Dia bilang aku harus menunggunya, kebetulan dia sedang ada di sebrang jalan, dan memang terlihat pria yang berusia sekitar 30-an. Setelah bertemu, dia menyebutkan nama Rony, just call Ron katanya.
Aku masih belum tahu kenapa aku harus menunggu dia di luar tempat penukaran uang itu. Aku juga tidak bertanya, mungkin dia kebetulan melihat aku saja dan seperti percakapan sewaktu masih di hotel, mereka membutuhkan orang untuk menjadi penunjuk arah jalan atau apalah namanya. Meskipun sebenarnya aplikasi smartphone kini banyak yang canggih, tapi tidak sedikit juga para pendatang khususnya tamu di hotel tempatku bekerja memang sengaja menyewa orang untuk menemani mereka. Dan ini bukan pertama kalinya bagiku.
Kemudian aku disuruh mencari taksi untuk menunggunya di sebrang jalan. Katanya temannya yang satu lagi, Martin sedang ada di dalam tempat penukaran uang itu dan akan kembali ke hotel. Aku pun menurut saja. Dan seketika itu juga aku langsung menyebrang jalan dan mencari taksi.
Setelah kurang lebih 5 menit menunggu, akhirnya terlihat mereka berlari menuju ke arah taksi yang sudah aku berhentikan sebelumnya. Kenapa mereka berlari?
Mereka bukan hanya berdua, melainkan bertiga dengan orang yang sebelumnya menabrakku tadi. Dan yang paling membuatku kaget, mereka semua memakai penutup wajah berwarna hitam. Aku masih mengenali mereka, karena pakaian yang mereka pakai masih sama dengan yang kemarin saat bertemu di hotel, kecuali seorang lagi.
Terdengar suara alarm dari dalam gedung. Dan terlihat juga beberapa orang penjaga keamanan mengejar mereka.
Yakin. Mereka baru saja merampok tempat penukaran uang terbesar di kota tempatku tinggal.
Kemudian mereka menyuruhku memasuki taksi bersama mereka. Kami bertiga di kursi belakang dan yang satu lagi di depan. Yang di depan langsung menodongkan pistol tepat di kepala supir taksi. Dan seketika itu juga langsung melajukan mobilnya dengan cepat.
Terlihat dari belakang ada 2 mobil polisi yang mengejar. Dengan sirine yang begitu keras. Dengan jelas juga semua orang yang di pinggir jalan melihat kearah taksi yang kami tumpangi.
Sekitar 300 meter kami melaju menjauh dari gedung itu, tiba-tiba saja suara pistol terdengar. Dooorrr !!! Alangkah kagetnya. Ternyata supir taksi itu ditembak. Terlalu pelan, kata yang duduk di depan. Dan dia langsung menggantikan posisi supir itu untuk mengemudi.
Aku pun tidak diam saja. Aku langsung meminta agar diturunkan oleh mereka. Memaksa dan terus memaksa. Karena aku tidak mau terlibat dalam masalah mereka. Aku tidak mau sampai berurusan dengan lembaga hukum. Apalagi kalau sampai keluargaku tahu . Tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Melimap keluar juga tidak mungkin, karena aku duduk di tengah-tengah mereka. Meskipun begitu, aku tetap meminta mereka berhenti dan segera menurunkanku. Tapi mereka tidak menggubris permintaanku.
Dan semuanya gelap, setelah ada hantaman yang mendarat tepat di kepalaku.
Gelap.
*
Aku tidak tahu berapa lama sudah tertidur, karena yang aku ingat hanya tertidur saja waktu itu. Ketika membuka mata, aku melihat ke arah sekitar, ternyata aku masih di dalam sebuah mobil. Tapi bukan taksi yang tadi, tapi sebuah mobil sedan. Tangan juga kakiku dalam keadaan terikat. Mulutku juga ditutup rapat dengan lakban berwarna hitam. Terlihat dari kaca yang ada di depan kemudi.
Ternyata aku berada di jalan tol. Aku tidak tahu tepatnya di daerah mana. Apalagi dengan mobil yang melaju begitu kencang. Mereka masih bertiga. Dan hantaman keras lagi yang aku terima tepat di kepalaku. Dan semuanya kembali gelap. Aku tidak mengingat apa-apa lagi.
*
Seminggu sebelumnya, aku pernah bermimpi bertemu orang tua juga saudara-saudaraku, malah adik perempuanku yang masih duduk di bangku SMP. Kami membicarakan segala hal. Termasuk masa depanku. Kata ayah, pekerjaan apapun terima dan kerjakan saja, asalkan itu tidak merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Begitu pun ibu, pasti dia mewanti-wantikan agar aku berhati-hati dalam bergaul. Harus pandai memilih teman. Seperti bukan mimpi, terasa nyata.
Sebulan sebelumnya, aku juga sempat pulang ke rumah. Kebetulan ada acara keluarga. Dan di rumah pun kejadiannya persis seperti di mimpi. Mungkin terbawa mimpi.
*
Aku tidak tahu berapa lama tidak sadarkan diri. Ketika aku tersadar, aku berada di sebuah ruangan. Kamar hotel tepatnya. Dengan view gedung-gedung tinggi yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Ada di mana aku? Apakah aku masih hidup? Ya, memang masih hidup. Terbukti adanya seseorang yang menyapa sambil menepuk pundakku dari belakang. Dia adalah Ron. Kemudian dia membuka perekat yang menempel di mulutku. Tapi ada pistol di tangan kirinya yang mengarah ke kepalaku.
Aku bilang kepadanya, kalau aku tidak mau terlibat ke dalam masalah mereka. Aku meminta mereka untuk melepaskanku saja. Aku akan pergi begitu saja. Seolah-olah tidak pernah tahu apa yang sudah terjadi. Tapi semua usahaku percuma saja. Dia masih tidak menggubris. Dia tetap diam saja. Malah dengan kerasnya menyuruhku berhenti berbicara. Kemudian memperlihatkan berita yang ada di TV tepat di samping kiriku.
Di sana ada berita tentang perampokan sebuah Money Changer di kota Kembang. Ya, itu tempat di mana aku beberapa jam sebelumnya tepat berdiri di depan pintunya. Dan yang sangat membuat aku kaget dan takut adalah pada siaran berita itu juga terlihat jelas ada wajahku di video yang dengan jelasnya memberhentikan taksi dan masuk seperti yang tadi aku lakukan. Dijelaskan juga bahwa aku termasuk anggota perampokan itu.
Kemudian Ron memberikan penawaran agar aku mengikuti saja apa yang dia katakan. Intinya agar aku menjadi anggota mereka. Dengan imbalan bahwa aku akan mendapatkan bagian. Atau keluar berjalan begitu saja dengan tuduhan yang sudah menantiku diluar sana.
Aku hanya bisa terdiam.
Mau ikut bergabung sudah pasti salah, mau keluar begitu saja juga sangat tidak mungkin. Serba salah.
Oh tidak akan serba salah. Setika aku menemukan ide. Ide yang aku pikir akan membuat semuanya membaik. Apalagi untuk hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁