Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2025 by Personal Blog & Google

Senin, 03 Februari 2025

Jatuh Hati (Fase 1)




Dulu, pada awal tahun 2015, saat aku memutar lagu Raisa yang berjudul Jatuh Hati, aku hanya menyukai liriknya yang sebenarnya tidak pernah related dalam kehidupanku. Aku pernah beberapa kali mengirim pesan melalui Instagram kepada Raisa dan selalu dijawab. Aku juga pernah menyampaikan kepadanya bahwa hampir semua lagu-lagunya selalu related dengan kehidupanku, termasuk yang berjudul Jatuh Hati. Kalau penasaran isi chatnya bisa saya share. 


Pada tahun 2022, setelah setahun aku mengabaikan pesanmu, aku kembali teringat dirimu dan melanjutkan percakapan yang sempat tertunda itu. 

Aku tidak pernah mengenal dirimu sebelumnya. Meskipun berkali-kali kamu berkata bahwa kamu sudah mengetahuiku sebelumnya. Beberapa minggu yang lalu kamu membahas kapan itu terjadi. Dan aku masih benar-benar tidak pernah tahu kalau kamu selalu ada di antara orang-orang yang sudah biasa aku temui.


Aku memang tidak pernah mempunyai keinginan lebih kepadamu. Bahkan sejak aku ada sedikit konflik dengan orang terdekatku pun aku hanya bercerita tanpa pernah berharap kamu akan mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupku. Lagi pula kamu bukan orang terdekatku yang mempunyai kewajiban untuk membantuku melewati masa-masa tersulit dalam perjalanan hidupku kala itu.

Tapi pada kenyataannya secara tidak langsung kamu hadir di saat aku membutuhkan telinga untuk mendengar keluh kesah yang aku pendam selama itu.

Pada saat itu umurmu masih berada dalam keadaan yang belum stabil. Belum stabil untuk orang lain pada umumnya. Tapi kamu sudah bisa mencerna semua rasa yang aku keluhkan dan aku sampaikan secara mendalam dan benar-benar rinci. Memang, responmu kala itu tidak sebaik yang mungkin jika aku sampaikan kepada orang lain selain kamu, mereka akan lebih mudah untuk memberi respon dengan lebih baik darimu. Tapi pada saat itu aku memilihmu untuk menjadi orang yang aku percaya akan mengerti semua yang aku rasakan. 


Bulan Mei 2022.

Seiring berjalannya waktu, kamu sudah mengetahui siapa diriku dengan cukup jauh. Aku pun untuk pertama kalinya menemuimu orang yang sudah membantuku melewati salah satu masa terkelam dalam hidupku. 

Aku baru benar-benar melihat sosokmu secara langsung dengan jiwa yang aku pikir tidak baik-baik saja kala itu. Mendengar suaramu secara langsung yang terbata-bata seperti ada rasa canggung saat kamu mulai menyadari bahwa aku bisa mendengar dan memahami dengan caraku yang hanya menatap wajahmu dengan menyimpan beribu perasaan yang tidak pernah terungkapkan sebelumnya. Di balik wajah ceria itu aku melihat jiwa rapuh yang sangat mustahil bisa diungkap hanya dengan bertanya "apa kabar".

Kamu benar-benar bisa menyimpan luka itu dengan sangat rapi. 

Aku bukan ahli dalam bidang menebak. Tapi pengalamanku berkali-kali berada dalam situasi yang mungkin melebihi keadaan terburukmu, aku bisa mahir hanya dengan melihat matamu meskipun hanya sepintas. 

Tapi pada saat itu aku tidak pernah berani untuk mencoba bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Aku masih menyimpannya untuk menjadi pembahasan jika suatu saat kita dipertemukan dengan waktu yang bisa memberimu ruang untuk berbicara secara jujur dan benar-benar terbuka kepadaku. 


Setelah sekian lama kita berkenalan dengan cara yang tidak lazim, kita selalu dipertemukan dengan kebiasaan buruk tapi begitu menyenangkan kala itu bahkan sampai saat ini. Ada rasa yang membuatku nyaman ketika bersamamu, ada rasa yang hilang saat aku jauh darimu dan ada rasa yang tidak bisa aku kendalikan saat aku hanya memikirkannya tanpa pernah aku memberitahumu tentang apa yang sebenarnya aku rasakan. 

Tapi pada saat itu aku hanya mengungkapkan yang mungkin tidak terlalu mendalam. Karena pada dasarnya aku hanya jatuh hati kepadamu. Aku hanya ingin di dekatmu tanpa pernah ada rasa ingin memilikimu apalagi menjadi bagian dalam kehidupanmu. 

Aku benar-benar tidak pernah menunggu jawaban atas semua ungkapan yang pernah aku sampaikan. Pada saat itu yang ada dalam pikiranku hanyalah bisa dekat denganmu tanpa perlu ada balasan apa pun darimu. 


Aku bahagia. 

Tapi rasa bahagia itu tidak terlalu lama aku rasakan. 

Karena sebuah kebodohanku, aku harus rela menjauhimu hingga kita tidak pernah berkomunikasi lagi dalam waktu yang begitu lama. 

Aku yang memang dimilki oleh orang lain, sedangkan kamu yang mungkin masih berputar dalam pikiran dan kebingungan atas semua yang sudah terjadi.


Di tengah perasaan dan keadaan asing yang kita jalani, berkali-kali kita bertemu dengan cara yang tidak pernah kuduga. Waktu dan tempat yang selalu mempertemukan kita dengan cara yang tidak bercanda. Karena kita benar-benar merasa asing dan seperti orang yang tidak pernah saling mengenal bahkan seperti dua orang yang tidak pernah berkomunikasi dan menguatkan satu sama lain. Kita benar-benar menjadi asing dan semakin lama semakin jauh hingga aku mencoba untuk melupakanmu meskipun itu tidak pernah mudah untuk aku lakukan. Hari-hariku seperti kembali kosong dan hampa tanpa pernah berharap akan adanya hari esok dalam hidupku. Mungkin akan terdengar berlebihan atau terlalu mendramatisir. Tapi bisa dibayangkan betapa sulitnya aku mencoba kembali hidup sendiri tanpa adanya orang yang selalu ada dalam setiap kabar yang aku sampaikan. 


2 tahun pun berlalu. 

Selama itu pula aku kembali menjalani kehidupanku seperti biasanya. Aku bertemu dengan orang lain. Mencoba untuk mencari kebahagiaan dan menerima beberapa rasa sakit sendirian tanpa pernah lagi aku bisa membaginya dengan dirimu. 


Setelah sekian lama tidak bertemu, kita kembali dipertemukan oleh keadaan dan situasi yang selalu tidak pernah aku kira sebelumnya. Dan sejujurnya itu membuatku tidak pernah nyaman. Begitupun dirimu. Aku melihat wajah yang dengan sengaja berpaling dari tatapan yang seharusnya bisa kamu kendalikan. Tapi nyatanya kamu tidak bisa berbohong atas semua yang sudah terjadi. Sepintar apa pun kamu menyembunyikannya dengan berbagai cara, aku masih tetap bisa melihat bagaimana kamu menatap dengan wajah lugumu tapi dengan mata yang dalam dan penuh perasaan. 

Aku tidak sedang mengada-ada atau terlalu berlebihan menceritakan bagaimana keadaan kala itu, keadaan di mana kita terpaksa harus kembali berkomunikasi lagi tanpa pernah ingin terlihat ada yang tidak baik oleh orang lain di sekitar kita. Hingga pada akhirnya kita bisa kembali menjalani kebersamaan sampai tiba saatnya kita kembali terpisah karena kehidupanku bukan untuk bersamamu dan kehidupanmu yang tampak tetap terlihat baik-baik saja meskipun tanpa diriku. 


Aku mencoba untuk tidak pernah mencari tahu tentang dirimu sekalipun jarak kita tidak pernah jauh mulai saat itu. Aku menahan untuk tidak pernah menghubungimu sebesar apa pun keinginanku untuk menemuimu. 

Aku berusaha untuk mengalihkan perasaan yang masih tersimpan dalam dan terus mencoba untuk menghindari hampir setiap tempat dan kesempatan agar tidak pernah bertemu denganmu lagi. 

Tapi seberapa tebal dan tinggi tembok penghalang yang aku bangun, semudah itu pula runtuhnya pertahananku hanya dengan cara sederhana saat kamu mengajakku untuk bertemu. 


Sejak kita kembali bertemu dan berkali-kali menghabiskan waktu bersama, rasa ini semakin besar dan tidak bisa aku kendalikan lagi. 

Bagaimana mungkin rasa kagum akan dirimu yang aku simpan selama ini tidak pernah bisa aku hapus apalagi aku ubah menjadi rasa yang biasa. Karena aku jatuh hati padamu bukan karena parasmu, bukan karena hartamu, bukan pula karena perlakuanmu. Tapi ada alasan yang tidak pernah bisa aku deskripsikan secara lisan ataupun tulisan. Dan mungkin alasan yang tidak bisa aku pastikan adalah aku tetap memilihmu karena itu adalah kamu, sebagai diri kamu. 


Tapi, bagaimana bisa aku hanya kagum dan jatuh hati padamu selama itu? 

Ini bukan cinta 'kan? 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁