Part 3
Aku menyetujui negosiasinya. Ikatan di tangan dan kaki ku
sudah terlepas.
Telfon di saku ku terus bergetar. Aku hanya bisa melihat
dengan view locked phone saja. Ada panggilan masuk sekitar 100, 100 lebih pesan
dan banyak sekali BBM juga whatsapp. Aku tidak berani membuka semuanya.
Kemudian aku membuka batre dan mematahkan kartunya. Dan menyimpan kembali
telfon ku.
Terdengar dari ruangan yang dekat dengan kamar tidur ada
percakapan yang sedikit samar. Aku pun diajak bergabung dengan mereka. Yang
membuat aku gaket, ternyata diantara kami ada Andri, atasan kerja ku. Dia
bagian marketing di hotel tempat ku bekerja. Dia mengucapkan selamat datang.
Dan Martin begitu juga Ron. Kami berempat langsung menghitung uang yang
menumpuk diatas meja. Ada pecahan rupiah, dolar, euro dan masih banyak lagi.
Aku juga masih tetap berpikir, bagaimana aku bisa masuk ke kamar hotel ini,
juga mereka dengan uang sebanyak ini. Apalagi ini hotel berbintang. Karena
terlihat dari ukuran kamar dan furniture yang ada di sekitar ruangan. Entahlah.
Aku tidak mau tau juga. Percuma juga untuk aku ketahui.
Setelah hampir 1 jam, semua uang selesai dihitung. Dan wow.
Banyak sekali. Aku belum pernah melihat uang sebanyak ini.
Aku tidak menyangka sama sekali terhadap Andri. Ternyata dia menjadi
perampok. Padahal dengan gaji yang dia dapat setiap bulan pasti akan mencukupi
kehidupannya. Apalagi dia hanya hidup menyendiri. Tanpa ada tanggungan. Tapi
ini bukan tentang siapa dia atau siapa orang lain, tapi siapa diri kita
sendiri. Aku ? Beruntung masih hidup juga.
Uangnya terpisah. Kata Martin ini untuk biaya operasi, ada
juga untuk membayar orang-orang yang sudah membantu mereka juga. Mereka ?
Entahlah siapa. Dan saat itu juga ada yang mengetuk pintu. Dan Ron langsung
mengambil 2 gepok uang. Diberikannya uang itu pada orang yang diluar sana.
Ternyata ada 2 orang. Jelas terlihat juga kalau mereka seperti seragam hotel.
Oh iya, mereka adalah orang yang membantu kami agar bisa masuk ke kamar hotel
ini.
Aku juga mendapatkan bagianku. 4 gepok uang dollar, dan 6
gepok lainnya ada rupiah. Aku hanya mendapat paling sedikit diantara kami
berempat. Wajar saja. Aku masih pemula dan hanya mencarikan tumpangan untuk mereka
kabur saja. Tapi tetap saja aku masih mandapatkan yang lumayan banyak. Karena
kalau waktu tadi aku tidak membantu mereka mendapatkan taxi, pasti mereka sulit
untuk melarikan diri. Terlihat juga Andri dengan banyak uang yang dia masukan
ke tas punggungnya. Banyak sekali. Saat itu Andri hanya tersenyum dengan bangga
ke arah ku sambil bergegas meninggalkan kamar hotel.
Terdengar yang tidak jelas percakapan antara Roy dan Martin.
Mungkin membicarakan ku. Tidak penting untuk tau.
Kemudian kami bertiga duduk di sopa sambil melihat TV. Hampir
di setiap berita yang ada di siaran TV itu membahas tentang kejadian perampokan
itu. Dengan jelas pula ada nama dan wajah ku, dan beberapa kali ditayangkan
video yang terlihat seperti dari CCTV luar gedung, apalagi profil lengkap ku
juga tertulis di headline berita itu. Aku hanya bisa terdiam. Bingung mau bagaimana
lagi. Tidak tau mau pergi kemana. Dan tidak pernah terpikir harus menghubungi
siapa. Karena tidak ada yang percaya lagi. Roy dan Martin hanya tertawa saja.
*
Mereka mengambil gambar ku. Seperti saat aku di foto untuk KTP
di Kelurahan.
Kemudian mereka menelfon seseorang dan hanya kata “deal” yang
diucapkan diakhir percakapannya.
Aku diberi secarik kertas. Seperti sebuah kode. Ya, itu adalah
kode booking pesawat. Disana juga terlulis tanggal dan waktu keberangkatannya.
*
Kenapa mereka harus memilih aku ? Kenapa tidak yang lain saja
? Aku mempunyai keluarga. Apa yang akan dikatakan orang nanti tentang keluarga
ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁