Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Selasa, 19 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 17)

Nugraha is My Name (part 17)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


"Ketika aku memilihmu berarti aku sudah menyelesaikan perang dalam diriku, menyeimbangkan antara pikiran dan perasaanku."


-------


Terlalu rumit dan membingungkan hampir tidak bisa memutuskan untuk meneruskannya dari bagian mana lagi cerita ini. Karena diriku, tubuhku hanya ada satu tapi dengan pikiran yang tidak terlalu fokus juga rasa yang selalu berubah-ubah setiap saatnya. 

Ada banyak momen yang pada kenyataannya sangat related dengan orang yang keberadaannya jauh disana. Sejujurnya aku sudah sedikit tau tentangnya, karena aku selalu berhenti disaat ada rasa ingin mencari tau segala yang berhubungan dengannya. Sejauh ini aku masih bisa mengendalikan semuanya, ada rasa tertarik tapi hanya berhenti pada titik itu saja. 

Oh ya, apa yang dia lakukan hampir selalu sama dengan yang Fz lakukan.

Tiga hal terakhir yang pada awalnya aku abaikan, dulu aku pernah sama Fz pergi makan di McD dan anehnya dia juga makan di tempat yang sama meskipun itu entah dimana, aku juga tidak peduli. 

Kedua, aku sama Fz sedang minum dan pergi ke sebuah tempat di Sulanjana. Ternyata dia juga sedang minum meskipun entah tidak tau dimana dan dengan siapa, karena aku tidak peduli juga. 

Yang terakhir. Fz hari ini pergi ke Bali bersama keluarganya, tentu saja setiap bertemu dan di chat atau via telfon selalu mengajakku untuk ikut tapi itu hal yang tidak mungkin terjadi. Fz belum mengerti situasi, meskipun kami sudah cukup dekat tapi aku tidak ada hubungannya dengan keluarganya. Dan dia, si orang ini, melakukan perjalanan keluar kota menggunakan pesawat di jam yang sama dengan jenis pesawat yang sama juga, Batik Air. Bahkan sebelum berangkat orang ini juga memfoto bagian dalam pesawat bersamaan dengan Fz yang mengirimkannya via pesan WhatsApp sesaat sebelum take-off tapi memang dengan foto yang berbeda tapi cukup mirip karena maskapai yang sama. Fz ke Bali, orang ini entah kemana aku tidak tau, katanya sih ke Jakarta untuk transit. 


Sesaat aku berpikir tapi tidak terlalu dalam, dan ini hanya kebetulan. Ya. Kebetulan saja. 


Fz. 

Aku tidak tau apa yang akan aku katakan jika suatu saat dia membaca tulisan ini. 

Kalau boleh jujur, sejauh ini aku masih dalam rasa sayang yang tidak berlebihan. Untuk cinta? Aku belum tau. Karena aku pribadi yang sangat sulit untuk jatuh cinta. 

Dia kehilangan banyak figur dalam hidupnya termasuk kakak, ayah tiri yang sibuk sendiri, ibu yang selalu sibuk dengan pekerjaannya mengurusi nyawa orang lain tapi melupakan perasaan anaknya sendiri. 

Teman yang banyak tapi tidak peduli dengan apa yang dia rasakan, teman-temannya hanya dekat karena ada maunya. Teman-temannya hanya ikut merasakan fasilitas yang diberikan oleh orangtuanya bukan benar-benar ingin berteman secara tulus. 

Setelah kenal dan dekat denganku, aku tidak tau berapa persen kebahagiaan dia bertambah, atau berapa banyak rasa marah dan kecewa yang selama ini dia pendam hingga terkuras meskipun tidak semuanya terungkap, tapi setidaknya sudah pasti berkurang. Terlihat dari fokus belajarnya yang membaik. Yang tadinya tidak pernah masuk 10 besar, kali ini dia mampu masuk meskipun baru rangking ke 7. 

Apakah aku bangga? 

Sejujurnya ya, tapi sedikit. 

Karena pada akhirnya yang ada hanyalah beban kedepannya harus seperti apa, kepalaku dipenuhi rasa was-was dan takut jika malah aku yang benar-benar jatuh cinta kepadanya. 

Saat dia memintaku untuk tidak meninggalkannya, aku tidak bisa berjanji akan tetap tinggal. Aku tidak menjanjikan banyak hal kepadanya, tapi aku akan berusaha untuk selalu ada disaat dia membutuhkanku dalam keadaan apapun, termasuk hal sepele ketika harus makan es krim yang mengandung banyak gula itu. Mungkin berlebihan, tapi pada kenyataannya semua orang akan ada di fase mengabaikan janji-janjinya, karena pada akhirnya semua orang akan pergi. Entah itu karena satu orang yang bosan, entah keduanya yang sama-sama bosan, entah salah satunya tersakiti atau sama-sama saling menyakiti bahkan saling mengecewakan dengan banyaknya alasan agar sebuah hubungan itu berakhir. Karena sebuah ketidakcocokan dan menemukan hal yang lebih menarik diluar sana juga menjadi alasan kenapa sebuah hubungan selalu usai.


Aku menyayanginya, tapi memang hanya sebatas itu saja. 

Aku tidak ingin lebih jauh ke tahap yang lebih serius. Aku bukan pembaca masa depan yang sudah tau ujungnya akan bagaimana, tapi aku sedang dalam sebuah hubungan bersama orang yang lain juga. Sangat rumit jika memang terlalu dipikirkan, makanya aku lebih membiarkan hidup ini otomatis daripada menjalaninya secara manual. Aku selalu percaya setiap hal yang terjadi dalam hidup ini sudah teratur secara langsung tanpa harus repot mencari jawaban dan pembahasan apalagi permasalahan. 


Beberapa hari yang lalu ketika kami bertemu untuk makan, diperjalanan aku memberanikan diri untuk bertanya alasan kenapa dia memilihku secara jujur dan serius. 


Saat di minimarket rumah sakit itu dia hanya kagum saat aku berkata, "Aku harap siapa pun mau bercerita dan terbuka apa pun tanpa ada perasaan akan dihakimi atau disalahkan apalagi sampai dimarahi. 

Karena sejatinya kebanyakan orang hanya butuh untuk didengar bukan untuk diberi solusi."


Ya, hanya itu. 

Aku pikir memang pada dasarnya setiap orang harus seperti itu. Tapi pada kenyataannya tidak semua orang mampu melakukan hal sederhana itu. Bahkan untuk bertanya "apakabar, apakah kamu baik-baik saja, apakah mau cerita" saja sangat tidak terbiasa dengan itu semua. 

Banyak orang yang pada akhirnya malah menjadi hakim dan pemberi nasihat tanpa mendengar dan ikut merasakan apa yang dialami oleh orang lain. 


-------


To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁