Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Jumat, 23 Desember 2022

Penghujung Rasa dan Pikiran

 


Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding kita tau bahwa kita itu "kurang" dan kita itu "lemah", tidak ada yang lebih bahagia semakin kita jauh berjalan dan semakin menjadi apa yang kita mau.


---


Apalah kita hanya manusia yang setiap hari hanya menunggu dan berharap hari esok yang lebih baik, mensyukuri hari ini sebagai anugrah, melupakan hari kemarin sebagai kenangan dan pembelajaran, kita tidak hidup dalam ratusan ataupun ribuan tahun, kita hanya hidup dalam 3 hari itu, belajar, bersyukur dan berharap. 

Lalu kenapa harus ada cita-cita yang setinggi langit? 

Atau kata-kata bijak yang selalu ada di halaman buku tulis, atau isian cita-cita yang harus diisi oleh teman sebangku untuk biodatanya, jika memang hidup kita hanya bisa untuk tiga hari itu? 

Tentu saja ini tulisan bukan untuk anak kecil atau orang yang close minded.

Ayah aku pernah ngomong gini, "jangan terlalu serius menatap masa depan yang belum tentu dapat kita lewati, jalani saja apa yang terjadi saat ini". 

Dulu se-bodoh itu untuk menepisnya dan menggantinya dengan kalimat "gantungkan cita-citamu setinggi langit bla bla bla", tapi semakin kesini semakin sadar bahwa this is real life, ini hidup yang sesungguhnya. 

No no! 

Bukan dalam artian bahwa kita tidak boleh ada keinginan atau harapan, tapi hidup dalam fase "jalani saja apa yang terjadi saat ini" saja sudah setengah mati. 


Ada saat dimana aku sadar bahwa masa lalu kita bisa merubah masa depan kita, dan terjadi sama aku yang tidak terlalu signifikan jika dilihat oleh orang lain, tapi begitu terasa perbedaanya oleh diri aku sendiri, untuk hidup aku. 

Ada manfaatnya aku pernah hidup dengan berbagai macam orangtua yang cara berpikir juga berprilaku yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama, meskipun ada persamaannya diantara mereka yaitu keras dan tegas tanpa belas kasih apalagi ampun ataupun kelembutan. 

Dulu aku tidak terima hidup dengan cara seperti itu, aku menolak meskipun memang terpaksa dijejali dalam artian tidak ada pilihan lain, tapi lambat laun aku angkat tangan, aku ampun, aku pergi, aku mencari cara hidup sendiri, sampai aku menemukan solusi dan cara berpikir juga menyikapi kehidupan dengan keterbukaan dan kelapangan dan juga sedikit ampunan.

Ada sedikit penyesalan tapi bukan sesuatu yang aku sesali, kenapa itu semua tidak aku temukan di rumah atau lebih tepatnya di keluarga atau lebih spesifiknya pada orangtua. 


Aku melihatnya untuk kehidupan aku saat ini cara mendidik mereka yang dulu keras dan tegas sangat berguna banget, aku tidak gampang mengalah sama orang, selalu sarkas kalau bicara, tidak pernah mau kalah debat sekalipun itu aku kurang benar intinya debat aku harus menang, siapapun yang hidup dalam lingkungan aku harus dan wajib ikut aturan aku, jika salah akan dapat teriakan atau amarah, jika berkali-kali salah akan terhempas atau diabaikan, jika masih polos atau tidak sejalan ya aku bisa kasih cara yang baik, cara-cara dari A sampai Z for better, bahkan dari cara cuci kaki sampai cara makan juga sopan santun aku kasih tau, kamu nafas depan aku berarti kamu sudah bertanda tangan bahwa kamu menyerahkan seluruh hidup kamu dan bersedia untuk diatur dan di komplain sama aku, itu dalam artian yang tidak sebenarnya by the way, kurang lebih ikut aturan aku saja, begitu. 

Pernah ada yang berhasil ? Pernah. Aku pernah hidup dengan seseorang yang ketidaksengajaannya menyerahkan diri dan hati dengan pasti untuk hidup dengan aku. 


Apa saja sih ? 

Sebenarnya dari dasar, maaf tolong terimakasih, sopan santun, cara makan, mandi, dan lainnya. Penting? Tentu saja. Memang masih ada yang tidak tau? Sebenarnya beda orang beda cara. Aku meluruskan untuk yang terbaik.

Dan yang terpenting adalah cara berpikir. 

Kita harus terbuka dengan hal-hal yang baru, untuk hal-hal yang sebenarnya tidak sependapat dengan kita, untuk hal-hal yang sebenarnya tidak masuk akal untuk kita, terbuka untuk berbagai masukan dan juga kritik, terbuka untuk ilmu-ilmu baru, apapun itu dalam konteks open minded for everything. 

Kecuali pilihan agama dan politik, tapi masih terbuka untuk pendapat dan pandangan diantara keduanya. 


Oh iya, rasanya aku galak banget dan tegas ya? Tapi aku tidak seperti itu. 

Aku juga mempunyai sisi yang sebaliknya, karena ternyata tidak semua orang bisa menerima cara keras dan juga tegas. Semua kembali ke mental dasar setiap orang, kadang penyampaian informasi harus sesuai dengan kesiapan dan kondisi penerimanya. 

Tidak bisa kita memaksakan kehendak kita, tidak boleh kita memaksa orang untuk menjadi ataupun mengikuti yang kita mau, karena pengetahuan itu tidak jauh dengan paksaan, dipaksa atau terpaksa. Kita harus merubahnya dengan banyak pilihan, kita harus bersedia menyiapkan banyak hidangan, biarkan mereka yang mengambil cara yang mereka suka, biarkan mereka yang memilih cara yang mereka mau, kita bukan lagi hidup di zaman batu. 


Tentang cara berpikir, ini bagian terpenting dalam hidup aku terutama. 

Aku menemukannya dari banyak pendapat dan juga ilmu dari berbagai macam sumber, orang, dan juga secara langsung. 

Kalau disimpulkan, bahwa ketika aku berpikir maka cara berpikir aku tidak lagi bisa disimpulkan, karena cara berpikirku terlalu luas, aku bisa melihat dari banyak sisi, aku tidak bisa lagi men-judge seseorang bodoh hanya karena dia tidak naik kelas atau tidak bisa membaca atau berhitung, atau melihat seseorang itu jomblo, karena bisa saja dia memang tidak berusaha untuk mencari pacar atau terlalu menyimpan tipe yang terlalu tinggi, atau kurang dandan, atau belum bertemu dengan yang menyukai dia. Melihat orang yang kawin cerai, karena bisa saja dengan berbagai banyak masalah hidup dan banyak pilihan juga trauma dan juga luka, atau mungkin memang bosenan. 


Intinya adalah semakin terbuka cara berpikir maka semakin menghargai perbedaan dan juga pilihan orang. 


Iya, sayangnya aku menemukan itu semua diluar rumah. 

Terlalu terbuka cara berpikir aku, maka terlalu terbuka juga cara melihat dan menilai banyak hal, semakin terbuka cara berpikir aku, maka semakin terbuka juga cara aku menyimpulkan dan memutuskan banyak hal dan yang lebih parahnya adalah tidak ada keputusan sama sekali. 


Tentang melihat sifat seseorang, menilai sikap seseorang, menyimpulkan perilaku seseorang, menghargai perbedaan pendapat, menerima semua masukan dan kritikan, memberi pendapat juga kritis dan mendasar dalam artian langsung ke pokok untung dan ruginya, melihat agama dari berbagai aspek kehidupan manusia, sisi positif dan negatif dari politik, dan banyak lagi. 


Again, diri aku semakin kesini semakin istilahnya menyabotase diri sendiri, aku tidak tau kalau ada istilah lainnya, karena aku semakin tidak mau meminta dan lebih ke menghindari meminta bantuan kepada orang lain, tidak lagi membuka hati buat orang lain dan terutama orang baru, semakin tidak percaya orang lain dalam artian orang yang baru aku kenal, menutupi diri aku yang sebenarnya kepada orang lain terutama orang yang baru aku kenal. 

Aku terlalu nyaman hidup dengan lingkar kehidupan aku yang saat ini saja, tidak bersedia untuk memasukan orang baru, karena aku sedang tidak ingin ada masalah baru ataupun hal-hal yang tidak aku inginkan yang diluar jangkauan aku.


Kembali ke awal. 

Tentu saja aku tidak selalu seperti itu, ingat kembali bahwa aku hanya manusia biasa yang hidup dalam pembelajaran dan bersyukur juga berharap, adakalanya aku plin-plan, labil apalagi, moody sudah pasti karena aku katanya Gemini, aku juga katanya tidak konsisten, ya ini sudah pasti aku ada di fase tidak konsisten karena aku sudah ada di titik sudah bosan dalam menulis. Pasti ngawur kalau diteruskan😫

Sekian dan terimakasih🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁