Kami bertiga keluar dari hotel itu.
Aku sengaja memakai topi dan kacamata yang diberikan oleh Ron sewaktu keluar tadi.
Tidak lama kemudian, ada seseorang memberikan sebuah amplop berwarna coklat kepadaku. Kemudian Ron menyuruhku untuk berangkat ke bandara dengan menggunakan taksi. Nanti bertemu di sana, katanya. Tidak tahu juga di sana itu tepatnya di mana. Aku langsung memasuki taksi dan segera menuju bandara.
Sekitar 1 jam aku baru masuk ke area bandara. Karena lalu lintas di ibukota sore itu lumayan padat. Supir taksinya bertanya, mau ke terminal berapa. Aku hanya terdiam dan tetap masih berpikir. Terdengar 3 kali bertanya supir taksi itu. Tiba-tiba ponselku bergetar. Nomer baru. Dengan kode daerah, oh bukan daerah, tapi ini kode telpon untuk luar negeri. Di ujung telpon sana ada seorang perempuan yang berbicara, katanya aku harus menuju terminal 1. Aku langsung bilang ke supir taksi kalau aku akan ke terminal 1 saja.
Aku sempat mereset ponselku dan nomer utamanya sudah aku buang sewaktu masih di hotel tadi. Aku mendapatkan nomer baru dari Ron.
Aku langsung turun dari taksi lalu menuju pintu keberangkatan. Kemudian ada pesan masuk lagi dari nomer yang menghubungiku tadi. Aku harus check-in dengan menggunakan kode booking yang sudah mereka tulis di kertas tadi.
Kemudian aku membuka amplop yang tadi diberikan seseorang sebelum menuju ke bandara. Dan ternyata itu adalah sebuah pasport. Dengan foto yang sama persis saat tadi aku difoto oleh Ron sewaktu di hotel, tapi dengan biodata yang berbeda. Namaku berubah menjadi Dika Ananto. Tempat dan tanggal lahirku juga sudah pasti berbeda. Hanya tahunnya saja yang sama.
Pada saat aku check-in di loket, ada beberapa orang yang melihat ke arahku. Perasaanku semakin tidak karuan saja. Jangan-jangan mereka tahu kalau aku yang merampok tempat penukaran uang tadi pagi. Tanpa kembali menoleh ke arah mereka, aku langsung menuju loket saja. Ternyata aku akan terbang menuju Singapura. Kenapa jauh sekali? Aku belum pernah bepergian sejauh itu. Meskipun pernah beberapa kali naik pesawat, tapi hanya ke kota-kota kecil dan masih daerah Indonesia saja. Itu pun dulu saat bersama keluargaku untuk mengunjungi acara keluarga yang lain.
*
Di bandara ketika aku menunggu waktu keberangkatan, aku mampir ke sebuah tempat makan terlebih dahulu. Karena aku baru makan tadi pagi sebelum menuju ke tempat money changer itu. Mencoba untuk sedikit santai meskipun jantungku masih tetap saja berdebar tidak karuan. Karena jadwal yang tertera di tiket itu masih sekitar 1 jam lagi, aku pun menyempatkan membuka ponselku. Aku mencoba log-in ke salah satu akun sosial mediaku. Ternyata banyak sekali pesan yang masuk. Semuanya dari orang-orang yang aku kenal. Aku mencoba untuk membuka pesan dari adikku, Putri. Karena terlalu banyak yang dia tanyakan, aku hanya membaca salah satunya saja, "kenapa kakak melakukan itu?". Aku pun membalasnya, tapi tidak menjawab satu pun dari pertanyaannya. Aku hanya menulis, "aku baik-baik saja. Ini bukan pekerjaanku, bukan niatku. Karena aku tidak pernah melakukan hal sebodoh ini. Aku juga tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Karena ini susah untuk dijelaskan. Tidak akan ada yang percaya. Yang jelas aku baik-baik saja. Salam untuk ibu dan ayah".
Tanpa terasa aku meneteskan air mata. Bagaimana tidak sedih, aku harus menjauh dari orang-orang yang aku sayangi demi menghindari suatu kesalahan yang tidak pernah aku lakukan.
Kemudian aku membuka pesan dari Dinda, teman dekatku.
Aku sangat kaget dan sangat amat menyesal kenapa tadi sewaktu di tempat makan dekat money changer tidak bertanya kenapa dan ada apa. Aku membaca pesan yang masuk darinya. Pertama, dia meminta maaf. Kemudian dia menceritakan apa yang sebenarnya dia ketahui. Ternyata dia yang membantu mereka (Ron dan Martin) dalam melakukan ini semua. Dia juga tahu kalau Andri memang ikut merencanakan perampokan itu. Dengan sengaja juga kalau dia yang sudah mengatur agar aku yang mengantarkan tamu ketika di hotel itu. Pantas saja waktu itu tidak ada yang mau, kecuali aku. Dia juga yang memberikan segala informasiku kepada mereka. Dan yang terakhir tempat yang akan aku kunjungi, yaitu money changer. Karena beberapa hari sebelumnya aku sempat bercerita kepada Dinda bahwa aku akan pergi ke tempat penukaran uang pada hari libur nanti.
Dia memberi alasan, karena dia membutuhkan banyak uang. Apalagi keluarganya di kampung banyak sekali. Ada 3 adiknya yang masih sekolah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Aku tidak mau tahu alasan dia, aku hanya kembali membalas pesannya, kenapa harus aku?
Aku hanya terdiam.
Tidak lama kemudian ada pesan masuk, dari Dinda. Dia hanya membalas, kalau nanti aku akan tahu semua. Kenapa yang dipilih adalah aku. Aku hanya harus bersabar dan mengikuti apa yang harus aku lakukan.
*
Bingung.
Kemudian terdengar suara panggilan bahwa pesawat yang akan aku tumpangi sudah tersedia dan semua calon penumpang dipersilahkan untuk memasuki pesawat.
Aku berjalan lunglai, tanpa tenaga. Pikiranku sangat kacau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁