Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Sabtu, 02 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 8)

Nugraha is My Name (part 8)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------



"Ini bukan tentang ambisi. Tapi ketika mencari sesuatu yang tidak ada dan tidak mungkin bahkan mustahil, maka dalam proses itu besar kemungkinan akan kehilangan banyak hal yang selama ini sudah didapat.

Karena pada dasarnya yang akan dimiliki akan datang dengan sukarela, yang bukan untuk dimiliki akan pergi dengan sendirinya".



-------


Saat ini tanggal 2 Desember 2023 jam 1:19 dini hari .

Beberapa Minggu kebelakang aku bertemu dengan seseorang tanpa disengaja, lagi. Ya, ini benar-benar tanpa disengaja. Disebuah minimarket rumah sakit di daerah Soreang. 

Mungkin akan aku lanjutkan ceritanya di part kesekian.


Back to 2017.


Bulan Oktober 2017 aku pernah bertemu dengan banyak orang, salah satunya adalah orang dari Banjarmasin. Dia adalah karyawan dari salah satu perusahaan BUMN ternama.

Sebenarnya kita sudah kenal dari salah satu aplikasi setahun sebelumnya, tapi baru ada kesempatan untuk bertemu ketika dia sedang dinas kerja ke Jakarta.


Seperti biasa, ketika aku bertemu dengan orang baru pasti dan selalu saling bertukar cerita dan pengalaman, aku juga menjadi tau karakter orang lain secara garis besar bahkan ketika obrolan baru dimulai. 

Karena mungkin memang sudah terbiasa bagiku bertemu banyak orang dengan berbagai pengalaman dan latar juga permasalahan hidup yang berbeda juga.

Jadi, jika pada saat ini aku bertemu dengan orang yang baru lagi entah apapun tujuannya, aku sudah bisa menebak bagaimana karakter mereka bahkan sebelum kita bertatap muka secara langsung. 


Saat itu aku mendapatkan uang lebih dari cukup dari dia. Mungkin akan cukup untuk tidak bekerja selama 6 bulan dengan gaya hidupku yang cukup hedon.


Bulan November tanggal 11 aku berangkat ke kota Subang untuk bertemu seseorang yang menurutku saat itu akan menjadi teman hidupku kedepannya.  

Kebetulan juga aku sedang jenuh dan ingin pergi ke tempat baru yang menurutku akan menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan juga. 

Ya, aku adalah pribadi yang tidak suka tinggal di satu tempat untuk waktu yang cukup lama. 

Rasanya membosankan, selalu butuh suasana baru dan mengetahui banyak hal untuk memenuhi kebutuhan rasa serba ingin tahuku.


Pada saat itu memang se-simple itu aku berpikir. 

Tidak pernah berekspektasi akan dan harus seperti apa. Jika memang tidak cocok ataupun aku disakiti lagi, semua itu tidak akan pernah menjadi hal aneh bagiku, karena sudah terbiasa dan selalu tertanam rasa siap untuk banyak kemungkinan yang akan terjadi. 


(Pada awalnya).


Ini tentang diriku dimasa itu, masa dimana aku belum bisa menyeimbangkan antara logika dan perasaan, masa dimana lebih mementingkan hati dibanding otak untuk berpikir. 


Tidak pernah terpikirkan apapun saat pertama kali mem-follow instagramnya, me-like setiap postingannya, pertama iseng DM, balas DM dan itu terjadi tidak terlalu intens.  

Kadang DM kapan dibalasnya kapan, karena memang tidak ada hal atau tujuan apapun selain ingin menambah pertemanan.

Dan itu dimulai sejak bulan Januari tahun 2017.


Terakhir dia pernah DM saat aku di pulau Bali, dan berakhir begitu saja. 

Tidak ada apapun lagi.


Sampai akhirnya bulan Oktober aku kembali tinggal di Bandung. Saat itu keadaanku sedang dalam fase yang membutuhkan move-on, saat aku sedang dalam masa yang sangat sulit, terutama masalah hatiku yang mungkin bisa dibilang terlalu lemah jika sedikit saja terluka, sangat sulit untuk kembali sembuh. Mungkin terlalu berlebihan, tapi pada kenyataannya memang tidak bisa dipungkiri bahwa saat itu aku benar-benar sedang merasa rapuh.


Aku pernah berhubungan dengan seseorang dengan penuh perjuangan yang aku anggap itu belum pernah aku lakukan seumur hidupku. Ya, memang terlalu dalam. Sampai harus berakhir dan kembali bertemu dengan seseorang di Jakarta, yang aku kira bisa membantuku menyembuhkan luka. 

Tapi ternyata jauh dari ekspektasi, dia hanya mampu bertahan sesaat saja. 

Aku kembali merasakan yang namanya sakit hati luar biasa, malah harus double move-on. 

Luka pertama belum juga sembuh, malah harus ditambah dengan luka yang baru. 


Aku tidak ingin merasakan hal seperti itu semakin berlarut, setelah berlibur dari Bali aku kembali ke Bandung. Tujuannya tidak lain tidak bukan yaitu untuk melupakan semua kenangan yang pernah ada. 



Pada suatu saat aku membuka sebuah aplikasi, aku bertemu lagi dengannya di dalam sebuah chat, you're match with Ap. Begitulah notifikasi yang aku baca. 



Tapi saat itu aku sudah kembali ke Jakarta. 


Entah apa yang terjadi, setelah cukup intens berkomunikasi aku merasa bahwa ada sedikit rasa nyaman dan luka itu sedikit terobati bahkan perlahan menghilang. 


Tapi itu tidak berlangsung lama, karena aku baru tau beberapa hari kemudian bahwa dia masih memiliki dan dimiliki oleh orang lain. 


Sakit ? 

Seharusnya tidak akan seperti itu jika itu terjadi pada orang selain aku, tapi ini aku yang sangat-sangat perasa dan terlalu banyak mengutamakan perasaan daripada logika kala itu. 


Aku mau jadi yang kedua. 


Entah aku bodoh atau aku terlalu berharap bahwa aku harus meneruskan perjalanan sakit menjadi orang yang kedua. 

Bahkan dengan tegas bahwa aku akan berjuang untuk sesuatu yang aku anggap saat itu bisa aku dapatkan meskipun mustahil. 


...


Dalam kamus hidupku, aku tidak akan melakukan hal gila jika nantinya hanya akan menambah tumpukan rasa sakit dalam hidup ini. 


Tapi entah kenapa, aku begitu yakin bahwa aku akan bisa mendapatkan apa yang aku harapkan kala itu. 


Pada akhirnya aku memutuskan untuk pindah ke suatu kota yang sebelumnya belum pernah aku kunjungi, Subang


Meskipun aku dengan lantang mengatakan bahwa tujuan aku ke kota itu bukan untuknya, tapi hatiku tidak bisa berbohong, aku pindah kesana tujuan utamanya adalah karena dia. 

Dan pada saat itu aku sangat sadar bahwa belum tentu dia memberi respon yang aku harapkan.

Bagaimana jika dia mengacuhkanku ? 

Bagaimana jika dia tidak peduli terhadapku? 

Aku sendirian, jauh dari teman-teman apalagi keluarga.


Tapi aku sudah mempersiapkan semuanya terutama mental, jika memang itu semua terjadi. 


Pada akhirnya aku mampu mendapatkan apa yang aku harapkan. 

Sekarang aku bersama dia, aku tidak lagi menjadi yang kedua, aku tidak lagi harus menunggu. 


Tapi aku juga sadar dan tau betul bagaimana perasaan mereka yang aku juga pernah mengalami hal seperti itu. 

Tidak mudah untuk menghapus semua kenangan yang pernah ada, karena kenangan akan tetap ada sampai kapan pun. Meskipun kita sudah tidak bersama orang yang sama. 


Aku juga sudah siap jika saja mereka masih ingin saling kembali, dua tahun mereka berhubungan. Jangankan dua tahun, hanya dalam hitungan bulan saja butuh waktu berbulan-bulan untuk bisa benar-benar move-on. 

Itu aku sih. 


Tapi aku yakin, mereka juga pasti seperti itu. 


Saat itu aku hanya butuh ruang hati yang lapang untuk menerima dan bertahan dan menunggu sampai mereka benar-benar sedikit lupa akan tumpukan kenangan diantara mereka. 


Aku juga masih perlu waktu untuk kembali ke masa dimana aku tidak perlu lagi khawatir akan beberapa memori buruk yang pernah terjadi dalam kehidupanku selama ini. 

Karena aku tidak dapat lagi mengubah masa lalu, kenangan buruk itu masih saja teringat dan menjadi rasa ketakutan yang luar biasa, aku begitu takut untuk menerima setiap keputusan yang akan terjadi dalam hidup ini.


Aku pernah melewati saat-saat yang begitu menyakitkan, bukan hanya dalam hal percintaan, tapi masih banyak juga hal-hal lainnya yang masih aku simpan rapat.


Saat itu aku merasa takut jika aku sedang dalam masa-masa sangat dan benar-benar mencintai dia, dia malah pergi dan melupakan semuanya. 

Aku akui, aku pernah menjadi orang ketiga diantara mereka, pasti dan sangat jelas apa yang aku takutkan, aku takut akan ada orang ketiga diantara aku dan dia. 


Aku hanya orang baru bagi dia, hanya orang baru yang ada dalam kehidupan dia, begitupun sebaliknya. 


Tapi aku selalu yakin, bahwa cinta itu akan tumbuh dalam hati yang paling dalam sampai pada akhirnya tidak perlu lagi bilang "I love you". Karena cinta itu tanpa harus berbicara, tanpa harus ada ungkapan, cinta bagiku itu tanpa alasan. 


2017 aku pernah berdo'a, meminta seseorang untuk menemaniku selama mungkin yang dia bisa. Entah itu cinta ataupun tidak, yang jelas aku membutuhkan seseorang yang akan selalu ada untukku.


Karena hubungan kami, aku pernah tidak dianggap adik oleh kakak pertamaku. 

Kebetulan pada saat itu kami pergi ke acara pemakaman almarhum kakek yang di Sumedang. 


2018.


Apakah hubungan kami indah? 

Pada awal menjalin hubungan dengan orang yang baru, pasti semua orang merasakan bagaimana indahnya cinta. 

Sebulan, dua bulan, tiga bulan, sampai berbulan-bulan kami bersama, kami baru bertemu dengan fase naik turunnya sebuah hubungan yang serius. Karena ada tanda-tanda yang muncul berupa sesuatu yang rumit dan mendalam. 

Harus tetap merahasiakan hubungan kami dari orang lain terutama teman-teman dan keluarganya. 

Yang awalnya aku anggap akan berakhir dengan cepat malah berlanjut sampai ke tahap kami sudah bisa saling menerima satu sama lain. 

Dia pernah bertemu dengan keluarga besarku di Ciyuda pada saat acara syukuran anak dari adikku. Dan aku memperkenalkannya sebagai pacar. Damned.

Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan dibelakangku, tapi sejauh ini mereka tidak pernah membahasnya kecuali kakak keduaku yang di Banjaran (2022). 


2018 kami pindah ke Bandung. 


Kami menjalani hari-hari dengan normal seperti kebanyakan orang pada umumnya. 

Memang kami mempunyai hubungan tapi tidak berarti kami menunjukkan di depan semua orang. 

Berkali-kali kami pergi ke rumah kakak sepupuku dan kakak keduaku. Bahkan mereka cukup akrab juga. 

Ya karena kami tidak menekankan dan menjelaskan bahwa "kami pacaran". No.

Kami lebih merasa seperti teman dekat, sahabat, saudara. 


Pada akhir tahun 2018 dia membuka statusnya ke keluarga besarnya.

Berawal karena hal sepele yang terabaikan tanpa komunikasi hingga menjadi sebuah permasalahan yang rumit.

Aku sempat berkonflik dengan keluarganya. 

Kami cukup sulit untuk meyakinkan mereka bahwa kami benar-benar baik-baik saja dan akan tetap dalam hal positif meskipun kebanyakan orang memandang bahwa itu sebuah hal yang negatif. 

Mungkin memang iya, tapi sisi positifnya kami bisa saling menjaga, membantu, memahami dan menerima melebihi saudara kandung sendiri. 



Sekarang hubungan kami sudah berjalan 6 tahun. 


Apakah aku pernah selingkuh? 

Apakah aku pernah bertemu dengan orang baru? 

Apakah aku pernah jatuh cinta dengan orang lain? 


--------


To be continued. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁