjalani apa yang sudah dia pilih, even itu sebuah komitmen atau sampai ke jenjang yang namanya pernikahan. 


Aku pernah melakukannya ** tahun yang lalu, yang aku alami saat itu adalah salah satu yang mendasari apa yang menjadi pilihanku saat ini, mungkin memang belum sepenuhnya didasari ilmu dan pengetahuan apa itu arti dan tujuan untuk apa sebuah pernikahan dilakukan. Dulu, ya bukan atas dasar suka ataupun cinta apalagi sampai ke tahap yang katanya untuk sebuah ibadah, ah..tidak akan cukup jika aku tulis disini. 


Bagiku, menjalin sebuah hubungan dengan orang lain adalah unsur terberat dalam hidup manusia, banyak halangan dan rintangan, akan mengorbankan banyak waktu, menunda bahkan melenyapkan banyak impian, menambah beban pikiran, banyak hal yang harus dipikirkan, harus ada obrolan, diskusi, negosiasi, berbagi kesalahan, meluangkan waktu untuk meminta maaf, dan berbagai macam hal yang mungkin lebih tidak menyenangkan dan menjadi sesuatu yang membingungkan  pada kenyataannya. 

Dan aku pribadi tidak memilih untuk jalan itu (pernikahan/ komitmen), selain terlalu banyak kaca yang aku lihat, aku lebih fokus untuk diriku sendiri tanpa harus memasukkan orang lain dalam sebuah ikatan janji sehidup semati. 

Mungkin bisa saja kamu meninggalkan janji dan sumpah itu, tapi apakah keduanya akan meninggalkanmu? 

Tidak. Ketika ada salah satunya yang dilanggar maka hal buruk akan terjadi, dengan cepat atau secara perlahan. 


Aku pribadi tidak ada masalah dengan orang-orang yang memilih untuk menikah, apalagi dengan tujuan yang bagus dan lebih mulia, lebih bagus lagi jika mereka berhasil dengan pernikahannya. Mereka having fun untuk menjalaninya and it's their choice, but not for me, karena aku tau, pada akhirnya semua orang akan mati sendirian dan kesepian. 


Tidak sedikit yang berhasil dengan pernikahannya, tapi aku melihat sisi buruk dari pernikahan dan banyak hal yang tidak baik yang mereka tutupi dari semua itu. 

Aku bukan pembaca pikiran, tapi mataku masih sehat jika harus melihat semua gambaran yang ada. 

Aku sudah bahagia dengan apa yang sudah aku putuskan. Aku tidak mau meminta lebih lagi dan lagi, karena aku tidak siap jika harus menanggung harga yang harus aku bayar. Iya, semua ada harganya, apa yang aku minta akan ada konsekuensinya. 


Tuntutan?

Karena keluarga, karena umur, karena lingkungan, karena agama, karena ingin bahagia?


Karena keluarga.

Memangnya apa hubungannya pernikahan dengan keluarga? 

Aku pribadi tidak rela mempertaruhkan hidupku demi keluarga hanya untuk sebuah pernikahan. I love my self. 

Ketika kamu dituntut menikah oleh keluarga, biaya ini itu semuanya mereka tanggung, bahkan sampai keseharian kamu pun mereka tanggung hanya agar kamu menikah. Apa yang kamu dapat? Pujian karena menuruti apa kata mereka? Bagaimana dengan hati kamu?

Bagaimana hari-hari kamu bersama pasanganmu? 

Bagaimana kalau tidak cocok? Oh pasti ada jawaban "yang namanya hubungan pasti ada nggak cocoknya" So? Kenapa harus mencocokkan apa yang tidak semestinya? Kenapa susah payah mencari solusi dari sesuatu yang sudah jelas tidak selayaknya untuk dipecahkan? Kenapa mau seribet itu?



Karena umur.

Umur sekian perempuan harus menikah. Umur sekian pria harus sudah menikah. 

Why? 

Kenapa harus ada batasan? 

Oh my God! 


Karena lingkungan.

Melihat sekeliling kamu sudah menikah dan menimbang anak, mengantar anaknya ke sekolah, hamil lagi, biaya lagi, urus BPJS lagi, yakin mau menikah karena orang-orang disekitar kamu sudah pada menikah? 

Kalau aku pribadi lebih memilih untuk pindah lingkungan. 


Karena agama. 

Ibadah? 

Banyak cara untuk ibadah selain melakukan pernikahan. 

Semua orang yang beragama dan percaya konsep Ketuhanan pasti tau bahwa pernikahan bukanlah satu-satunya ibadah yang dianjurkan.

(Tidak mau bahas agama ah).


Karena ingin bahagia?

Apakah setelah menikah hidup akan terasa lebih bahagia? Sebulan kemudian mungkin. 

Sebelum tau bagaimana caranya mencari kenyamanan ditengah ketidakpastian, sebelum sadar betapa merepotkannya menyuapi mulut orang lain sebelum menelan kunyahan sendiri, sebelum faham apa itu kebenaran ditengah kemunafikan. 

Banyak cara untuk bahagia dan aku tidak memilih pernikahan untuk menemukan kebahagiaan itu.


Aku bahagia dengan cara mencari uang semau aku, bangun jam berapa saja bebas, makan apa saja dan dimana saja juga dengan siapa saja tidak ada yang melarang, pergi ke suatu tempat liburan menikmati pantai sambil minum bir atau air kelapa dengan rokok mentol, bertemu banyak orang baru, mencoba makanan yang belum pernah aku makan, menikmati perjalanan sendiri dari satu kota ke kota yang lain, shoping, nonton, ngopi di cafe sambil baca cerita fiksi favorit, mendengar lagu pilihan sendiri, tidak ada jam malam atau seseorang yang menunggu kabar dan bertanya mau pulang jam berapa, aku bisa menikmati banyak waktu sendiri, ya bolehlah sesekali dengan teman atau keluarga dan orang-orang yang aku sayang tanpa harus menjalin hubungan / ikatan pernikahan. 


Mungkin, jika memang mau menjalin sebuah pernikahan, pesanku:

menikahlah ketika kamu sudah siap dengan segala sesuatu hal yang akan terjadi didalamnya. Cukup dengan alasan itu. Tanpa tapi! 


(WTF!! Kebayang kalau tiba-tiba gue berubah pikiran dan bertemu dengan seseorang yang tepat haha)

----


"Secara tidak sadar, banyak orang yang saling menyakiti dan mengecewakan dengan mengatasnamakan cinta dan kasih sayang."

*Nugi Nugraha 

Rabu, 24 Mei 2023

High Think?

Picture: Fathan (Anaknya temenku)


Oh hai. Apakabar? Apakah kamu baik-baik saja? Bagaimana hari ini?


Actually itu bukan hanya untuk si bocil yang setiap pagi datang untuk meminta uang jajan dan minta diantar ke sekolah atau spam call untuk minta dijemput or ketika dia tiba-tiba ngetuk pintu bahkan naik ke genteng buat bangunin aku ketika tidur siang, itu percakapan sederhana yang aku terapkan untuk semua orang, iya, aku selalu melakukan semua itu kepada orang yang aku temui yang mungkin hari-harinya tidak baik-baik saja. 

Dan bukan berarti hari-hariku juga lebih baik, tapi disaat ada orang yang bertanya balik seperti itu rasanya "relieved" saja gitu perasaan. 

Memang tidak banyak membantu, mungkin hanya sebagai pembuka obrolan atau basa basi saja, tapi bagi orang yang tepat dan juga waktu yang tepat pula, kalimat itu bisa menjadikan segalanya sedikit lebih baik. 


Pada postingan sebelumnya aku menulis tentang kepribadianku yang random AKA membingungkan bagi yang membaca, meskipun view-nya lumayan banyak juga (orang-orang instagram selalu menjadi statistik nomor satu sih tetap), sebenarnya itu hanya beberapa yang aku share, aku terlalu sulit untuk terbuka kepada orang, bukan berarti aku tertutup apalagi perundung, hanya saja terkadang harus melihat siapa lawan bicaraku dan harus orang yang tepat dan benar-benar memahami apa yang aku bicarakan. Aku tidak mau ketika aku berbicara panjang lebar tapi tidak ada artinya, aku tidak mau membuang banyak waktu untuk orang yang cara berpikirnya tidak se-level, dalam artian secara pemahaman minimal harus sama dan dengan cara berpikirnya yang terbuka, open minded?

Ketika aku bisa memahami perasaan orang lain, terkadang tidak semua orang bisa memahami apa yang aku rasakan, dan itu adalah salah satu alasan kenapa aku lebih suka menulisnya di blog seperti ini, selain karena dapat uang ya✌️😁

Ketika aku bisa menceritakannya kepada orang lain dan mereka memahami apalagi sampai memberi solusi atau mungkin sampai ke tahap tertinggi yaitu menjadi sigma bagi diriku, itu menjadi poin plus bagi aku. Sigma ya bukan alpha hehe.


Aku sangat respect ketika ada orang yang berani (bukan rela) duduk untuk ngobrol dengan waktu yang cukup lama, mendengarkan dan saling bertukar pikiran juga perasaan tanpa memperdulikan kepribadianku.

Mungkin ketika aku berbicara dengan orang baru, aku akan membicarakan hal-hal positif, yang baik-baik saja, yang setidaknya ketika obrolan berakhir ada satu atau beberapa poin bagus yang bisa orang itu ambil. 


Oh shit! Aku tidak pernah berpikir akan kembali menulis tentang orang lain selain si bocil Angga, tapi kali ini aku benar-benar harus menulisnya, disini, dimana semua orang bisa membacanya. 


Aku pernah jatuh hati kepada seseorang yang berawal dari kabar, berjalan dengan pertemuan dan berakhir dengan pertengkaran. 

Aku manusia dewasa dengan segala sesuatu yang sudah aku lewati dan aku alami sampai sejauh ini, aku pernah ada di titik dimana ketika menjalin sebuah hubungan tidak lagi menjadi sesuatu yang aku butuhkan dan aku harapkan melainkan untuk sebuah perjalanan yang tidak tau lagi akan seperti apa.

Aku selalu terjatuh kepada hati yang remuk dan hancur, aku selalu nyaman dengan suara yang lirih dan menyakitkan, aku suka mendengar ucapan dan ungkapan dengan latar kekesalan juga kekecewaan, aku selalu terobsesi untuk memegang dan menarik tangan orang agar keluar dari zona yang tidak nyaman untuk bangkit dan menunjukkan berbagai macam kebahagiaan yang bisa dia lihat dan dia dapatkan, aku selalu ingin menunjukkan kepada dia bahwa dunia ini bukan hanya tentang hal-hal yang menyakitkan dan mengecewakan juga membingungkan, karena banyak hal yang bisa dilihat ketika membuka mata dengan hati yang lapang menerima dan cara berpikir yang terbuka. 

Aku sangat suka melihat orang lain bertumbuh, berubah dan berkembang, aku sangat suka menjadi orang yang selalu ada untuk orang lain meskipun dalam keadaan hidupku yang tidak terlalu baik-baik saja, bukan materi tapi sederhananya adalah ucapan atau kata-kataku yang bisa menenangkan atau menjadi opsi untuknya berpikir lebih baik, karena itu menjadikan hidupku lebih berarti. 

Aku mampu menciptakan kebahagiaan dengan cara memberi kebahagiaan kepada orang lain, hidupku memang tidak selalu ditempat yang benar, tapi aku tau bagaimana cara memperlakukan orang dengan baik dan tulus, rasa peduliku terlalu tinggi dengan egoisme yang tidak bisa dibendung, rasa ingin melihat orang-orang disekitarku baik-baik saja yang terlalu kuat.



Oh hai! Again! 

Aku sudah hidup dan menjalani kehidupan ini dengan segala hal yang ada didalamnya, dan aku sudah berhasil melewati semua itu, Alhamdulillah. Segala rasa sakit, kecewa, tangis tawa dan bahagia pada akhirnya, tapi...


Kembali ke rasa sadar yang ternyata aku tidak sekuat itu, aku tetap memiliki jiwa yang lemah, jiwa yang rapuh dan jiwa yang hancur berantakan. Tapi, again..


Aku tidak pandai berenang, tapi aku mampu melewati banyak fase kehidupan yang kebanyakan orang malah tenggelam didalamnya. Mereka banyak yang sedih dengan meratapi nasibnya, kehidupannya, masalahnya, segala sesuatu yang dipikirkan oleh mereka yang padahal tidak harus selalu mereka jadikan sebagai beban pikiran. Mereka terlalu fokus pada masalahnya bukan sisi baik dari alasan kenapa adanya masalah itu sendiri.


"Kadang orang tenggelam bukan karena jatuh ke sungai, tapi karena tetap dibawah air"


Kembali ke awal, aku tidak selalu baik-baik saja, jika memang mau dibahas dan dipikirkan tidak akan pernah habis sampai lembaran kertas habis pun masalah akan selalu ada, tapi aku selalu dengan cepat berganti posisi sebagai support system bagi diriku sendiri, oh ya! Aku adalah support system bagi diriku sendiri. 

Orang lain hanya menjadi pendengar atau pemberi solusi, semua kembali kepada bagaimana caraku mengolah semua itu menjadi sesuatu yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan apakah harus lebih baik atau lebih buruk untuk langkah kedepannya. 


Move-on?

Oh ayolah! 

Jangan terjebak di satu orbit hidup orang.

Dunia ini masih luas, aku bisa mencari dan menemukan orbit yang baru dengan mudah 


Aku selalu mempunyai energi yang lebih besar daripada orang lain, cara berpikirku diatas rata-rata dari kebanyakan orang, penampilanku juga tidaklah terlalu buruk, aku mengerti fashion, cara bicaraku tidaklah kaku, pengetahuanku tentang banyak topik tidak akan pernah habis, aku cerdas, aku pintar, mataku sehat bisa melihat mana yang pantas dan mana yang tidak berhak untuk aku pandang, bukan mau sombong, tapi pengalamanku jauh lebih tinggi, jadi tidak akan sulit untuk move-on dari orang yang selayaknya tidak pantas untuk aku perjuangkan. 


Mungkin iya, dulu aku pernah ingin menjadi orang yang selalu ada untuk orang lain, untuk orang yang aku pikir layak untuk dijadikan sebagai tujuan, tapi ternyata aku sadar bahwa tidak semua hati bisa aku susupi, banyak hal yang tidak bisa aku lakukan sebelum si-pemilik itu menyadari dan menerimanya terlebih dahulu. 



Aku harus membuat diriku menjadi orang yang berharga dan terhormat dari dalam diriku sendiri bukan dari orang lain.

Aku tidak lagi peduli apalagi butuh penghargaan atau penghormatan dari luar ataupun dari orang lain.

Senin, 22 Mei 2023

Kepribadianku?

Picture: Foto si Molen dari Usi yang pap


Semua orang selalu menginginkan hal-hal yang tidak mudah untuk didapatkan. Kenapa?

Selain karena sifat keegoisan manusia, semua itu dibentuk karena tidak adanya rasa bersyukur dalam dirinya. Dia lupa bahwa apa yang sudah dia dapatkan selama ini mungkin menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk orang lain peroleh. 

Btw, untuk bahagia, bukan tentang seberapa banyak jumlah yang bisa didapat, tapi tentang seberapa banyak rasa bersyukur yang bisa dilakukan. 

Yups, kuncinya adalah bersyukur bukan mengukur. 


Tentang kepribadian.

Aku seperti udara yang bisa ada dimana saja, aku bisa keluar masuk melalui celah tanpa disadari oleh siapapun, aku bisa tetap bergerak sekalipun tertutup oleh ruang dan waktu, tidak ada yang bisa menahanku untuk tetap diam apalagi berlabuh pada satu hati, aku mampu memasuki setiap pikiran orang tanpa terkecuali, aku bisa merasakan banyak perasaan orang lain tanpa perlu mendengarkan, aku adalah sesuatu yang tidak bisa digenggam apalagi ditentang sekalipun itu oleh firman, aku adalah kebebasan untuk diriku, aku adalah aku dengan segala sesuatu yang sudah aku putuskan dan aku jalani juga pertanggungjawabkan. 


Aku bisa mencintai dan menyayangi seseorang sekaligus membencinya dengan pasti secara bersamaan, aku bisa berubah pikiran dalam sekejap bahkan dalam persekian detik, aku bisa marah dan kembali biasa saja dalam sesaat, aku suka berdebat untuk hal yang penting dan yang sama sekali tidak penting untuk diperdebatkan tapi bukan untuk perselisihan, aku hanya suka berdiskusi, aku suka membahas banyak topik apapun itu asalkan yang masuk akal dan bukan untuk pembahasan panjang, karena aku mudah bosan, pikiran dan perasaanku tidak berarti tanpa tubuhku yang penuh energi, aku bisa duduk mengobrol berjam-jam dengan siapapun tanpa terkecuali asalkan bukan hanya satu judul, aku sangat suka belajar, agama? Aku belajar semua agama, politik? Why not. Kehidupan? Apalagi. 

Oh iya, aku bisa bermuka dua dalam artian bisa menyembunyikan emosi dan perasaan tanpa harus terlihat apalagi teraba oleh orang lain, aku mampu berbuat baik dan berbuat buruk dalam satu waktu yang bersamaan, suara dan tawa juga tangisku adalah kamuflase untuk orang yang tidak pernah tau siapa aku sebenarnya, aku bisa jadi apapun yang aku mau, cara berpikirku diatas cara berpikir orang yang ada di hadapanku, kakiku bisa melangkah maju sebelum orang lain memulai langkah pertamanya, aku bisa mengetahui arah pembicaraan orang ketika obrolan baru dimulai bahkan sebelum dia mengucapkan kata pertamanya, aku tidak pintar tapi aku mempunyai pemikiran yang tidak dimiliki oleh orang lain. Aku terlalu sensitif akan banyak hal. 


Apakah aku pernah merasa lemah, lelah, sedih, terpuruk? 

Apakah hidupku menyakitkan? Mengkhawatirkan?

Dalam satu momen mungkin pernah, aku menyadari akan hal itu, dan mungkin semua orang harus sadar semua itu, tapi kalau aku hanya cukup untuk menyadarinya saja, karena diriku terlalu berarti jika hanya fokus dengan hal-hal yang seperti itu apalagi harus ikut berlarut. No, big no.

Banyak hal yang membahagiakan di dunia ini, banyak hal-hal yang membuat hidupku lebih berguna dibanding harus terus menerus berusaha mengubah sesuatu yang tidak mampu aku ubah, I don't fucking care dengan segala sesuatu yang datang hanya untuk membenci.



Sebenarnya apa sih yang membuat orang lain tidak suka bahkan membenci kita? Padahal kita tidak melakukan apapun kepada mereka. Tidak menyinggung, tidak menyakiti, tidak menghakimi, tidak melakukan hal-hal yang sepatutnya akan membuat dirinya terluka. 

U know what?

Ternyata banyak orang yang melakukan semua itu kepada kita bukan karena kita ada salah kepada mereka, tapi karena mereka tidak memiliki apa yang kita punya. 

Bukan hanya perkara harta atau hal-hal keduniawian, tapi karena pribadi kita yang lebih dari dirinya, kita yang mudah memaafkan orang, mudah menyayangi orang, keluarga mungkin?, kehidupan kita yang bahagia, dan hal-hal yang tidak ada dalam dirinya. 


Apakah bisa berubah? 

Sebenarnya bisa dan tidak bisa. 

Tidak.

Sekuat apapun kita berusaha agar orang lain tidak lagi membenci kita, seberapa banyak kebaikan yang kita lakukan kepada dirinya, jika memang dalam hatinya sudah tertanam tidak suka dan rasa benci yang luar biasa, dia akan tetap dengan pribadinya yang seperti itu. 

Lagipula untuk apa kita bersusah payah hanya agar bisa merubah hati orang lain. 

Bisa?

Jika dia sadar dan menerima kenyataan bahwa setiap manusia mempunyai segala kekurangan dalam dirinya. Manusia tidak ada yang sempurna, hanya bagaimana caranya mensyukuri ketidaksempurnaan itu dan lebih fokus kepada kelebihan yang ada pada dirinya.


Just that.



Tentang kepribadianku yang berbeda dari kebanyakan orang, aku mensyukurinya.

Dan aku bahagia karena aku menerimanya.


Sebelum bicara agama dan hukum, akhlak itu adalah poin pertama diantara semuanya.