Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Senin, 06 Maret 2023

Aku, Yang Baru



Picture and post: ANGGA 

Bayangkan, ketika menghela napas dalam dan panjang semua ingatan kembali mengingat apa yang pernah terjadi, pernah terpikirkan ingin hidup di masa yang dulu dengan semua yang aku punya dan aku rasakan, kehidupan yang menurutku sedikit lebih mudah dibandingkan kehidupanku akhir-akhir ini, aku selalu bisa mendapatkan apa yang aku mau dengan gampang, seolah hanya menjentikkan jari maka semuanya akan terjadi dan kembali baik-baik saja, tapi aku tidak lagi bisa berjalan mundur, hidupku harus terus berjalan maju. 


Aku mengalami banyak perubahan dalam hidup, selalu ada sedikit keraguan disetiap ingin mengambil sebuah keputusan dalam hidup, karena aku lebih keras lagi berpikir untuk kedepannya, aku tidak mau salah langkah dan salah arah lagi, aku ingin mengatakan cukup tapi hidup harus terus berjalan, aku ingin berhenti tapi ternyata pada kenyatannya langkah kaki harus terus maju, aku tidak sanggup untuk mengakui bahwa ternyata hidupku sudah cukup jauh, aku terlalu bahagia dengan apa yang sudah aku punya, aku terlalu merasa cukup dengan apa yang sudah aku miliki meskipun tidak ada apa-apa jika dibandingkan dengan orang lain, lagipula orang lain belum tentu mempunyai hati sekuat dan setegar aku, orang lain belum tentu mempunyai pemikiran dan perasaan seperti aku, aku tidak mau berbicara tentang pengorbanan karena aku takut Dia akan membalikkan keadaan, aku takut kalau Dia merubah hati aku menjadi pribadi yang buruk, aku takut kalau Dia tidak lagi peduli, aku takut kalau Dia mengambil hadiah terbesar yaitu hati yang kecil dengan perasaan yang besar seperti ini yang tidak semua orang memilikinya. 


Semua orang pernah terpuruk, begitupun aku. Pada akhir tahun 2015 menjadi hal yang menurutku momen terberat dalam hidupku sejauh ini. Masih ingat saat dokter di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat membuka amplop putih yang bertuliskan hasil diagnosa atas namaku. Tidak bisa dibayangkan dan tidak bisa dikatakan bagaimana perasaanku saat itu, serasa semuanya sudah berakhir. (Sebagian orang dunianya terasa hancur saat ibu atau ayahnya meninggal tapi ibuku sudah meninggal saat aku kecil dan ayahku masih ada, jadi ya duniaku baik-baik saja). 

Dulu cara berpikirku belum seperti sekarang ini, takut untuk bercerita kepada keluarga dan teman, meskipun pada akhirnya ya keluarga harus tau juga, aku pernah menulisnya disini tapi email-ku yang jadi full seperti konsultasi gratis, makanya aku hapus lagi. 

Disamping keluarga dan orang-orang terdekat yang men-support agar aku kembali bangkit, ternyata semua tergantung kepada diri pribadi. Aku ada di fase down lagi hanya karena masih menyalahkan diri sendiri, obat sebagus dan semahal apapun akan percuma jika dari dalam diri kita tidak ada dorongan. 

Dan semua kembali baik-baik saja. 


Ada orang yang ketika sakit kepala akan sembuh hanya dengan tidur, ada juga yang dengan meminum obat, ini yang lucu dan banyak terjadi; ada yang batuk dan sembuh hanya dengan meminum obat batuk tapi banyak juga yang tidak kunjung sembuh dan malah hanya dengan rokok batuknya menjadi sembuh. Bisa diambil kesimpulan bahwa mengobati itu tidak harus selalu dengan obat, ada kalanya pikiran kita yang harus sehat terlebih dahulu, ketika pikiran baik-baik saja semuanya terasa jauh lebih baik. Dalam konteks ini bukan rokoknya tapi cara merokoknya, kegiatannya. (Merokok bisa sembuh dari batuk tapi bisa kanker* funny kan? :v )

Dulu aku berpikir harus pergi jauh agar membantu proses apa yang sedang aku alami. 2016 pertama kali ke Bali, seminggu kemudian ke Lombok, 2 hari kemudian ke Bali lagi, 3 hari kemudian ke Yogyakarta, 2 hari kemudian ke Solo dengan tujuan hanya ingin membeli batik, itu konyol sih tapi itu aku lakukan dulu, karena tepat satu hari sebelum aku mengambil sample untuk pemeriksaan aku baru pulang dari Solo. "Aku harus ke Solo karena terakhir kesana belum membeli batik" pemikiran yang sangat absurd memang, tapi semua itu menjadikan hati aku lebih senang. Kalau sekarang-sekarang pulang pergi kemanapun rasanya harus terorganisir, terpikirkan, terjadwal, meskipun pada akhirnya memang sangat jauh dari rencana awal. But ya itulah aku. Switch*


Aku tidak ingin ada di fase seperti itu lagi, ya siapa juga yang mau hidup sengsara lahir maupun batin, makanya semakin kesini aku selalu belajar untuk terus bersyukur, aku juga belajar untuk tidak tertekan dengan keadaan, tidak terpuruk oleh ketidakberuntungan, tidak lagi menangis karena penyesalan, dan belajar untuk tidak mengeluh jika mengalami musibah. 

Cukup sulit memang, tapi belum ada cara lain selain kita berlapang dada menerima semuanya, menjalani kehidupan dengan sesuatu yang sudah ada dan terjadi bukan dengan banyak harapan dan angan yang tidak pasti. 

Hidupku menjadi lebih tenang, lebih siap menghadapi situasi apapun yang mungkin akan terjadi, tidak lagi menyesali apa yang sudah berlalu, tidak lagi khawatir tentang masa depan, aku berusaha untuk tetap fokus dan menikmati segala sesuatu dengan apa yang terjadi dan apa yang aku lakukan pada saat ini, rasanya bahagia. 

Membantu seadanya, memberi sewajarnya, berkata seperlunya, aku berusaha untuk tidak berlebihan dalam semuanya, karena aku masih ada rasa takut kalau saja Dia merubah keadaan dengan cepat, aku ingin semuanya terkendali. 

Aku bisa saja mencintai dan menyayangi dengan rasa yang luar biasa, tapi aku sudah tau kapasitas diri aku sejauh ini, jika semuanya terkuras dalam satu waktu maka akan sulit dan butuh waktu yang tidak sebentar untuk men-charge-nya kembali. Biaya healing itu mahal, tidak cukup hanya dengan menonton film action-komedi lagi, tidak cukup hanya dengan mendengarkan lagu Raisa lagi, makanya aku berusaha untuk tetap mengontrol semuanya. 


Aku pernah membaca beberapa buku tentang kehidupan, banyak yang bisa aku ambil bahwa untuk menyenangkan orang lain adalah salah satu cara agar kita tetap menjadi pribadi yang baik, ditengah gempuran stop menyenangkan orang lain dan stop membahagiakan semua orang, aku tetap slay dengan menjadi diriku, kebahagiaan bagi orang lain itulah kebahagiaan bagi diriku. Aku tidak ingin lagi banyak mengecewakan orang lain karena aku juga takut kecewa dengan perlakuan diriku, aku tidak ingin lagi bertemu dengan hal-hal yang akan membuat diriku menyesal dikemudian hari, makanya aku lebih berusaha untuk terus bersyukur melalui do'a dan melalui orang-orang yang ada disekitarku. 


Aku belum menjadi orang yang baru dan mungkin tidak akan pernah bisa, aku hanya berusaha untuk tidak melakukan hal-hal buruk, semua orang pernah melakukannya tapi semua orang juga ingin hidupnya menjadi lebih baik, 

"so do I" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁