Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Minggu, 03 Desember 2023

Nugraha is My Name (part 9)

Nugraha is My Name (part 9)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


Bukan tentang cinta, bukan tentang materi, tapi ini tentang kenyamanan. 

Cinta lambat laun akan berkurang bahkan menghilang tapi tidak sulit untuk bisa tumbuh kembali.

Materi, ketika banyak yang akan habis dan ketika tidak ada pun masih bisa dicari. 

Tapi kenyamanan itu tidak ada harga apalagi perbandingan. Asalkan tidak ada kesempatan untuk sebuah kekecewaan.


-------


3 Desember 2023 7:13


Ketika mencoba menulis di pagi hari, mungkin karena ini bukan sebuah pembahasan berat yang biasa muncul di dalam otakku pada malam hari, jadi rasanya cukup natural. 


Aku berkenalan dengannya disebuah minimarket rumah sakit di daerah Soreang pada tanggal 11 November. Ya, bertepatan pada hari anniversary aku dengan orang lain yang ke 6 tahun. Apakah ini termasuk sebuah hadiah? 


-------


2017, 2018, 2019, 2020, 2021, 2022.


Apakah aku pernah berselingkuh? 

Aku akan simpan untuk nanti dibahas.


Aku mau membicarakan tipe yang aku suka secara garis besar dan tidak pernah berubah dari dulu hingga saat ini. 

Mempunyai tipe atau idaman bukan berarti tidak akan pernah bersama dengan orang diluar tipe juga kan? Karena ada kalanya kita sendiri yang menjadi tipe bagi orang lain. 


Aku sangat menyukai orang yang cara berpikirnya kurang lebih sama atau sejalan juga open-minded/ terbuka dan tidak terpatok pada satu gagasan atau keadaan pada umumnya, loyal, dapat dipercaya, senang mengobrol dan bercerita juga membahas apapun (mungkin yang mempunyai wawasan yang luas), mempunyai otak yang cerdas bukan dalam artian harus mempunyai nilai akademis tinggi atau selalu juara, tapi kalau ada masalah entah itu kecil atau besar dia selalu menemukan banyak solusi, sederhana dalam berpenampilan, dan yang paling penting dia bukan gemini karena aku sendiri seorang gemini (ini tentang karakter). 

Selebihnya aku tidak peduli entah itu harta dan segala hal yang dia miliki. 

Aku juga menyukai orang yang selalu mempunyai waktu untukku. Meskipun sesaat, tapi setidaknya dia memberikan waktunya untukku. 

Karena tidak ada seorang pun yang sibuk dengan segala urusannya entah apapun itu, sesibuk apapun seseorang, pasti ada saat dimana dia mempunyai beberapa detik untuk memberi kabar ataupun sekedar menelfon dan bertanya tentang kabarku. 



Memangnya aku bagaimana? 


Tidak lebih dan tidak kurang bahwa aku adalah orang yang seperti itu juga. 

Jadi aku mempunyai tipe itu karena aku pun sudah memiliki sebagian besar sifat-sifat yang aku sebutkan tadi. 


Apakah dia termasuk tipeku? 

Sejujurnya hanya kesederhanaannya saja yang aku suka darinya hingga saat ini dan itu semua sudah lebih dari cukup. 

Aku menjadi banyak belajar darinya, bahkan banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari kehidupannya. 

Poin penting dari kesederhanaan itu yang mengubah cara pandangku sejauh ini. Salah satu contohnya adalah tentang materi yang tidak harus selalu dikejar apalagi sampai susah payah untuk dicari. Karena pada dasarnya ini hanya dunia. Dengan kesederhanaan saja kita masih akan tetap hidup. Tidak perlu bersusah payah mengejar banyak hal untuk alasan apapun, karena pada akhirnya semua itu akan ditinggalkan atau hilang bahkan tidak berguna. 


2018 kami pindah ke Bandung.

2019 kami masih tetap di Bandung.

2020 kami juga tetap tinggal di Bandung.

2021 kami pun masih tetap di kota Bandung.


Hubungan kami cukup baik-baik saja. 

Aku tidak pernah berselingkuh ataupun melakukan hal-hal yang menodai hubungan kami. Begitupun dia. 

Kami selalu saling percaya dan tidak pernah menemukan cara agar kita berpindah apalagi berpisah.



2021.


Saat itu bulan Juli aku menghadiri acara pernikahan saudaraku, Neng Nia di daerah Cidaun, Cianjur Selatan sana. Tidak begitu jauh dari rumahku. Hanya saja saat itu kami berangkat dari Bandung. 


Ketika sampai di acara itu aku bertemu dengan banyak orang, ada kakak sepupuku juga dan anggota keluarga lainnya. Selain keluarga inti, aku juga bertemu dengan salah satu teman/ saudaraku yang tinggal di Banjaran yang rumahnya tidak begitu jauh kakak sepupuku. Kami juga sempat berfoto-foto sebagaimana kebanyakan orang ketika bertemu disebuah acara.


Selain acaranya yang menurutku cukup meriah, selebihnya tidak ada yang berkesan lagi. 


Kami pun kembali pulang ke Bandung.


Beberapa hari kemudian aku membuka akun facebook yang sebenarnya sangat jarang sekali aku buka. 

Biasanya aku hanya membuka facebook untuk membeli barang elektronik yang tidak penting saja.

Aku juga mengecek beberapa permintaan pertemanan yang berderet. Tiba-tiba aku tertuju pada satu akun dengan nama Hd. Aku cek seperti biasa tapi tidak kenal. Tapi teman bersamanya adalah orang-orang yang aku kenal semua, termasuk kakak sepupuku dan teman waktu sekolahku. 


Pada saat itu aku tidak banyak berpikir untuk langsung menerima permintaan pertemanan darinya.

Sempat aku bertanya kepadanya, "siapa ya?". 

Dia pun membalasnya, "aku Hd. Adiknya Teh Ra. Kemarin acara jalan-jalannya seru ya". 

Aku tidak kenal. Percakapan kami berakhir sampai disana.


Pada bulan Agustus kami memutuskan untuk pindah ke Jakarta. 

Banyak alasan mengapa kami ingin pindah. Selain memang sudah jenuh karena terlalu lama tinggal di Bandung, kami juga beralasan ingin merasakan bagaimana hidup di kota Jakarta yang menurut pandangan dia akan menjadi pengalaman yang baru. Kalau bagiku itu sudah bukan menjadi hal yang aneh, bahkan 2 bulan sebelumnya aku sempat bekerja di Kabupaten Penajam, Kalimantan Timur bersama temanku si Putra.


2022.


Pada saat itu aku yang mulai merasa jenuh dengan kehidupan dan rutinitas di Jakarta. Meskipun aku menyukai daerah panas, tapi aku sudah hidup di kota Jakarta dari mulai mengerti apa itu kehidupan.

Ada perasaan ingin memulai usaha sendiri. 

Kebetulan juga pada saat itu sudah mengobrol dengan suami dari kakak keduaku yang di Banjaran. 

Kami ingin membuka usaha pencucian motor. 

Bagiku itu adalah sebuah terobosan untuk keluar dari zona nyaman yang selama itu sudah terlalu panjang aku jalani.

Tapi yang menjadi kendala adalah tentang kekurangan modal untuk memulai usaha kami. 

Aku berpenghasilan, tapi kalau untuk biaya membuka usaha pencucian motor tidak memungkinkan. 


Pada saat itu kebetulan momen Idul Fitri. 

Aku pulang ke rumah. 

Pada satu kesempatan aku meminta bantuan dana dari ayahku. Tentu saja dengan segala rincian yang sudah aku hitung bersama dengan suami dari kakak keduaku. 

Tapi responnya ternyata tidak sesuai dengan harapanku. 


Patah hati terbesar sepanjang hidupku ternyata  bukanlah oleh gebetan ataupun pacar apalagi oleh hal-hal yang bersifat percintaan, melainkan oleh ayahku sendiri.

Disaat aku sebagai anak yang mempunyai mimpi dan rencana untuk kehidupanku yang lebih baik, tapi dia malah mematahkan dan menghancurkan semuanya.

Selain tidak mendukungku, dia juga dengan terang-terangan menyatakan untuk tidak akan pernah lagi setuju dengan impian-impinku hanya karena dia terlalu kuat dengan perhitungan dan pendiriannya tanpa pernah bertanya bagaimana perasaanku. 

Mungkin dia selalu yakin dan benar dengan logika-logikanya, aku akui itu. Tapi dia lupa dan tidak sadar akan perasaannya yang menurutku sudah terhapus dari dirinya, bahkan dari hidupnya. 


Sedih, kecewa, marah, sakit hati dan segala rasa lainnya menyatu menjadi sebuah badai penghancur untuk mentalku. 

Padahal selama aku hidup tidak pernah meminta apapun kepadanya. 


Pada saat itu aku benar-benar merasa terasingkan. Tidak ada seorang pun yang bisa mengerti keadaanku, termasuk pasanganku. 

Padahal selama kita bersama aku tidak pernah menuntut apapun darinya. 

Dan pada saat aku membutuhkan seseorang yang bisa menenangkan atau sekedar mendengarkan isi hatiku saja dia tidak bisa. 


Sampai ada momen aku teringat pada seseorang yang bernama Hd. 

Setelah hampir satu tahun kita tidak bersapa lagi, mungkin karena pada saat itu aku sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, aku kembali meneruskan percakapan yang sempat tertunda. 


-------


To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁