Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2025 by Personal Blog & Google

Selasa, 11 Februari 2025

Jatuh Hati (Fase 4)



Flashback ke tahun 2012 di mana aku masih berusia 20 tahun dan sedang mencari kebahagiaan dengan caraku sendiri sambil berusaha untuk menemukan jati diriku yang sebenarnya. 

Antara sedang berusaha untuk membuktikan bahwa diriku bisa hidup sendiri dan menerima kenyataan bahwa hidupku sedang tidak selalu baik-baik saja pada saat itu. Di usia yang mungkin bisa dibilang sangat muda, 20 tahun bagiku adalah perjalanan yang menjadikan diriku seperti saat ini. Tentang bagaimana memperlakukan orang lain, bagaimana bisa memperlakukan diri sendiri dengan lebih baik, tentang bagaimana berpikir dan bertindak juga bagaimana caranya bisa bertahan hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dan faktanya memang aku bisa hidup dan bertahan sendirian. Tapi di tengah banyak persimpangan jalan itu, aku masih bertemu dengan banyak orang hingga tidak pernah peduli lagi dengan yang namanya apa itu cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Selain sedang berusaha tetap move-on dari kejadian yang pernah menghancurkan sebagian dari diriku, aku sedang benar-benar fokus untuk kebahagiaan diriku saja. Jangankan bertanya tentang kabar orang lain, keadaan diriku yang berjalan baik-baik saja hampir setengah mati aku usahakan setiap harinya. 

Sedangkan kamu?


Sedangkan kamu yang seumur dengan diriku 13 tahun lalu itu sudah bisa mengerti apa itu kehidupan yang sebenarnya. 

Percakapan yang selalu terhenti dengan kelu seolah semuanya terhenti karena pertanyaanku yang selalu menyinggung tentang bagaimana keadaan dirimu saat ini. Memang, tanpa kamu memberitahu dunia pun semua orang sudah tahu bagaimana yang terjadi di dalam sana. Apa yang kamu rasakan dan bagaimana keadaan dirimu yang sebenarnya. Keadaan yang selalu tertutupi oleh canda tawa dan suara keras seolah semua baik-baik saja. 

Tapi seperti yang aku katakan, aku masih akan tetap duduk bersebelahan denganmu dalam keadaan apa pun kamu dan dalam keadaan apa pun aku. Aku memang tidak selalu berbagi keadaan buruk yang sedang aku alami, karena beban yang kamu tanggung seorang diri saja sudah begitu beratnya. Aku masih bisa menanggung dan menyelesaikan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Aku sudah terbiasa dan memang membiasakan diri seperti itu sejak lama. Perjalanan hidupku dipenuhi dengan pengalaman dan pembelajaran juga pengetahuan cara dan upaya untuk bisa bertahan hidup sendirian. Karena memang aku yang memilih untuk sendiri dan faktanya memang tidak ada satu orang pun yang bersedia melapangkan pundaknya untukku bersandar walaupun hanya sebatas melepas isakan. Sedangkan kamu yang masih bisa bersandar kepada orang yang bersedia mengosongkan semua masa lalu dan melenyapkan banyak kenangan buruk dalam hidupnya hanya agar kamu terbuka atau sekedar terduduk lesu dan mengakui bahwa tidak apa-apa kamu terlihat lemah dan tidak baik-baik saja di hadapanku. Kamu hanya manusia biasa bukan robot yang terus menerus bisa bekerja untuk memenuhi semuanya. Kamu bebas menjadi dirimu sendiri bersamaku, kamu tetap luar biasa di hadapanku ketika kamu menjawab bahwa semuanya memang tidak baik-baik saja. 


Kebiasaan kita yang selalu menghabiskan waktu bersama dengan sedikit hal yang membuat kesadaran kita sedikit keluar dari batas yang ada. Mungkin aku yang selalu bertanya dan mengungkapkan. Sedangkan kamu yang masih tertutup tentang semuanya bahkan yang aku dapat adalah sisi dirimu yang lain yang tidak akan pernah orang lain ketahui selain diriku. Aku tidak pernah merasa canggung saat itu terjadi. Tapi ketika kita dalam keadaan sadar, aku merasa ada hal lain yang hanya kita berdua yang bisa merasakan. 

Seperti percakapan terakhir kita. 

Saat aku bertanya bagaimana keadaanmu, apakah kamu lelah, apakah semuanya baik-baik saja. Dan di tengah kegelapan malam dengan sedikit penerangan kamu menjawab semua pertanyaanku dengan jujur dan benar-benar terbuka bahwa semuanya terasa melelahkan ketika harus bertanggung jawab atas hidup orang lain dan harus memastikan bahwa hidup mereka tetap baik-baik saja dalam keadaan dirimu yang tidak selalu baik-baik saja. 

Aku melihat wajah yang murung dan meringis menahan beban yang begitu berat. Aku yang mengatakan bahwa aku belum tentu siap dan mampu juga sekuat kamu ketika harus melakukan semua itu seorang diri. 

Mungkin jika semua itu terjadi dalam hidupku di usia kamu seperti sekarang, bukan hanya obat dan minuman yang aku teguk lagi, tapi akan sering kali terjadi ada tali di leherku atau mungkin dengan sengaja menabrakkan diri. Aku hanya bisa membayangkan beban yang kamu pikul seorang diri. Dan aku tahu itu tidaklah mudah. 


Ada sedikit perubahan dari dirimu sejauh ini. 

Kamu yang mulai terbuka kepadaku akan banyak hal yang tidak akan pernah bisa kamu buka kepada orang lain, kamu yang mulai berani menjawab semua pertanyaanku tanpa pernah takut untuk aku hakimi, kamu yang mulai bisa merawat dan memperlakukan dirimu sendiri sesederhana kamu mau memotong kuku dan membersihkan telingamu sendiri. 

Kamu juga yang mulai bisa mempercayaiku bahwa semuanya bukan tentang keegoisanku, tapi ini semua tentang bagaimana kita dipertemukan untuk saling menguatkan juga saling memahami bagaimana dunia ini berjalan. Meskipun sekedar duduk berdua dan saling menyapa juga bertanya hal-hal yang tidak penting. Karena tujuannya adalah saling berbagi keadaan dan perasaan tanpa dilandasi oleh egois apalagi hasrat. 

Aku juga mulai menyadari bahwa aku jatuh hati padamu bukan lagi tentang kenyamanan. Tapi aku jatuh hati padamu karena kamu adalah kamu yang tidak akan pernah bisa aku temukan di diri orang lain bahkan dalam diriku sendiri. 


Aku sempat ingin meninggalkanmu. 

Tapi selalu ada insiden yang terjadi sebelum semuanya aku katakan padamu. 

Berkali-kali aku memikirkan bagaimana cara untuk menjauhimu. Tapi entah kenapa sebelum semuanya terjadi bahkan baru sebatas tertulis dalam pikiranku saja selalu ada kejadian yang mencegah semuanya untuk aku lakukan dan aku sampaikan.


Aku sempat bertanya kepadamu, apakah kehadiranku selama ini mengganggumu, apakah perlakuanku sejauh ini membuatmu tidak nyaman. Aku yang meneruskan percakapan tanpa titik dan koma. Kalau kamu merasa terganggu dan membuatmu tidak nyaman, maka dengan terpaksa aku akan pergi dari kehidupanmu. Dan kamu hanya menjawab dengan singkat dan padat: "tidak". 

Seketika obrolan kita terhenti dan terdiam bahkan menjadi sunyi senyap tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kita berdua.


Hingga kita mengakhirinya dengan caraku berpamitan dan kamu menyuruhku untuk menghubungimu pada keesokan hari. 


Dalam hatiku bertanya dengan pasti, apa yang sebenarnya sudah terjadi sejauh ini? Apa yang sebenarnya terjadi hingga semua ini begitu mudah untuk kita lalui? Bahkan aku sampai berpikir dan bertanya, apa lagi yang akan terjadi? 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁