Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Sabtu, 26 November 2022

Implementasi Hati dan Pikiran



 Pada akhirnya aku ada di fase akan menyalahkan keadaan, ruang dan waktu juga mereka yang termasuk dalam ceritaku. 


Aku sudah jenuh bahkan tidak lagi berharap akan lebih baik untuk hubunganku, meksipun sudah 5 tahun, tapi seperti yang sudah tau jawabannya bahwa LDR itu tidak bisa, tidak akan berhasil, apalagi benar-benar tidak ada kepastian akan seperti apa kedepannya. Ini tentang aku, yang butuh support system dalam kehidupan, sekalipun cuma tidur di sampingku atau hanya sekedar membangunkannya atau seperti biasa menjadi bahan luapan emosi sesaat ku, tapi itu sedikit berarti untuk kehidupan ku yang sedari dulu sudah berdiri sendiri. 

Aku tidak pernah suka jika berhubungan via call apalagi chat, seperti buang-buang waktu meskipun waktuku selalu terbuang bagi yang melihat, tapi bagiku it's my personal, saling kasih kabar via sosial media? Oh come on! It's not me banget.

Aku ingin hubungan yang setiap hari bertemu, tau sedang apa, ngapain, siapa saja yang dia temui, tapi bukan melalui kabar melainkan kebiasaan yang tidak perlu lagi aku tunggu kabarnya. Ya, lebih tepatnya stay together, it's must goal, aku tidak mau dan tidak suka hubungan yang setengah-setengah. Karena aku tidak mampu untuk melewati semuanya sendiri, aku terlalu takut untuk memulai kesendirian, untuk kali ini bukan sehari-hari tapi dalam hati. Aku tidak ingin hati ku kosong, aku selalu ingin ada orang yang mengisi, pikiranku ada dia yang aku khawatirkan dalam artian baik, yang selalu aku perhatikan, aku tidak butuh orang dengan materi-materinya, kalaupun ada ya itu bonus, kalaupun tidak ya aku bisa mencarinya sendiri bahkan untuk berdua, terbukti hampir 5 tahun aku mampu dan lebih dari mampu, good looking bagi aku itu nomer sekian, oh come on! Aku bukan tipe pencari produk andalan, minimal bisa diajak ngobrol berhadapan secara langsung, berbagi cerita, perjalanan, pengalaman, kisah-kisah ku, tertawa tidak jelas bersama, mungkin makan ke tempat yang view-nya bagus, kamu tau, aku menulis ini sambil menangis, mengingat banyak momen kebersamaan bersama dia, sedalam ini rasa sayang yang tidak bisa lagi aku curahkan, mungkin memang iya tidak akan pernah nyambung atau sejajar dalam berpikir atau berlogika, I know aku selalu diatas aku selalu tau, aku serba tau banyak hal, hal apa yang tidak aku tau? Tapi itu tidak penting, I just need someone that real. Aku bisa memaklumi kondisi dan situasi juga latar belakang, dan juga pemikiran yang berbeda-beda, aku sudah lama berdamai untuk tidak lagi perlu diperhatikan balik atau feedback untuk hal-hal kecil ataupun besar, ya, aku sudah se-damai itu. 

Aku butuh kenyamanan hati, butuh telinga untuk didengar, ocehan-ocehan bijak yang kadang untuk orang yang pertama mendengarnya seperti burung bernyanyi, tanpa henti, telunjukku yang mengarahkan ke hal-hal tepat untuk dia yang belum mengerti manfaatnya. 

Entahlah.

Aku merasa sedikit lelah. 

Pikiranku.

Air mata yang menetes tanpa alasan, tanpa hambatan, tanpa usapan, lagu-lagu sendu tanpa irama, seperti kosong. 


Hampir. 


Salahnya aku mudah jatuh, mudah luluh, mudah menyerah, terlalu mudah menjatuhkan hati kepada orang yang tidak pernah tepat, bukan tentang ekspektasi tapi ini tentang hati dan kenyamanan. 

Aku selalu salah menutup pintu yang malah membuka pintu hati yang lain, pikiranku menolak tapi perasaanku tak pernah sama. 

Setiap hari bertemu, bertemu dan terus bertemu sampai pada akhirnya aku tidak bisa jika aku tidak bertemu, harus bertemu, seperti ada yang kurang dalam hari-hari ku. 

Aku benci perasan seperti itu, aku sudah tau kenyatannya tapi aku tetap memaksakan keadaan itu agar bisa menjadi nyata. 


Jujur saja, itu jauh dari ekspektasi dan bahkan tidak pernah masuk dalam perkiraan, tapi ya itulah hati, kadang hampir membuat pikiranku sakit tanpa ampun, kenapa harus terjadi? 

Bukan tentang zodiak Gemini, tapi ya inilah aku, kalaupun bukan Gemini aku pasti sudah seperti ini. 


Sekali kecewa dengan mudahnya memutuskan untuk tidak lagi berharap agar kembali, seperti sudah selesai saat itu juga.


Oh iya, aku sedang menjaga rasa dan karsa untuk tetap stabil dan tatap datar tanpa alasan juga harapan, sebisa mungkin agar semuanya terkendali sesuai otak yang bekerja, tanpa mengikut sertakan hati dalam hal ini. Menahan semuanya agar tetap baik-baik saja, karena aku tidak pernah mau kehilangan teman apalagi orang yang setiap hari aku temui hanya karena perasaan yang tanpa permisi dengan entengnya akan menghancurkan semuanya. 


Tidak tau akan sampai kapan, lagipula dia tidak tau dan masih tabu, perlu proses yang sangat amat panjang, perlu banyak penjelasan dan implementasi tentang hal yang belum pernah dia ketahui. Tapi aku tidak lagi ke tahap itu, aku sedang ingin menjalani semuanya se-normal mungkin, se-biasa mungkin, biar waktu yang membawaku, tidak ingin terlalu banyak mau apalagi egois, mungkin akan sedikit tertahan, tapi aku akan mengalihkannya ke banyak hal, aku tau aku mampu aku pasti bisa, apa yang tidak bisa aku lakukan, selama masih bisa aku pikirkan sejauh ini asalkan aku optimis dan yakin, all done.


With my relationship? 

Seperti telur di ujung tanduk. It's not big problem.


Lagipula aku masih punya keyakinan, teman, saudara, keluarga, dan banyak hal-hal penting yang mendorong ku untuk tetap hidup dengan baik-baik saja. 

Mungkin tidak untuk diriku tapi bagian penting dalam tubuhku yaitu mental. Apa yang membuat aku bahagia akan aku jalani akan aku lakukan. Sekalipun menyakiti dan merugikan orang lain, aku tidak terlalu perduli, seperti orang yang tidak bisa peduli, aku belajar dari apa yang aku lihat. 


Mungkin sedikit random dan sarkasme kalau out of mouth, tapi semua itu tanpa dendam just for my happiness.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁