Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Rabu, 06 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 15)



Nugraha is My Name (part 15)



PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


6 Desember.


Sebenarnya jika tentang pribadi dan sudah dipahami oleh diri sendiri, apabila harus dibahas apalagi dipertanyakan bersama orang lain, yang ada hanyalah kebingungan. Jatuhnya seperti harus mengartikan definisi dari definisi. Definisi itu kan membatasi bukan menjabarkan. 


Aku berkenalan dengannya disebuah minimarket  rumah sakit di daerah Soreang pada tanggal 11 November. Ya, bertepatan pada hari anniversary aku dengan orang lain yang ke 6 tahun. Apakah ini termasuk sebuah hadiah? 


Saat pertama kali bertemu dengannya dan duduk bersebelahan, tidak ada hal istimewa selain basa basi dan sekedar bertanya, "tidak ada colokan buat nge-charge ya disini?". 

Aku melihat mata yang teralihkan dari layar HP itu, matanya menoleh kepadaku dengan jawaban yang menggambarkan kekecewaan karena aku sudah mengganggu kesendiriannya.

"Gak ada A!" 


Dari bulan Agustus aku sudah berkali-kali mengunjungi rumah sakit Otista yang berada di daerah Soreang. Aku mengantar Ua-ku untuk kontrol / rawat jalan karena sebuah keluhan yang dialaminya. 

Berkali-kali juga aku selalu memasuki minimarket yang memang berada di dalam bangunan rumah sakit itu, kadang untuk sekedar membeli minum atau cemilan. Aku juga suka duduk di kursi yang berada di dalam sana. 

Begitupun pada saat pertama kali kita bertemu. 


Namanya Fz. 

Dia adalah anak dari seorang dokter ternama. 

Usianya sangat jauh lebih muda dariku. Kebetulan juga pada saat itu hari Sabtu dan dia sedang mengantar ibunya untuk jadwal praktik. Karena mungkin tidak akan betah jika harus berada di ruangan bersama ibunya, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di minimarket. 


Dia adalah salah satu orang yang memberi warna baru dalam kehidupanku pada saat ini. 

Disaat aku ingin menjauh dan berusaha untuk hidup tanpa ada orang baru lagi, ternyata takdir berkata lain. Berawal dari ketidaksengajaan yang membawaku pada situasi yang mungkin akan rumit atau bisa saja membahagiakan. Tapi aku sudah tau bahwa diantara keduanya tidak akan ada yang abadi.

Dia juga menjadi orang yang memberi inspirasi baru dan mengajarkanku bahwa bersyukur saja belum cukup. 


Tahun ini memang bukan menjadi salah satu tahun terberat bagiku, aku sudah banyak bertemu dengan tahun yang jika memang harus dikatakan terberat tidak akan ada kata yang benar-benar layak untuk menggambarkannya bila hanya ditulis disini. 

31 tahun itu seperti terjadi begitu cepat. 

Banyak hal bodoh yang pernah aku lakukan sebelumnya, tidak terhitung berapa banyak kesalahan yang sudah aku perbuat entah dengan sengaja ataupun tidak, berkali-kali juga aku mengecewakan orang lain, memanfaatkan ruang kosong yang mereka miliki, aku juga selalu mengambil kesempatan dari setiap pertemuan bersama orang baru entah itu waktu atau materi juga pengetahuan mereka tentang kehidupan yang ternyata apa yang sudah terjadi kepada diriku tidak ada perbandingannya dibandingkan apa yang sudah bahkan sedang mereka alami. Aku merasa sudah cukup berat untuk menjalani kehidupan ini, tapi pada kenyataannya hidup orang lain lebih berat dari dugaanku. 

Dari banyaknya pertemuan dengan orang lain entah itu memang sesaat ataupun dalam waktu yang cukup lama, entah mereka itu orang baru atau memang orang-orang yang aku kenal dengan dekat, aku bisa belajar banyak hal dari mereka. 



Fz. Seseorang yang aku temui di sebuah minimarket dengan cara yang tidak disengaja. 

Pada awalnya aku melihat dia seperti seseorang yang luar biasa. Mempunyai ibu seorang dokter, meksipun sudah tidak memiliki figur seorang ayah, tapi dia mempunyai kakak dan saudara yang banyak. Selain itu dia juga tidak akan kesulitan untuk mendapatkan apa yang dia mau. Materi bukanlah suatu permasalahan seperti kebanyakan orang. Tapi dibalik itu semua dia menyimpan banyak misteri dan sisi lain yang mulai terkuak setelah pertemuan kami untuk keseksian kalinya. 


Kita sempat bertukar kontak untuk melanjutkan beberapa obrolan yang sempat terhenti karena aku harus kembali ke ruang tunggu untuk mengantar saudaraku yang mau kontrol.


Tanggal 17 November kita bertemu di sebuah tempat makan yang tidak jauh dari tempat tinggalku. 

Pada saat itu dia membelikanku es krim McD yang sangat aku suka. 

Kita sempat membahas tentang makanan yang kita suka. 

Aku sangat menyukai es krim, lebih spesifiknya ya es krim sundae yang di McD itu. 


Kemudian kami melanjutkan beberapa obrolan yang sebelumnya pernah kita bahas di chat dan telfon saja. 

Dia memang mempunyai banyak teman, tentu saja karena dia masih duduk di bangku sekolah.

Tapi dia tidak pernah mempunyai teman yang benar-benar dekat dan mengerti dia secara mendalam. 

Belakangan aku juga pernah beberapa kali bertemu dengan teman-temannya pada suatu acara malam anak remaja pada umumnya. 

Tapi aku melihatnya beda dari yang lainnya. 

Cara berpikirnya jauh lebih dewasa dari anak seumurannya. 


Apakah aku kembali kagum dan jatuh hati? 


Aku mencoba menjadi pendengar yang baik dan berusaha memahami apa yang dia ungkapkan. 

Mungkin aku belum sedewasa orang pada umumnya, tapi aku juga tidak munafik kalau aku sangat suka membahas hal personal dengan orang baru untuk sebuah pemahaman dan pelajaran hidupku. Bukan sebagai perbandingan, tapi aku selalu merasa bahwa apapun yang aku dengar dan apa yang aku ketahui dari siapapun itu, semuanya akan berarti dan berguna bagi kehidupanku dikemudian hari. 


Aku juga beberapa kali diajak main ke rumahnya di Kotabaru Parahyangan. Sudah pasti bukan rumah pada umumnya ya, bisa dibilang cukup mewah. 


Pada suatu obrolan, dia menawarkanku untuk melakukan sebuah operasi yang sebenarnya sudah sangat aku inginkan sejak lama. 

Dan kebetulan juga banyak anggota keluarganya yang bekerja di rumah sakit bagus. 

Pada tanggal 22 November aku dihubungi oleh pegawai rumah sakit yang tidak jauh dari tempatku untuk menjadwalkan sebuah operasi.

Memang mendadak, tapi ini menjadi sebuah kesempatan bagiku juga. Apalagi dengan potongan biaya yang cukup besar. 

Mungkin memang begitulah takdirnya.



Kalau boleh jujur, tulisanku seharusnya selesai dan berakhir di part ke 14 sesuai draft yang sudah aku buat dari bulan Agustus lalu. 

Dan seharusnya juga di part 14 itu aku membuat sebuah keputusan untuk kedepannya akan seperti apa. 

Terutama tentang orang baru yang selalu hadir dalam hidupku. Memang, mereka dan orang-orang yang sebelumnya itu dengan sengaja datang atas kendali diriku, atas keinginanku juga keputusanku. Tapi dia? 


Aku ingin berhenti.

Meskipun pada saat ini aku masih bersama orang dari tahun 2017 lalu, tapi kami terutama aku pribadi sudah ada di tahap menganggapnya sebagai saudara saja. Aku sedang menikmati masa kesendirian dan kebebasan tanpa adanya pemikiran bersama seseorang. Tidak menunggu atau memberi kabar, tidak mengingatkan ini itu, intinya sedang ada di fase feel free dalam artian yang sebenarnya. Apalagi aku juga sedang berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan banyak keluarga yang sebelumnya sempat jauh secara emosional. 


Tanggal 5 Desember kami terakhir bertemu dengan kebiasaannya yang random saja tiba-tiba sudah menunggu di jalan depan. 


Kami juga mengobrol dari hal-hal sederhana sampai hal yang bisa dibilang cukup berat. 

Ya, kami cukup sepemahaman dalam sudut pandang tentang kehidupan. 

Tapi aku mencoba untuk tidak mau larut terlalu dalam untuk kali ini. 

Aku sudah tau bagaimana cara dunia ini berputar, apalagi tentang hati yang kapan saja bisa berubah. 

Aku tidak terlalu menanggapinya dengan cukup serius. Bukan berarti aku mengabaikannya, hanya saja aku tetap ada dalam batasan dan kendali atas perasaan dan pikiran juga mengontrol semuanya agar kedepannya tidak menjadi sesuatu yang rumit.


Aku juga sempat menyampaikan terimakasih dan berkata, bahwa apapun yang akan terjadi kedepannya nanti, aku ingin memastikan bahwa semuanya dalam keadaan baik. 

Aku juga tidak bisa berjanji banyak hal kepadanya, selain memang masih baru, tapi bisa aku pastikan bahwa kapan pun dia butuh waktuku, telingaku, sedikit pendapatku, aku akan berusaha selalu ada untuknya. 


-------


8 Desember.


"Setiap orang mempunyai potensi untuk mengecewakan".



Aku mencoba untuk tidak menulis ini, tapi pada kenyataannya cerita tetap berlanjut ketika usahaku untuk tetap menyelaraskan antara pikiran dan perasaan masih dalam proses yang cukup sulit sejauh ini. 

Aku sedang berusaha menghindari sesuatu, dan bahkan aku berperang melawan arus yang mengalir begitu deras. 

Aku sedang tidak ingin berjalan mengikuti alur, aku berupaya untuk menolak semua perasaan yang dengan cepatnya menarik perhatianku seperti ingin segera menggenggam dan membawaku bersama alunan irama yang panjang dan tinggi.


Tentu saja aku tidak pernah menyukai hal romantis atau perlakuan manis lainnya, karena aku sudah terbiasa dengan sesuatu yang alami. Aku suka kesederhanaan, aku orang yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan cara-cara yang simpel tapi mendalam. 

Aku pencari materi, aku sangat haus akan uang, aku selalu melakukan apa saja demi nilai harga tapi aku tidak melakukannya untuk hati dan perasaan. 

Aku tidak menyukai siapapun yang memperlihatkan seberapa banyak dia memiliki itu semua. Bukan berarti aku munafik, tapi aku benar-benar tidak menyukai hal-hal seperti itu jika tujuannya untuk meluluhkan hatiku dengan cara yang demikian. 

Aku mempunyai nilai yang tidak akan bisa ditukar oleh harta sekalipun aku menerimanya. 

Tapi, apakah aku akan mampu bertahan untuk tidak jatuh hati? 


Ini tentang ketakutanku, seolah aku sudah tau akan seperti apa jadinya nanti jika memang aku membuka hati dan memberikan ruang untuknya. 

Aku takut dikecewakan olehnya atau aku yang mengecewakan dia. 

Aku masih terhalang oleh banyaknya memori yang menjadi pembatas untuk seseorang yang baru. 

Aku takut ketika aku mulai terbawa arus itu malah tidak bisa berenang ke tepi dan justru hanyut hingga tenggelam. 


Aku belum bisa memutuskan, aku terlalu pengecut untuk mengakui bahwa aku sudah mulai jatuh hati. 

Aku terlalu munafik untuk mengatakan bahwa aku juga ingin selalu didekatnya, bersamanya.

Aku malu untuk mengakui bahwa aku tidak sekuat itu menahan diri agar tidak sampai menginginkannya.


Aku pembohong yang buruk, aku mencoba untuk berlari tapi langkahku malah melambat dan membuka tanganku untuk menerima genggamannya agar bisa berjalan bersama. 


Fz. 

Andai saja waktu itu aku tetap duduk dan mengobrol bersama saudaraku di ruang tunggu hingga pingsan kehausan, mungkin aku tidak akan pernah berbicara kepadamu mulai saat itu. 

Andai saja aku tidak pernah melepas hansfree dari telingaku, mungkin kita tidak akan pernah bertemu hingga aku harus mendengarkan semua cerita hidupmu secara mendalam.

Andai saja aku menjadi orang yang tidak selalu basa basi ketika bertemu dengan orang lain,  mungkin kamu tidak akan pernah nyaman saat pertama kali kita bertemu. 

Tapi semua itu sudah terjadi, sudah menjadi takdir yang memang tidak pernah bisa kita rencanakan. Seperti kata sepupuku, Ai Wanti, saat aku sedikit membahasmu, "sudah Allah takdirkan", katanya.


Sejauh ini aku belum menemukan alasan kenapa harus menerima semua rasamu. 

Aku tidak terima dengan jawaban "karena nyaman denganku" atas pertanyaan kenapa harus aku?


Seperti yang sudah pernah aku katakan, aku selalu membutuhkan waktu untuk menjatuhkan rasaku. 

Aku memang mengagumimu, karena sejauh ini kamu sudah menjadi orang hebat atas dirimu sendiri ditengah perjalanan hidupmu yang belum tentu jika itu semua terjadi kepada orang lain selain kamu. Kamu sudah melewati banyak hal yang sejauh ini sangat berat untuk kamu lalui. 

Kamu mempercayaiku, orang baru yang kamu temui di sebuah minimarket untuk mendengarkan seluruh cerita hidupmu. Kamu memilih pundakku untuk bersandar dari perasaan tersakit yang kamu rasakan selama ini. 

Kamu memperlakukanku seperti orang yang sudah lama ada dalam hidupmu. 

Kamu meluapkan kesedihan dan kegembiraan disaat ada kesempatan bersamaku. 

Tapi kamu tidak tau bahwa aku juga sedang ada dalam fase tertatih mencoba untuk kembali bangkit dari semua keterpurukan hidup yang selama ini menimpaku.


Aku tidak ingin menyakitimu, aku juga tidak ingin tersakiti olehmu. 

Kita sama-sama tidak ingin saling menyakiti dan mengecewakan, tapi jika kita bicara realistis dalam kehidupan dan hukum alam yang ada, potensi untuk itu semua pasti ada.


Dan aku belum siap untuk itu. 



-------


10 Desember.


Sempat terpikirkan bahwa kisah ini akan terhenti bertepatan dengan tahun 2023 yang juga akan segera berakhir, tapi takdir mempertemukanku dengan dia disebuah minimarket rumah sakit itu dengan ketidaksengajaan.


Aku tidak menemukan jiwa yang bersinar dan kepribadian yang membuatku takjub pada saat itu, karena memang keadaannya yang sedang tidak baik-baik saja. 


Seiring waktu berjalan, dia mulai menyadari  bahwa disinilah aku berdiri untuknya, untuk dia yang selama ini terombang-ambing. 


Dia menemukan kenyamanan yang selama ini belum pernah dia rasakan, dia mempercayakanku sebagai orang baru yang mampu untuk mengisi kekosongan yang selama ini terabaikan, dia mulai memfokuskan perasaan dan pikirannya hanya kepadaku.

Dia mulai bisa melupakan semua permasalahan yang selama ini mengganggu di setiap harinya. Mulai bisa tersenyum dan bahkan tertawa disaat ada kesempatan untuk bersamaku. 


Jam 7 pagi besok semua tindakan akan dilakukan, tentu saja dengan semua proses yang cukup panjang. Tes antigen yang sudah aku lakukan kemarin, begitu tiba ke rumah sakit aku tidak mengalami proses pendaftaran dan banyak persyaratan lainnya seperti kebanyakan orang, karena memang sudah ada yang atur


Aku juga langsung dipanggil untuk melakukan pengambilan darah lengkap, kemudian ke ruang radiologi, begitu semuanya selesai aku pergi ke lantai 4 RS Santosa Bandung Center untuk mendapatkan ruangan. 

Diantar oleh partner lamaku, tapi setelah itu dia kembali pulang untuk bekerja. 

Selebihnya aku dilanjutkan dengan mengisi berbagai macam form, persetujuan tindakan, anastesi, infus dan lain-lain lagi. Tandatangan tandatangan terus menerus. 

Berkali-kali diperiksa tekanan darah, menerangkan banyak hal ini itu dan semuanya. 

Dan terakhir aku diberi obat ativan. Efeknya seperti biasa, mengawang.


Jam 4 lebih tiba-tiba dia "ngurunyung" dengan badan yang bau matahari  dan berkeringat panas sambil membawa keresek seabrek dengan berbagai macam cemilan dan salah satunya adalah es krim, makanan kesukaanku. Jelas aku suka es krim, tapi kan aku sedang mau melakukan tindakan operasi dan dia memberikanku es krim? 

Sangat diluar dugaan. 

Tapi, disanalah salah satu perjuangan yang mungkin sengaja dia perlihatkan kepadaku. 

Lagi pula semua ini terjadi atas perantara dia.

Dialah juga alasan aku mau melakukan operasi ini. Meskipun perannya tidak cukup banyak, tapi dia memang yang memulai hingga sampai ke tahap ini. 


Aku pernah bertanya, kenapa harus aku?  Disaat banyak orang yang mungkin mengantri untuk menjadi bagian dari hidupmu entah itu untuk sementara atau lama. 

Dari sisi dewasa yang kadang penuh dengan kerandoman itu kamu hanya menjawab, "aku maunya kamu". 


So, welcome to my world.


-------


To be continued. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁