Karena permasalahan dalam hidup terkadang tidak mampu kita mengerti, sama halnya dengan seni yang tidak harus di mengerti melainkan untuk diterima - Seni Kehidupan.
Hidup ini tidak pernah bisa diprediksi, entah akan bahagia atau sebaliknya, entah akan baik-baik saja atau bahkan menjadi buruk.
Ini terjadi kepada diriku, padahal niatku hanya ingin menukarkan uang di Money Changer saja, tapi ternyata aku harus menjalani kehidupan yang tidak pernah aku kira sebelumnya.
"Aku tidak sadarkan diri setelah kepalaku dipukul untuk kesekian kalinya, dan kini aku terbangun di sebuah ruangan..."
***
Part 1
***
Pagi itu aku bangun pagi- pagi sekali. Yang biasanya pukul 9 belum mandi, tapi pagi itu aku langsung bergegas meninggalkan tempat tidurku menuju kamar mandi yang terletak di ujung lorong kostku.
Tidak perlu sarapan pikirku, nanti saja di jalan sebelum menuju tempat Money Changer saja.
Setelah selesai mandi, aku berpakaian rapi. Kemudian aku langsung menuju tempat penukaran uang itu, sekitar 2 km jaraknya.
Namaku Diki, kelahiran kota Kembang. Umurku 20 tahun.
Meskipun orang tua berada di kota yang sama, tapi aku lebih memilih untuk kost saja. Semenjak aku lulus sekolah 1 tahun yang lalu, kini aku bekerja di sebuah hotel ternama di kotaku. Tidak terlalu sulit untuk bekerja di hotel ini, karena kebetulan sekolahku memang mempunyai jurusan perhotelan.
Bagaimana ya transaksi di tempat penukaran uang itu, aku belum pernah soalnya.
Di perjalanan aku menyempatkan mencari informasi tentang bagaimana cara transaksi di penukaran uang. Pasti sangat berbeda dengan cara bertransaksi di bank biasa. Dan yang akan aku kunjungi sekarang adalah khusus tempat penukaran uang saja, bukan bank.
Karena aku merasa lapar, aku memutuskan untuk mampir dulu di sebuah tempat makan cepat saji.
Tanpa disengaja aku bertemu dengan teman kerjaku, Dinda.
"Din, kok kamu tidak masuk kerja?" tanyaku sambil meneruskan makan.
"Tidak. Aku izin untuk cuti beberapa hari. Ada keluarga datang dari kampung." jawabnya sambil terburu-buru keluar.
Aneh pikirku. Biasanya Dinda tidak sedingin itu kalau bertemu. Apalagi bertemu teman yang notabenenya sudah akrab. Tapi aku tidak terlalu mau tahu, bukan urusanku juga. Mungkin memang sedang terburu-buru.
Setelah selesai sarapan aku langsung menuju tempat penukaran uang itu.
Aku mempunyai kebiasaan mendengarkan musik menggunakan hansfree jika sedang di perjalanan. Daripada berjalan sambil melamun atau berhayal yang tidak-tidak.
Saking santainya, aku bertabrakan dengan seseorang.
"Maaf Mas!", sahutnya sambil menengok ke arahku dan langsung kembali setengah berlari.
Sampailah aku di tempat penukaran uang itu.
2 hari yang lalu, di hotel tempatku bekerja, ada tamu dari luar negeri, Belanda.
Aku bekerja sebagai mengantar tamu, tentu saja aku mendapat tugas mengantar mereka. Ada 2 orang kala itu.
Keduanya laki- laki. Sekitar 30 dan 45 tahun kira- kira umur mereka.
Aku mendapat informasi bahwa mereka akan menginap selama 3 hari.
Aku membantu menenteng 1 koper, 3 koper yang mereka bawa. Karena menolak memakai trally, aku pun harus memakai tenaga extra.
Berat sekali. Ya, sangat berat.
Dengan sedikit bahasa Inggris yang aku kuasai, aku bisa memulai percakapan dengan mereka.
"Sorry, do you need people to take wherever you go in this city ?" Tanyaku.
Dengan sedikit aneh, orang yang paling tua menjawab, "Ya, kami membutuhkan 1 orang saja untuk mengantar kami menyusuri kota ini. Apa kamu bersedia?"
Ternyata dia bisa berbahasa Indonesia juga. Tahu begitu tadi aku langsung bertanya memakai bahasa Indonesia saja.
"Iya, saya sudah biasa menjadi guest guide, Tuan. Tapi untuk di luar jam kerja saja". Jawabku agak malu.
"Bolehkah saya meminta nomer kontak kamu yang bisa dihubungi?"
"Sebentar Tuan". Jawabku sambil membuka pintu kamar untuk mereka.
Sebelum bergegas meninggalkan kamar mereka, aku memberikan secarik kertas yang berisikan nomer teleponku.
"Terima kasih Tuan, selamat beristirahat". Sambil keluar menutup pintu.
Ternyata orang yang muda menahanku dengan memberika beberapa lembar uang dolar. Siapa yang mau menolak?
Sebenarnya bukan pertama kalinya juga aku mendapatkan uang asing, aku bekerja di hotel itu sudah hampir satu tahun, uang tunai asingku lumayan cukup banyak. Makanya aku inisiatif untuk menukarkannya kali ini.
***
Aku baru ingat, aku pernah melihat orang yang menabrakku tadi di hotel pada aku mengantar tamu beberapa hari yang lalu menuju kamarnya. Tapi aku mengingatnya hanya sepintas saja.
Dan aku melihat dia menyebrang jalan dan masuk ke tempat penukaran uang yang sama, yang akan aku datangi juga.
Siapakah dia?
Apa yang akan terjadi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁