Dua bulan terakhir aku menghabiskan hampir setiap hari untuk mencari tahu bagaimana kehidupan orang di sini yang notabennya sangat amat berbeda dengan negara asalku.
***
Dari bandara aku menuju sebuah apartemen yang sudah aku booking sebulan sebelumnya dengan dibantu oleh petugas kedutaan di sini.
Setelah menempuh perjalan sekitar 30 menit, tibalah aku di tempat tujuan. Tidak sendirian tentunya.
Karena aku dijemput oleh petugas dari kedutaan.
Tepatnya di daerah Long Beach, Los Angeles.
Di kota LA ini penduduknya lebih dari 3 juta jiwa. LA (Los Angeles) dijuluki City of Angels.
LA adalah pusat dunia bisnis, perdagangan internasional, hiburan, budaya, media, mode, ilmu pengetahuan, olahraga, teknologi, dan pendidikan terdepan, juga merupakan kota terkaya ketiga di dunia. LA juga menjadi kota paling kuat dan berpengaruh kelima di dunia.
Turun dari mobil, aku dihadapkan dengan sebuah apartemen yang sangat minimalis, tidak kecil juga tidak besar, sama seperti yang aku lihat di websitenya, yang jelas cocok untuk ditinggali oleh anak muda sepertiku. Letaknya di lantai 18. Dengan tipe studio, tempat tidur queen size, kamar mandi dengan shower (tentu saja ini Amerika tidak memakai gayung berbentuk "love"), televisi, sudah terkoneksi dengan jaringan internet khusus penghuni,
dapur juga sudah lengkap dengan peralatannya, dan ada sofa kecil juga lemari dan meja yang cocok digunakan untuk menyimpan beberapa barang.
Tentu saja tipe studio di sini berbeda dengan yang ada di daerah Bandung kebanyakan.
Setelah orang dari kedutaan menunjukkan bagian-bagian dari apartemen, mereka menyerahkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani, mereka juga memberikan buku tabungan baru atas namaku lengkap dengan kartu ATM-nya. Ternyata di buku tabunganku sudah ter-print sejumlah saldo yang cukup banyak menurutku.
Mereka pun pamit.
Jujur saja menjadi tambah tidak karuan perasaanku, mungkin karena jet-lag juga, dan mungkin ketika tubuh memanggil untuk beristirahat tapi jam di sini menunjukkan waktu untuk bangun, perbedaan waktu, baru sadar aku.
*
Setelah selesai membereskan semua barang bawaan, aku mencoba mengistirahatkan pikiran dan tubuhku karena perjalanan yang cukup jauh dan begitu melelahkan.
Saking lelahnya, sekitar pukul 3 sore aku baru terbangun.
Aku langsung mandi.
Aku berniat mengelilingi dimana tempat aku tinggal. Disini tidak seperti di New York yang penduduknya sangat padat.
Di sini kalau tidak mempunyai mobil ya harus berjalan kaki atau harus mempunyai sepeda minimal, karena lumayan jauh menuju pemberhentian busway. Di sini juga kalau pun ada motor, hanya motor-motor besar saja. Tidak seperti di Bandung dan hampir di setiap kota di Indonesia, pasti lalu lintas sesak dengan kendaraan bermotor dan mobil pribadi pastinya.
Ketika keluar apartemen 1 blok saja, aku sudah dapat menemui beberapa restoran, pub dan masih banyak tempat hiburan lainnya.
Sebenarnya, orang dari kedubes sewaktu masih di Indonesia memberi pilihan daerah untuk aku jadikan tempat tinggal, ada dua pilihan, di daerah Santa Anna yang wilayahnya lebih jauh dari Long Beach ini, memang, katanya disana daerahnya tidak seramai di sini, tapi wajib sekali untuk memiliki kendaraan. Kendaraan umum di sana sangat jarang. Sedangkan yang kedua pilihannya adalah di sini, yaitu Long Beach.
Aku lebih memilih di sini, dengan alasan karena aku lebih menyukai tempat yang ramai.
Setelah mencoba berkeliling sebentar, aku putuskan untuk kembali ke apartemen.
Masak mie instan.
Sambil makan, aku menyalakan HP dan laptop. Aku diberi kartu SIM baru khusus untuk telepon-ku saja. Karena jaringan internet sudah tersedia bagi setiap penghuni apartemen. Kemudian aku membuka email dan beberapa pesan yang masuk. Aku pun mengabari ibu di Bandung kalau aku sudah sampai. Tidak lupa juga membalas pesan yang masuk dari teman-temanku. Reply, reply dan close.
*
Aku harus mempersiapkan beberapa dokumen untuk mengunjungi sebuah kantor yang sudah ditunjuk kedutaan untukku bekerja besok.
*
Hari ini semangat sekali. Terlihat dari caraku bangun pagi. Setelah selesai mandi dan membereskan semuanya, aku mencoba untuk mencocokkan selera makanku dengan daerah dimana tempatku tinggal. Ada roti dan susu. Sambil melihat siaran TV.
Siaran TV-nya semua berbahasa Inggris tentunya. Ada beberapa yang menggunakan bahasa Mandarin dan Spanyol juga Mexico.
Aku masih ingat saat staf di kedubes AS melakukan tes bahasa. Persyaratannya minimal harus mampu mengingat minimal sedikitnya 600 suku kata. Ternyata aku orang pertama yang melebihi target minimal itu. Wajar saja, karena nilai bahasa Inggris-ku sewaktu sekolah tidak pernah kurang dari A.
Sekitar pukul 7 aku menuju kantor yang sekitar 20 menit dengan memakai busway sudah sampai. Tentu saja map on the phone wajib sekali untuk mencari letak posisi.
Begitu sampai di kantor, aku bertemu dengan resepsionis, seorang perempuan yang aku pikir paras cantiknya tetap saja tidak akan dapat mengalahkan cantiknya mojang Bandung. Jadi teringat sama Resti. Ah sudahlah.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya aku bertemu dengan Mr Mark.
Dia bertanya pengalamanku bekerja, (padahal kan sudah aku tulis lengkap di dokumen yang sedang dia pegang. Ah basa basi dunia kerja).
Sama saja pekerjaannya dengan posisi yang akan aku isi di kantor ini. Demi green card ini pekerjaanku yang gajinya lumayan tinggi sewaktu masih di Bandung, apalagi aku baru lulus dari univesitas ternama juga di sana, pasti pekerjaan yang lebih baik pun bisa aku dapatkan. Ya, aku tinggalkan semua itu demi keinginanku agar bisa hidup di atas normal.
Setelah kembali menjelaskan bagaimana pekerjaanku nanti, kemudian dia menunjukkan meja kerjaku. Sebelumnya aku juga sudah diperkenalkan kepada para pegawai yang ada di ruang kantor.
Benar juga, orang akan ramah kepada kita apabila kita juga ramah kepada mereka, dan itu sangat berlaku di sini. Ternyata di sini memang bukan hanya aku yang bekerja sebagai pendatang, ada juga yang dari Malaysia, Singapura, China dan berbagai negara lainnya di Asia.
*
3 Bulan.
Aku baru mendapatkan Green Card-ku dan sekaligus SSN (Social Security Number).
SSN ini diperlukan untuk melamar pekerjaan, menerima benefit jaminan sosial, misalnya asuransi kesehatan bagi yang kurang mampu, dan untuk mendapatkan segala pelayanan pemerintah. SSN juga akan ditanyakan saat akan melakukan langganan listrik, gas atau pun telepon dan juga untuk membuka rekening bank dan kartu kredit. Dulu aku hanya memakai nomer yang kini ada di kartu SSN itu untuk mendapatkan rekening tabungan di sana. Kebetulan juga memang diurus oleh staf dari kedutaan.
*
Empat bulan berlalu.
Aku mempunyai teman seorang wanita, namanya Natally. Kami lumayan dekat. Kebetulan juga rumahnya searah denganku, daerah Los Angeles Raya. Dia selalu menggunakan mobil jika berangkat bekerja, bahkan sesekali aku juga menumpang jika jam pulangku kebetulan sama dengannya. Dia sangat ramah. Agak berbeda dengan teman sekantorku yang lainnya.
Kebetulan juga satu ruangan itu memang mengurus yang berkaitan dengan administrasi.
Setelah berjalan hampir satu tahun lebih, aku memutuskan untuk berhenti bekerja di kantor itu.
Sebelumnya aku menghubungi orang di kedutaan yang memberikan pekerjaan ini, ternyata mereka sangat menyayangkan keputusanku untuk resign dari kantor. Tapi mau bagaimana lagi, karena ini memang sudah menjadi keputusanku, tapi mereka memberikan syarat, mereka akan melepas tanggung jawab dari pekerjaanku jika aku bukan bekerja di kantor ini lagi, karena hanya kantor ini yang memang memperkerjakan banyak pendatang.
Sewaktu aku pamit pada orang-orang di kantor, termasuk Mr Mark juga Natally dan tidak lupa kepada teman-teman yang lainnya, ternyata mereka juga menyayangkan dengan keputusanku.
Alasanku keluar dari kantor itu tidak lain adalah aku ingin mencoba berdiri sendiri, seperti keinginan dan tujuanku datang ke sini. Aku ingin mandiri tanpa bantuan orang lain.
Apalagi aku sudah memegang Green Card dan juga SSN. Aku juga sudah memiliki pasport berwarna biru.
*
Setelah berhenti dari kantor itu, kegiatanku setiap hari hanya bersantai saja, tidur, makan, menonton TV, dan mengunjungi beberapa tempat wisata. Kebetulan liburan musim panas.
Suatu ketika aku membuka ranselku untuk dibersihkan. Aku baru ingat belum membuka amplop yang dulu pernah diberikan oleh seorang wanita di pesawat, Mrs Anne. Amplop itu berisi uang yang katanya lumayan untuk uang saku. Dengan jumlah yang cukup banyak menurutku.
Tapi kartu namanya hilang, mungkin terselip ditempat lain, pikirku.
Keuanganku tidak ada masalah, upah selama aku bekerja hampir lebih dari setahun pun sangat lebih dari cukup. Apalagi ada tunjangan lainya yang aku dapat. Belum terhitung lagi tabungan dari orang kedutaan juga ditambah sedikit tabungan pribadiku.
Setelah browsing mencari berbagai info, aku memutuskan untuk pergi ke beberapa tempat wisata yang tidak jauh dari tempat tinggalku.
Masih di kota Los Angeles.
Pernah terbayang aku akan bertemu selebriti kelas dunia, seperti Megan Fox, Angelina Jolie, Brad Pitt, Lady Gaga, Ariana Grande atau mungkin keluarga Kardashian dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kota yang sangat terkenal dan memang penduduknya juga tidak hanya masyarakat biasa, tapi ada banyak artis dan orang-orang penting lainnya.
Dan Studio Film adalah tujuan pertama yang akan aku kunjungi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁