Aku terbangun karena mendengar suara telepon berdering disamping tempat tidurku.
Setelah aku jawab, ternyata itu panggilan dari resepsionis yang menawarkan sarapan pagi, mau diantar atau aku sendiri yang datang langsung ke restoran.
Tanpa harus mandi pikirku, aku pun langsung menuju tempat sarapan yang berada di lantai 2. Di sana banyak sekali orang. Memang waktunya sarapan pagi. Terlihat jam menunjukkan tepat pukul 9 pagi. Aku pun merubah waktu di jam tanganku. Telat 1 jam. Karena perbedaan zona wilayah.
Sekitar 30 menit aku selesai sarapan. Sebelum meninggalkan ruangan tempat sarapan, aku baru melihat ke arah sekitar yang sejak tadi terdengar banyak orang berbicara, mengobrol, dan sesekali ada yang tertawa. Sedangkan aku, jangankan tertawa, tersenyum saja rasanya sulit.
Di ruangan itu terlihat banyak sekali orang Indonesia. Tidak sedikit juga turis dari Negara yang lain.
Kemudian aku kembali ke kamar untuk mengambil tasku dan menuju resepsionis untuk check-out.
Aku langsung menuju sebuah tempat perbelanjaan yang memang tidak jauh dari hotel tempatku menginap. Hanya berjalan kaki sekitar 10 menit saja sudah sampai.
Sesampainya di sana, aku langsung membeli beberapa pakaian lengkap dengan sepatu juga. Kemudian aku naik lagi ke lantai atas untuk melihat-lihat barang elektronik, meskipun tujuanku hanya mencari kabel charger saja.
Setelah selesai membeli beberapa kebutuhan, aku pun mampir ke restoran cepat saji untuk makan siang dan mengisi ulang batre ponselku. Aku pun tidak lupa memasukkan kartu sim yang tadi aku beli sewaktu membeli kabel charger.
Dengan awalan +65.
Oh iya, aku masih menyimpan kartu nama Marisa. Saat itu juga aku langsung menghubungi dia. Tidak lama menunggu, ada suara seorang perempuan yang menjawab. Benar saja, itu Marisa. Kebetulan dia tidak sedang bekerja, karena hari Sabtu dan dia menyuruhku untuk datang langsung ke apartemennya. Dan kebetulan juga kalau apartemen yang dia tawarkan kemarin tidak jauh dari tempat dia tinggal.
Tepatnya di kawasan China Town, dengan memakai MRT, aku kurang paham juga sebelumnya, tapi berkat ponselku yang kembali menyala, aku bisa kembali beruntung. Dengan berjalan kaki sekitar 10 menit dari tempat pemberhentian MRT, aku langsung dihadapkan dengan sebuah gedung apartemen yang sangat megah. Masih kawasan elit pikirku.
Di lobi sudah ada Marisa yang katanya sejak tadi sudah menungguku.
Setelah mengobrol, tiba saatnya ke pokok tujuanku kenapa menemuinya. Yaitu perlu sebuah tempat tinggal. Ya, sebuah apartemen.
Kami langsung menuju unit apartemen yang memang terletak tidak jauh dari apartemen dimana Marisa tinggal. Hanya berjarak 2 blok saja.
Begitu memasuki bangunan yang aku pikir lumayan mewah, kami langsung menuju lantai 20, terlihat dari angka yang di tekan oleh Marisa ketika di dalam lift.
Setelah sampai di lantai 20, kemudian Marisa menunjukan kamarnya.
Cukup mewah pikirku. Apakah uangku akan cukup? Pasti sangat cukup. Karena sewaktu aku di hotel tadi pagi, aku menghitung kembali uang yang ada di tasku. Apalagi dolarnya bukan dolar Singapura saja. Tapi banyak juga yang berasal dari negara lain. Yang aku hitung ada sekitar 500 lembar pecahan 100, 250 dan 50 lembar, semuanya mata uang dolar. Ada juga yang euro. Sekitar 200 lembar dengan pecahan 100 dan tidak terhitung yang 50-nya. Begitu pun dolar Singapura. Sisa dari aku bayar hotel semalam dan belanja pakaian saja masih sangat banyak sekali. Dan sudah pasti ada juga uang rupiah. Aku tidak mengingat berapa jumlah uang rupiahku. Yang pasti beberapa kali lipat jumlah lembarannya dari semua uang yang lainnya. Apalagi aku juga tidak sempat menghitung uang yang lainnya.
Rasanya tidak benar dan akan terlihat aneh jika aku tidak bertanya berapa harga sewa perbulan apartemen itu.
Begitu Marisa menjawab, alangkah kagetnya aku. Ternyata itu gratis. Aku hanya tinggal menempatinya saja. Kenapa bisa? Tentu saja bisa. Karena aku juga tidak terlalu jauh berpikir, pasti antara Ron dan Martin yang ada di balik semua ini.
Marisa memberikan kunci kamar dan segera ingin berlalu, seperti terburu-buru, tidak sesantai tadi saat kami sebelum sampai ke apartemen ini.
Aku bertanya kepada Marisa. Kapan mereka menemui dia. Dan yang tambah membuatku kaget adalah ternyata dia bertemu dengan seseorang sewaktu masih di bandara sebelum berangkat ke sini. Dan memang sengaja pula dia duduk di kursi sebelahku. Dan sudah pasti dengan sengaja pula dia memang sudah berniat akan memberikan kartu namanya sebelum kami berkenalan sewaktu masih di pesawat.
Mungkin saja kartu nama yang diberikannya juga hanya satu-satunya yang memang akan diberikan kepadaku. Aku juga tidak percaya kalau namanya adalah Marisa. Meskipun alamatnya memang benar. Tapi tidak ada yang tahu kalau dia memang tinggal di sana atau tidak.
Semuanya sudah diatur.
*
Aku meminta nomer telepon Ron atau Martin ke dia. Tapi dia hanya menggelengkan kepala. Dia hanya menjawab tidak tahu. Atau mungkin memang tidak boleh memberitahukannya kepadaku.
Baiklah. Ini memang untukku. Meskipun aku tidak pernah memintanya.
Sebuah apartemen yang mewah kini aku tempati. Tanpa harus banting tulang mengumpulkan uang untuk mendapatkannya. Hanya perlu mencari taksi untuk para perampok itu. Kemudian dengan mudahnya aku mendapatkan uang yang begitu banyak dan sekarang mendapatkan sebuah tempat tinggal yang sangat layak pula.
Sebentar.
Bagiamana dengan Andri?
Seorang marketing di hotel tempatku bekerja. Dialah orang yang memang jelas melakukan perampokan itu. Pasti dia mendapatkan bagian yang lebih banyak lagi. Pasti sangat banyak.
*
Hari-hari pun aku lewati dengan hanya berdiam di kamar apartemenku saja. Melihat siaran TV yang kebanyakan bahasanya tidak aku mengerti. Meskipun ada juga yang memakai bahasa Melayu dan bahasa Inggris.
Terkadang aku juga sengaja jalan-jalan ke sebuah pusat pembelanjaan terkenal dan mengunjungi tempat-tempat wisata. Yang sebelumnya hanya aku dengar dari cerita teman-temanku saja, yang sebelumnya hanya aku baca di internet dikala ada waktu senggang. Kini aku sudah bisa menjelajahinya. Dan memang pernah aku impikan untuk bisa berkunjung ke Negara Singa ini.
Kini memang menjadi kenyataan. Meskipun hanya seorang diri. Tanpa teman dan keluarga. Ya, hanya diriku sendiri.
*
Pada suatu malam, ada yang membunyikan bel apartemenku.
Tamu? Siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁