Part 5
Aku berjalan menuju pesawat. Dengan langkah yang begitu pelan.
Aku tidak tau apa yang akan terjadi lagi disaat aku sudah sampai di tempat
terakhir pesawat berhenti nanti. Pikiran ku sangat kacau sekali. Aku pun tidak
tersadar kalau aku berjalan sangat pelan sekali, sehingga membuat antrian panjang
menuju pintu masuk pesawat itu, malah terdengar ada beberapa orang yang
menggerutu, tepatnya di belakang ku.
Begitu masuk, aku langsung mencari tempat duduk sesuai yang
tertera di tiket. Kebetulan saat itu pesawat tidak terlalu penuh. Ada seorang
perempuan yang langsung menghampiri ku. Ternyata aku menempati tempat duduknya,
tepat di sisi jendela, dengan view keluar yang sangat gelap waktu itu, hanya
lampu-lampu di sekitar lapangan pacu pesawat saja yang terlihat.
Jam 11 malam tepat, saat aku melihat jam di tangan ku.
Aku ingat, ini adalah jam tangan pemberian dari Anisa, hadiah
ulang tahun ku yang ke 18, satu tahun yang lalu. Anisa adalah mantan pacar ku.
Dulu kami satu sekolah. Dan semenjak lulus sekolah, tidak ada kabar lagi dari
dia. Aku hanya mendengar dari teman ku, bahwa dia pergi jadi TKW mengikuti jejak
ibunya.
Setelah beberapa menit menunggu, pesawat pun langsung take
off. Dan aku hampir lupa kalau di sebelah ku ada seorang perempuan berambut
panjang. Dengan penampilan yang begitu fashionable. Cantuk.
Tidak seperti saat aku sedang dalam masalah seperti ini,
biasanya kalau ada perempuan langsung kenalan dan sok akrab saja. Sekarang ?
Sepertinya naluri ini hilang seketika. Yang ada dalam kepala ku hanya ketakutan
saja. Bagaimana nasib ku nanti. Nanti aku tinggal dimana. Apalagi ini pertama
kalinya aku keluar negeri. Sudah pasti kehidupannya jauh berbeda dengan kampung
halaman ku. Tidak ada yang kenal pula. Ron dan Martin pun aku tidak tau lagi
dimana mereka, meskipun sebenarnya aku juga tidak berniat mencari tau, tapi
merekalah yang membawa ku sampai seperti ini, sampai aku harus pergi
meninggalkan semuanya. Ya, semua. Keluarga, teman dan juga pekerjaan ku. Dan
yang menambah kalut pikiran ku, aku meninggalkan semuanya dengan kesan yang
sangat tidak terpuji, meskipun pada kenyataannya aku tidak pernah berniat
melakukan itu semua.
*
Tiba-tiba saja ada tangan yang menyentuh ku, tepat di bahu ku.
Kaget. Ternyata dia adalah seorang perempuan yang duduk di sebelah
ku. Dia menawarkan beberapa makanan dan minuman yang sudah ia pesan. Tapi aku
menolaknya.
Tapi usahanya tidak sampai disitu, dia memperkenalkan diri.
Namanya Marisa. Asli dari Indonesia, dan sedang menempuh pendidikan sekaligus
bekerja part time di Negara berlambang Singa itu, tuturnya. Usianya sekitar 25.
Aku pun tidak diam saja. Aku menyebutkan nama ku sesuai yang ada di pasport ku,
Jason. Dan aku sedang ingin berlibur.
Dan semenjak kami berkenalan, kami berbicara banyak hal.
Diantaranya adalah tentang pekerjaan kami. Kalau aku bilang bekerja di hotel,
tapi saat ini sedang dalam masa cuti. Kalau dia sedang kuliah dan bekerja di
suatu perusahaan property.
Dan dia pun bertanya dimana aku akan tinggal selama berlibur
disana, karena tadi aku bercerita bahwa aku akan berlibur disana dengan waktu
yang cukup lama.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, dia langsung menawarkan
sebuah apartemen. Tidak jauh dari pusat kota dengan harganya yang sangat terjangkau,
terutama oleh turis seperti ku. Karena seumur hidup, aku hanya tinggal di rumah
dan belakangan di kost saja, belum pernah tinggal di apartemen. Tapi aku pikir
tidak akan jauh berbeda dengan hotel.
Aku belum menyetujuinya. Tapi dia langsung memberikan kartu
namanya. Mungkin dia tau, kalau aku sedang dalam keadaan bingung saat ini.
Beberapa menit kemudian terdengar suara dari ujung sepiker,
pesawat tujuan Negara berlambang Singa akan segera mendarat/ landing. Dari atas
saja sudah terlihat betapa megahnya bandara itu. Pantas saja masuk dalam
bandara termegah di dunia.
Marisa langsung mengucapkan “sampai jumpa” dan berlalu
diantara orang-orang yang berdesakan ingin segera keluar dari pesawat.
Aku tidak tau berapa lama aku tadi tertidur. Tas ku ? Ada.
Karena yang aku bawa hanya 1 tas. Apalagi isinya adalah uang semua dan pasport
palsu ku.
*
Setelah keluar pesawat, aku dihadapkan dengan pemeriksaan
imigrasi. Aku ditanya tujuan ku ke Negara Singa ini untuk apa. Aku jawab saja
untuk berlibur. Dan tinggal di sebuah apartemen teman ku. Sambil menunjukkan kartu
nama yang diberika oleh Marisa sewaktu di pesawat.
Setelah selesai pemeriksaan, aku belum tau akan menuju kemana.
Apalagi malam sudah semakin larut. Tidak tau bagaimana keadaan
kota disini. Amankah atau bagaimana ?
Aku menyalakan telfon ku. Dan baru juga dinyalakan langsung
kembali mati. Habis batre.
Bagaimana aku bisa tau tujuan ku. Yang sudah biasa aku jadikan
tempat mencari info pun malah mati. Aku hanya duduk di kursi tepat di
tengah-tengah loby kedatangan. Memang banyak orang berlalu lalang, tapi aku
merasa sangat kesepian, tanpa teman juga tanpa tujuan.
Harus kemanakah aku sekarang ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁