Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2025 by Personal Blog & Google

Minggu, 16 Februari 2025

Nugraha is My Name (Part 44)





PERINGATAN!

Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 

 

-------


Aku tidak meluapkan marahku dengan cara yang biasa, aku hanya menggunting KTP, SIM, akta kelahiran, sisa uang cash yang tersisa dan beberapa surat penting milik dia saja. Aku menyisakan ijazah yang aku pikir akan sedikit rumit untuk mengurusnya lagi dibandingkan yang lainnya. Aku juga hanya membuang stok obatnya selama sebulan ke depan ke dalam sebuah wadah berisi air dan mengaduknya hingga benar-benar larut. Aku mengambil beberapa barang yang memang seharusnya sudah menjadi milikku sejak dulu. Bahkan ada beberapa barang yang memang sudah aku belikan sejak lama. Aku pikir dengan seperti itu akan sedikit membuat dia tahu kalau aku meluapkan rasa marahku tidak dengan cara yang gaduh apalagi sampai menyakiti fisiknya.

Aku tidak mengirim pesan atau beberapa bukti ke banyak grup chat tempatnya bekerja atau bahkan meng-upload-nya ke sosial media miliknya yang bahkan sangat mudah untuk aku ambil alih. Aku hanya mengirim beberapa capture bukti chat ke Ibu dan saudarinya agar mereka tahu bagaimana kelakuan dia yang memang sebenarnya aku juga baru mengetahuinya. 

Aku memilih untuk tidak meluapkan emosi secara langsung kepadanya. Yang penting dia paham bahwa kecewaku cukup dengan melakukan hal-hal seperti itu saja kepadanya. 


Dia adalah orang yang bersamaku sejak tahun 2017.

Bahkan aku sudah pernah membuat postingan tentangnya di "ANULIR PART 4" tapi postingan itu baru saja aku anulir karena ternyata dia memang pantas untuk diperlakukan seperti itu atas smuanya. 

Jujur saja, dia adalah orang yang pernah ingin aku ajak untuk bersama selamanya. Karena aku merasa bahwa mungkin aku terlihat menyendiri dan ke mana-mana juga pergi sendiri. Tapi pada kenyataannya aku memang tidak pernah sendiri. Hanya saja aku memiliki kemampuan untuk mengendalikan sosial mediaku dan memilih bagian hidupku yang mana yang ingin aku share dan bagian mana yang ingin aku simpan secara privat. 

Tentu saja semua orang memiliki sisi yang tidak ingin banyak orang tahu dan mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang memang layak tahu. Karena pada kenyataannya dunia ini tidak akan selalu berpihak kepada kita sekalipun selalu berjalan di atas cerita yang paling menyedihkan bahkan menghawatirkan juga benar-benar terpuruk. Dunia ini terlalu tidak bisa diandalkan untuk hal-hal yang sedikit sensitif jika kita bagikan semua kenyataan kepada khalayak umum dengan banyaknya pemikiran dan perasaan hingga akan menghadirkan berbagai dilema dan pendapat bahkan menjadi hakim atas apa yang mereka lihat dan mereka dengar bukan yang mereka alami atau pernah mereka rasakan. Makanya aku lebih memilih untuk mencurangi kenyataan dunia hanya agar aku bisa berjalan berdampingan dengan orang-orang yang hidupnya terlihat baik-baik saja secara cerita dan fakta. Memang, tidak semua orang memiliki hidup yang baik-baik saja. Tapi tidak dipungkiri bahwa selalu ada saja manusia yang keadaan hidupnya memang baik-baik saja tanpa perlu banyak berkorban dan berkilah untuk menjalani kehidupannya. 


Dia. 

Dia adalah orang yang sudah mengetahui dan mampu menerimaku apa adanya. Dari setiap bagian terpenting bahkan hal-hal yang tidak penting dalam hidupku sejak tahun 2017 itu pun dia selalu ada dalam cerita dan keadaan hidupku.

Dia memberiku kepercayaan yang lebih bahkan membebaskan diriku untuk menjadi apa dan seperti apa pun yang aku mau. Semua akses untuk banyak kesempatan yang ingin aku lakukan selalu aku dapatkan darinya. Tapi aku tidak pernah menggunakan banyak kesempatan dan menyalahgunakan kepercayaannya untuk keegoisanku sejauh ini, sejauh hubunganku dengannya yang hampir genap 8 tahun. 

Tapi memang ada saat di mana dia mulai merasa tidak percaya diri sejak kejadian 2022 yang mengubah caraku berpikir bahwa ternyata dia juga tidak bisa diandalkan untuk hal-hal yang sebenarnya hanya dengan caraku saja semua masalah hanya akan selesai. Karena pada saat itu dia terkalahkan oleh orang baru yang aku kenal. Tapi pada akhirnya aku tetap memilih untuk kembali padanya dan menganggap bahwa orang baru itu hanya mengisi waktu dan tidak sekadar menjadi teman terdekatku di kala aku sedang melewati fase terburuk pada tahun itu. 


Tapi pikiran buruknya yang ditujukan kepadaku sejak saat itu tidak mampu lagi untuk dia kendalikan. 

Hampir setiap ada kesempatan dan obrolan pasti dia menanyakan hal itu lagi berulang kali untuk memastikan bahwa aku sudah tidak ada apa-apa lagi dengan orang yang pernah hadir di tahun 2022 itu. 

Bahkan dalam keadaanku yang tidak sadar karena efek obat yang baru aku konsumsi dari Psikiater pun yang dia tanyakan adalah masih hal yang sama. Itu kata dia sendiri yang mengatakannya kepadaku karena aku benar-benar tidak pernah ingat semua kejadian itu. 

Jawabanku? 

Tentu saja aku menjawab dengan segala rasa yang aku punya dan pemikiran yang rasakan bahwa hanya dia satu-satunya orang yang ada dalam hubunganku bersamanya. 

Aku benar-benar bersih dalam hubungan yang sudah terjalin sejauh ini. Bersih bukan berarti tidak pernah kotor. Hanya saja aku memang benar-benar tidak pernah terbukti atas apa yang dia tuduhkan dan dia sangkakan selama ini. 

Aku selalu berusaha untuk menjaga hubunganku bersamanya dengan sangat baik. Apalagi aku selalu menomor satukan komunikasi. Rasanya dia tidak beruntung jika memiliki pasangan yang apa-apa tidak dikomunikasikan sekecil apa pun permasalahan itu. Karena bagiku sebuah komunikasi itu sangatlah penting. 

Tentu saja aku terlalu pintar dalam berkilah dan berkata juga bersikap. Itu kata dia pribadi. 


Aku yang memahaminya atas banyaknya keadaan, aku yang selalu memakluminya untuk banyak hal, aku juga menerima semua kekurangan yang sebenarnya jika dipermasalahkan semuanya akan menjadi bagian yang mengganggu sebuah hubungan. Di mana aku yang sangat menyukai argumen dan terbuka akan banyak pendapat juga tertarik dengan hal-hal yang baru, sedangkan dia yang malah sebaliknya. Aku menerima dia yang cara berpikirnya lambat, apa-apa terlalu kaku, menyimpulkan hasil yang ada dengan cepat dan apa adanya. Berbanding terbalik dengan diriku yang pada kenyataannya 360 derajat kebalikannya dengan dia. Dan aku terima. Aku sempat lelah karena cara berpikir dia yang begitu-begitu saja. Tapi aku memaklumi dan memahami dia dengan maksimal. Bahkan aku juga menerima atas segala tuduhan dan perkiraan dia yang buruk terhadapku selama ini. 

Aku selalu mengakhirinya dengan kalimat "ya sudah". 

Hingga akhirnya.


Hingga akhirnya aku menemukan kenyataan bahwa yang dia tuduhkan dan dia sangkakan juga perkirakan kepadaku selama ini ternyata malah dia yang melakukannya sendiri. 

Pada awalnya aku sempat tidak percaya dan bahkan sampai tulisan ini diposting pun aku masih merasa bingung. Kenapa yang dia takutkan untuk aku lakukan malah dia wujudkan secara nyata secara sadar. 

Kenapa? 


Aku menerima banyak kekurangan, aku juga memaafkan banyak kesalahan, tapi tidak dengan sebuah perselingkuhan. 

Ya, dia berselingkuh dariku. Bahkan itu bukan sekali dan bukan hanya dengan satu orang. Betul, dengan beberapa orang. Aku memiliki bukti yang kongkrit dan tidak ada alasan untuk mengelak lagi dari semuanya. 

Bahkan pada tengah malam masih ada pesan masuk dari nomor baru yang menjelaskan setelah dikonfirmasi kepada orangnya bahwa itu terjadi belum lama ini. Dan dia benar-benar melakukannya. 


Kalau aku sedang dalam keadaan yang tidak sadar, mungkin aku tidak hanya akan melakukan hal-hal seperti yang ada di awal tulisan ini dibuat. Besar kemungkinannya 100 kali lipat akan lebih berat lagi dampak negatif dari apa yang sudah dia perbuat. 

Karena yang masih tidak habis pikir adalah, kenapa dia melakukan hal yang selama ini dia takutkan jika semua itu aku yang melakukan.


Tapi dari kejadian itu akan menjadi momen yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya, bahwa betapa buruk perilaku dirinyalah yang menjadi alasan kenapa hubungan ini berakhir. 


Aku? 


Aku akan mulai mewujudkan semua tuduhan dan pikiran-pikiran buruknya terhadapku selama ini. 

Aku akan mulai menciptakan banyak momen baru bersama orang yang sejauh ini dia takutkan dan tuduhkan. 

Jika nantinya terjadi, maka aku membantunya untuk tidak menyia-nyiakan rasa lelah karena berpikir dan rasa khawatir dia karena merasa bahwa aku melakukannya bersama seseorang yang sudah dia kira selama ini. 


Perjalananku bersama orang yang baru segera dimulai. 


Kamu? 


Kamu sudah tahu bagaimana dunia ini berjalan. Sejauh hidup denganku kamu juga sudah mengerti dan begitu paham bagaimana arah jalan kaki kamu melangkah dan cara berpikirmu saja yang bahkan kamu ambil dari diriku sejauh ini. 

Bagaimana aku berkata, bagaimana aku berucap, bagaimana aku menghadapi banyak masalah, bagaimana aku menyikapi banyak kenyataan hidup, dan banyak hal yang kamu tiru dariku selama ini yang akan kamu ingat selama hidupmu bahkan dengan orang-orang yang akan kamu temui. Jika kamu bertemu dengan kesulitan hidup karena sebuah hubungan, pasti kamu akan mengingat atas perlakuan burukmu kepadaku.

Apakah aku sudah memaafkanmu? Tentu saja. Bahkan aku juga masih akan tetap memaklumimu. Tanang saja. 

Bahkan aku akan mendoakanmu:


Semoga hidup kamu dan keluargamu setelahku tidak terlalu tidak baik-baik saja ya.


Doaku saja masih baik untukmu 'kan? 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁