Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Sabtu, 11 Juni 2022

Kesempatan (HJML part 5) 2022



Saat semua keputusan sudah diambil dan diputuskan, akankah bisa ditarik dan dikembalikan seolah-olah tidak pernah terucap?


Ada beberapa hal yang tidak bisa kembali; waktu, ucapan dan kesempatan.


Manusiawi jika merasa menyesal dengan apa yang sudah dilakukan dalam waktu yang cukup lama tapi terasa tidak cukup dan bahkan selalu merasa kurang, dalam sebuah hubungan tentu saja melewati banyak waktu yang begitu panjang, karena ketika hubungannya sudah berakhir pun banyak kenangan yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Tapi seindah apapun kenangan itu tidak akan pernah kembali, waktu akan berlalu begitu cepat. Kita tidak bisa mengulang kenangan-kenangan itu, mungkin bisa sedikit terobati dengan menciptakan beberapa kenangan yang baru, tapi kalau sebuah hubungan sudah berakhir apa yang harus diulangi? Apalagi sudah tau apa yang menyebabkan sebuah hubungan menjadi berakhir. 

Kenangan yang sama tapi bersama orang lain?


Ucapan. Ketika sudah ada kata putus tanda berakhirnya sebuah hubungan, apakah ucapan itu bisa ditarik kembali? Menurutku bisa, tapi yang tidak bisa adalah isi dari ucapannya itu sendiri. Serendah apa orang itu sampai-sampai dia tidak bisa menepati janjinya, ucapannya, omongannya.

Seperti tidak punya lagi harga diri, mempermainkan ucapan untuk didengar dan dirasakan oleh orang lain yang mendengarnya, apalagi sampai membuat mereka yang mendengarnya sakit hati atau down atau rapuh? 

Seharusnya memang benar adanya, ucapan itu tidak bisa dikembalikan atau ditarik lagi. Jangan beralasan hanya karena memikirkan perasaan orang lain atau takut orang itu sakit hati atau beberapa kemungkinan lainnya, ucapan adalah ucapan, yang keluar dari mulut kamu dan sudah terucap itu tidak akan kembali tapi akan terjadi.


How about "kesempatan" ? 

Ya, aku pribadi berhubungan dengan seseorang sudah hampir 5 tahun. Dalam kurung waktu itu aku banyak berdamai dengan keadaan, lebih tepatnya aku menerima semua kekurangan dia. Tapi bukan berarti dia harus selalu seperti itu kan? Saat kita menerima apa adanya dia itu seperti memberi kesempatan "oh aku tidak boleh seperti ini lagi". Itu sebuah kesempatan untuk memperbaiki keadaan, bukan malah terus menerus seperti itu. 

Aku juga bukan manusia yang sempurna, tapi aku selalu mencoba be a perfect untuk pasangan, selalu introspeksi diri, selalu ingin memperbaiki keadaan, selalu memberi kesempatan dan banyak banyak banyak kesepakatan untuk sama-sama lebih baik lagi. 

Kita tidak bisa menyalahkan pasangan, ketika sebuah hubungan berakhir berarti keduanya sama-sama sudah menyerah akan apa yang terjadi. Aku pribadi sudah menyerah ketika pasangan aku tidak bisa diajak bicara, bukan berarti dia tuna wicara, tapi kadang ada something problem dalam kehidupan pribadi yang berkaitan dengan keluarga yang seharusnya pasangan kita bisa mengerti atau setidaknya bisa mengurangi sedikit dari beban problem itu. Kalau kita dibiarkan sampai berlarut-larut dalam problem itu ya untuk apa punya pasangan? Hanya untuk teman tidur dan makan saja? Oh c'mon! Aku lelah berpikir sendiri terus dan terus, ketika aku setengah gila saja aku masih harus mencoba menyelesaikan semuanya sendiri, benar-benar sendiri! 


Lelah!


Aku tidak menyalahkan pasanganku, mungkin letak kesalahannya ada di aku pribadi, aku tidak terlalu bisa berpikir pelan dan tenang, aku selalu ingin semua selesai secara cepat, aku tidak terlalu suka ketika sesuatu menjadi berlarut apapun harus selesai saat itu juga tidak mau ada permasalahan yang harus diselesaikan esok hari, selama masih bisa dibicarakan saat itu ya langsung bicarakan. 

Aku terlalu banyak menerima dia yang kalau berpikir selalu diakhiri dengan kalimat "ya sudahlah biarkan saja", padahal kenyataannya kan tidak bisa dibiarkan saja. Dampaknya hubungan aku harus seperti ini.


Jujur saja aku kecewa pada diriku sendiri yang selalu egois, karena aku ingin pasangan aku juga mengimbangi cara berpikir aku, tapi aku juga merasa kecewa dengan dia yang tidak bisa berpikir seperti aku. 

Aku sudah lama berdamai untuk hal itu, cukup lama, 5 tahun bukan waktu yang sebentar, tapi aku tidak bisa terima saat aku benar-benar butuh dia tapi dia tidak ada. 


Sedih, kesal, menyesal, marah dan bingung. Itu yang rasakan saat ini. 


Dan, 

Bahkan ada rasa takut yang aku rasakan juga. Apakah akan ada orang yang bisa menerima aku setelah dia? Dengan segala sesuatu yang ada dalam diri aku ini? 

Aku takut tidak ada orang seperti dia, aku takut orang yang bisa menerima aku itu cuma dia, aku takut kalau aku tidak dengannya lagi orang selanjutnya tidak lebih baik dari dia. 


Apakah kesempatan itu benar-benar tidak bisa kembali?

Dalam otakku yang penuh dengan logika dan berjuta tanya, kesempatan itu selalu ada.

Tapi aku ada hati yang terlalu lemah dan begitu ragu, apakah kesempatan itu ketika aku berikan akan digunakan sebaik mungkin? 


Kesempatan itu bukan hanya untuk dia, tapi untuk diriku juga. 


Entahlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁