Part 4
Kami bertiga keluar dari hotel itu.
Aku sengaja memakai topi dan kacamata yang diberikan oleh Ron
sewaktu keluar tadi.
Tidak lama kemudian, ada seseorang memberikan sebuah amplop
berwarna coklat pada ku. Kemudian Ron menyuruhku untuk berangkat ke bandara dengan menggunakan taxi. Nanti bertemu
disana, katanya. Tidak tau juga disana dimana. Aku langsung memasuki taxi dan
segera menuju bandara.
Sekitar 1 jam, aku baru masuk ke area bandara. Karena lalu
lintas di Ibu Kota sore itu lumayan padat. Supir taxinya bertanya, mau ke terminal berapa. Aku hanya terdiam dan
tetap masih berpikir. Terdengar 3 kali bertanya supir taxi itu. Tiba-tiba
telfon ku bergetar. Nomer baru. Dengan kode daerah, oh bukan daerah, tapi ini
kode telfon untuk luar negeri. Di ujung telfon sana ada seorang perempuan yang
berbicara, katanya aku harus menuju terminal 1. Aku langsung bilang ke supir
taxi kalau aku akan ke terminal 1 saja.
Kenapa dia tau nomer ku ? Apalagi nomer aku yang ini aku
gunakan khusus untuk internet saja. Karena nomer telfon yang biasa aku gunakan
untuk telfon dan sms sudah aku buang sewaktu masih di hotel tadi. Mungkin ini
kerjaan Ron atau Martin.
Aku langsung turun dan menuju loby. Kemudian ada sms masuk
lagi dari nomer yang sama. Aku harus cek in (menukarkan kode booking), dan
membuka isi amplop yang tadi diberikan orang sebelum menuju ke bandara. Dan
ternyata itu adalah sebuah pasport. Dengan foto yang sama persis saat tadi aku
difoto oleh Ron sewaktu di hotel, tapi dengan profil yang berbeda. Nama ku
berubah menjadi Jason Ariandry. Tempat dan tanggal lahir ku juga berbeda. Hanya
tahun nya saja yang sama.
Disaat aku cek in, ada beberapa orang yang melihat ke arah ku.
Aku semakin tidak karuan saja. Jangan-jangan mereka tau kalau aku yang merampok
tempat penukaran uang tadi siang. Tanpa kembali menoleh ke arah mereka, aku
langsung menuju loket cek in. Ternyata aku akan terbang menuju Negara Patung
Singa. Ya Tuhan. Kenapa jauh sekali. Aku belum pernah bepergian sejauh itu.
Meskipun pernah beberapa kali naik pesawat, tapi hanya ke kota-kota kecil dan
masih daerah Indonesia saja. Itu pun bersama teman-teman ku dulu saat ada reuni
sekolah.
*
Di bandara, aku sengaja mampir ke sebuah kedai makanan. Karena
aku baru makan tadi pagi. Sebelum menuju money changer. Santai. Meski pun
jantung ku masih tetap saja berdebar tidak karuan. Karena jadual yang tertera
di tiket itu masih sekitar 1 jam lebih, aku pun menyempatkan membuka telfon ku.
Aku me-reset semuanya. Aku coba hidupkan lagi. Aku pun membuang kartu yang
biasa aku pakai untuk internet. Kebetulan disana ada wifi. Aku coba membuka
facebook ku. Ternyata banyak sekali pesan yang masuk. Semuanya dari orang-orang
yang aku kenal. Aku pilih salah satunya. Putri. Adik ku. Karena terlalu banyak
yang dia tanyakan, salah satunya, kenapa kakak melakukan itu ? aku membalasnya,
tapi tidak menjawab satu pun dari pertanyaannya. Aku hanya menulis, aku
baik-baik saja. Ini bukan pekerjaan ku, bukan niat ku. Karena aku tidak pernah
melakukan hal sebodoh ini. Aku juga tau mana yang baik dan mana yang buruk.
Karena ini susah untuk dijelaskan. Tidak akan ada yang percaya. Yang jelas aku
baik-baik saja. Salam untuk Ibu dan ayah. Wassalam..
Tanpa terasa aku meneteskan air mata. Bagaimana tidak sedih.
Aku harus menjauh dari orang-orang yang aku sayangi. Demi menghindari suatu
kesalahan yang tidak pernah aku lakukan.
Kemudian aku membuka pesan dari Dinda. Teman akrab ku.
Aku sangat kaget dan sangat amat menyesal kenapa tadi sewaktu
di tempat makan dekat money changer tidak bertanya kenapa dan ada apa. Aku membaca
pesan yang masuk darinya. Pertama dia meminta maaf. Kemudian dia menceritakan
apa yang sebenarnya dia ketahui. Ternyata dia yang membantu mereka (Ron dan
Martin) dalam melakukan ini semua. Dia juga tau kalau Andri memang ikut
merencanakan preampokan itu. Dengan sengaja juga kalau dia yang sudah mengatur
agar aku yang menghantarkan tamu ketika di hotel itu. Pantas saja waktu itu
tidak ada yang mau, kecuali aku. Dia juga yang memberikan segala informasi
kepada mereka. Dan yang terakhir tempat yang akan aku kunjungi, yaitu money
changer.
Dia memberi alasan, karena dia membutuhkan banyak uang.
Apalagi keluarganya di kampung banyak sekali. Ada 3 adiknya yang masih sekolah
dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Aku tidak mau tau alasan dia, aku hanya kembali membalas
pesannya, kenapa harus aku ?
Aku hanya terdiam dan melamun.
Tidak lama kemudian ada pesan
masuk, dari Dinda. Dia hanya membalas, nanti aku akan tau semua. Kenapa yang
dipilih adalah aku. Aku cukup harus bersabar dan mengikuti apa yang harus aku
lakukan.
*
Bingung.
Kemudian terdengar suara
panggilan bahwa pesawat yang akan aku tumpangi sudah tersedia dan segera
dipersilahkan menuju pesawat.
Kemudian aku berjalan lunglai,
tanpa tenaga. Pikiran ku sangat kacau. Sangat kacau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁