Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Jumat, 15 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 16)

Nugraha is My Name (part 16)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


"Jatuh cintalah dengan kesadaran bahwa setiap orang bisa melukai sewaktu-waktu, dan

sembuhlah dengan keyakinan bahwa akan ada seseorang yang sungguh-sungguh memahami bahwa kamu layak untuk dibahagiakan".


-------


Pada bulan November kemarin aku bertemu dengan seseorang tanpa disengaja. 


Ini bukan pertama kalinya aku dilanda rasa yang tak berarah, entah akan bagaimana nantinya, terlihat tidak ada harapan tapi membuatku sedikit bahagia, membingungkan tapi menenangkan. 

Cinta itu egois dan penuh harapan terutama jika ingin ada balasan, terlalu rumit jika harus diungkapkan, terlalu beralur jika harus diucapkan, lagipula mana ada orang yang berani menghabiskan waktunya selama itu untuk menunggu hal yang tidak pasti.


Aku tidak jatuh cinta, aku hanya jatuh hati. Aku tidak ingin merasakan sakit karena cinta yang tidak nyata atau cinta yang bertepuk sebelah tangan, cinta itu harus sama-sama, bukan satu yang mengejar dan satu yang berlari, cinta harus berjalan bersama, cinta harus saling bergandengan dan menatap tujuan yang sama. 


Aku jatuh hati padanya karena banyak hal, selain tidak ingin egois, aku hanya bisa mengagumi tanpa memuji apalagi memuja, hatiku ingin se-simple itu tapi sebahagia saat aku melihat wajahnya atau berdekatan dan duduk bersamanya. 

Dia tidak perlu tau apa yang aku rasakan, kubiarkan rasa dihati ini semakin rapat tersimpan dalam angan, karena rasa seperti ini saja sudah cukup indah bagiku. 

Bukannya aku terlalu takut untuk mencintai, tapi ada kalanya seseorang meminimalisir untuk tidak sampai ke fase sakit hati karena mencintai, karena bagiku cinta itu harus indah dan bahagia bukan malah membuat luka.


Seperti yang sudah aku katakan padanya, aku hanya sebatas mengagumi keindahan tanpa harus memiliki keindahan itu, aku tidak ingin merusaknya apalagi sampai menjadi racun untuk hidupnya. Kubiarkan waktu yang memilih, entah nanti aku yang berubah atau dia yang mencoba merubah rasa dihatinya, tapi aku tidak berharap sesuatu yang berlebihan, dia bersedia dekat denganku saja sudah lebih dari cukup bagiku.


Tidak munafik, kalau dia berubah untuk ingin lebih dari itu aku juga akan membuka hati untuknya, tapi harus dengan cara yang seimbang antara logika dan perasaan, karena cinta bisa merusak banyak kenangan yang indah selama ini. 


"Hey, kamu. Aku tidak berharap lebih darimu, aku hanya ingin selalu bisa dekat denganmu".

Ucapnya sambil menutup pintu mobil dan menginjak gas berlalu tanpa kabar bahkan mengabaikan pesan dariku. 


Aku akui, aku adalah pembohong yang handal untuk banyak rasa yang selalu aku abaikan, tapi hatiku mengetahui dan pikiranku juga membenarkan apa yang sesungguhnya terjadi di dalam diriku. 

Aku juga mempunyai perasaan yang sama dengannya, tapi terlalu banyak pertimbangan yang pada akhirnya membuatnya sedikit kecewa karena ekpektasinya yang terlalu berlebihan. 


Aku sudah berusaha untuk menghindarinya, menjauhinya, mengabaikannya, tapi dia masih dengan semangat luar biasanya mendekatiku dengan segala pengorbanannya, usaha-usahanya, tingkah-tingkahnya, dan keyakinan yang dimilikinya bahwa dia akan mampu menaklukkan hati yang selama ini sudah aku bentengi dengan kokoh agar tidak ada sedikitpun terbersit keinginan untuk saling memiliki, apalagi hingga runtuh terjatuh ke pelukannya. 


Tapi pada kenyataannya semakin aku berusaha memaksimalkan pertahanan ini, semakin kuat pula badai penghancurnya.


Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk menerimanya dengan segala resiko yang akan terjadi kedepannya, entah aku yang menjadi cinta atau dia yang terlalu sayang dan mungkin kita sama-sama saling berbagi atas perasaan yang mulai terbentuk meskipun belum terlalu berarah. 


Dia bukan yang pertama bagiku, aku juga bukan yang pertama baginya, tapi keputusan untuk bersama adalah kesempatan kami satu-satunya.

Bagaimana bisa mengetahui akan sakit atau bahagia jika memulai saja tidak pernah kami lakukan untuk pertama kalinya. 


Secara berpikir dan menyikapi banyak hal saja kami sudah berbeda, itu hal yang menjadi alasan utama kenapa aku membutuhkan waktu untuk menerimanya, dulu.

Dulu aku juga berpikir bahwa jatuh cinta hanya akan membuang-buang waktuku, aku selalu menganggap hal itu akan menjadi sesuatu yang rumit dan membingungkan, tapi aku juga mempunyai keyakinan bahwa bagaimana kalau memang inilah yang seharusnya aku terima dan aku jalani dengan sukarela tanpa harus mempermasalahkan sesuatu yang belum terjadi. 

Selalu ada tujuan dan alasan kenapa setiap orang dipertemukan.

Entah itu untuk saling membahagiakan atau mungkin saling menyakiti satu sama lain. 


Aku mempunyai kendali atas diriku sendiri, aku tidak ingin ada orang lain yang mengendalikanku atas apapun itu, begitupun ketika aku akan mengambil keputusan untuk sesuatu yang besar, menjadi sesuatu yang besar karena ini tentang hati yang kapan saja bisa berubah dan kemungkinan terburuknya adalah ketika hati terluka maka dunia ini akan terhenti sejenak untuk keheningan dan penyesalan juga kesakitan yang luar biasa. 


Untuk cinta, aku tidak bisa hanya memakai logika atau hanya mengandalkan perasaan, karena keduanya harus seimbang. Tapi kekurangan manusia yang sedang jatuh cinta adalah dia terlalu mengandalkan perasaannya dan melupakan logikanya. 

Logika menerima tapi hati menolak atau hatinya yang sangat menginginkan tapi logikanya menolak dengan banyak pemikiran-pemikiran yang logis tapi sesaat, lupa akan jangka panjang untuk kehidupannya. 

Tapi semua itu kembali lagi dengan seberapa siap dia dengan banyaknya kemungkinan yang akan terjadi dan beberapa hal yang tidak bisa dia perkirakan dari awal. 

Tapi faktanya hanya akan terjadi satu dari dua hal itu, yaitu bahagia atau sakit. 


Sejauh ini aku tetap dengan caraku yang terus berusaha menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran, tidak mengucapkan banyak janji dan mempercayai perkataannya yang sedang bahagia karena kenyamanan dan rasa jatuh cinta.

Mungkin aku hanya bisa mengungkapkan apa yang sedang aku rasa, melakukan hal-hal yang mampu aku lakukan saja, tidak berusaha untuk menghindari lagi, aku juga tidak bisa menjanjikan banyak hal untuknya, karena apapun yang akan terjadi kedepannya nanti, kita sudah sama-sama saling tau resikonya dan bagaimana cara kita menghadapi juga mengendalikannya. 


-------


Tidak ada dua insan yang bertemu langsung cocok, kecocokan akan tumbuh saat keduanya

saling berusaha menerima kelemahan dan kekurangan masing-masing.

(Film 172 days).


-------


To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁