Aku menyetujui negosiasinya. Ikatan di tangan dan kakiku sudah mereka lepaskan.
Ponselku yang mereka letakkan di meja dekat TV terus bergetar. Aku hanya bisa melihat dengan locked phone saja. Ada banyak panggilan masuk, bakkan 100 lebih pesan chat di WhatsApp. Aku tidak berani membuka semuanya. Kemudian aku meminta izin kepada mereka untuk menonaktifkan ponselku.
Dari ruangan yang dekat dengan kamar tidur ada percakapan yang sedikit samar. Aku pun diajak bergabung dengan mereka. Yang membuat aku kaget ternyata diantara kami ada Andri, mantan atasan kerjaku. Dia bagian marketing di hotel tempatku bekerja. Dia mengucapkan selamat datang, dan Martin begitu juga Ron. Kami berempat langsung menghitung uang yang menumpuk di atas meja. Ada pecahan rupiah, dolar, euro dan masih banyak lagi. Aku juga masih tetap berpikir, bagaimana aku bisa masuk ke kamar hotel ini, juga mereka dengan uang sebanyak ini. Apalagi ini hotel berbintang. Karena terlihat dari ukuran kamar dan furniture yang ada di sekitar ruangan. Entahlah. Aku tidak terlalu mau tahu lagi. Percuma juga untuk aku ketahui pada saat ini.
Setelah hampir 1 jam, semua uang selesai dihitung. Banyak sekali. Aku belum pernah melihat uang sebanyak ini.
Aku tidak menyangka sama sekali terhadap Andri. Ternyata dia menjadi perampok. Padahal dengan gaji yang bisa dia dapatkan dengan keahlian dia sebagai marketing setiap bulannya pasti akan mencukupi untuk kehidupannya. Apalagi dia hanya hidup sendiri tanpa ada tanggungan. Tapi ini bukan tentang siapa dia atau siapa orang lain, tapi siapa diri kita sendiri. Aku? Beruntung masih hidup juga.
Uangnya terpisah. Kata Martin ini untuk biaya operasional, ada juga untuk membayar orang-orang yang sudah membantu mereka juga. Mereka? Entahlah siapa. Dan saat itu juga ada yang mengetuk pintu. Dan Ron langsung mengambil 2 gepok uang. Diberikannya uang itu kepada orang yang diluar sana. Ternyata ada 2 orang. Jelas terlihat juga kalau mereka seperti seragam hotel. Oh iya, mereka adalah orang yang membantu kami agar bisa masuk ke kamar hotel ini.
Aku juga mendapatkan bagianku. 4 gepok uang dolar dan 6 gepok lainnya ada rupiah. Aku hanya mendapat uang paling sedikit diantara kami berempat. Wajar saja. Aku masih pemula dan hanya mencarikan tumpangan untuk mereka kabur saja. Tapi tetap saja aku masih mandapatkan jumlah yang lumayan banyak. Karena kalau waktu tadi aku tidak membantu mereka mendapatkan taksi, pasti mereka sulit untuk melarikan diri. Terlihat juga Andri dengan banyak uang yang dia masukan ke dalam ranselnya. Banyak sekali. Saat itu Andri hanya tersenyum dengan bangga ke arahku sambil bergegas meninggalkan kamar hotel.
Terdengar yang tidak jelas percakapan antara Roy dan Martin.
Kemudian kami bertiga duduk di sofa sambil melihat TV. Hampir di setiap berita yang ada di siaran TV itu membahas tentang kejadian perampokan itu. Dengan jelas pula ada nama dan wajahku, dan beberapa kali ditayangkan video yang terlihat seperti dari CCTV luar gedung, apalagi profil lengkapku juga tertulis di headline berita itu. Diki Hardiansyah, pria 20 tahun. Aku hanya bisa terdiam. Bingung mau bagaimana lagi. Tidak tahu mau pergi ke mana. Dan tidak pernah terpikir harus menghubungi siapa. Karena sudah pasti tidak akan ada yang percaya lagi. Sedangkan Roy dan Martin hanya tertawa saja.
*
Mereka mengambil gambarku. Seperti saat aku difoto untuk KTP di Kelurahan.
Kemudian mereka menelpon seseorang dan hanya kata "deal" yang diucapkan di akhir percakapannya.
Aku diberi secarik kertas. Seperti sebuah kode. Ya, itu adalah kode booking pesawat. Di sana juga terlulis tanggal dan waktu keberangkatannya.
*
Kenapa mereka harus memilih aku? Kenapa tidak yang lain saja? Aku masih mempunyai keluarga. Apa yang akan dikatakan orang nanti tentang keluargaku.
Aku bingung sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁