Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2025 by Personal Blog & Google

Senin, 24 Februari 2025

Jatuh Hati (Fase 5)



Ingatanku kembali ke tahun 2021 di saat kamu mulai menambahkan pertemanan di sosial media. 

Lalu kita kembali mengobrol dan saling mengenal lebih dekat lagi pada tahun 2022 di saat aku sedang sendiri dalam artian ketika aku sedang ada dalam fase terendah dan hampir semua orang tidak ada yang bisa menenangkanku bahkan pasanganku kala itu, sedangkan kamu mampu. 

Jujur saja, aku selalu mempunyai perasaan bahwa aku berhutang budi kepadamu. Karena dalam keadaan diriku yang sedang tidak baik-baik saja dan mengalami patah hati terberat dalam hidupku yaitu oleh Ayahku sendiri, kamu yang kala itu masih bisa dibilang sangat muda, tapi kamu mampu memahami keadaanku dan situasi juga kondisiku. 

Berlanjut aku sedikit mengenalmu secara sepintas. 

Alasan kenapa kamu bisa sedalam itu masuk dalam kehidupanku secara perasaan dan pikiran. Karena ternyata kamu sudah lebih dulu ada dalam ruang lingkup yang pada kenyataannya masalahku kala itu tidak ada apa-apanya dibandingkan perjalan hidupmu. Dan kamu mampu menjalani semuanya bahkan terlihat baik-baik saja di depan semua orang yang melihatmu termasuk aku. Ya, mulai saat itu hingga sekarang aku masih mengagumimu sedalam apa yang pernah aku ungkapkan kepadamu berkali-kali dalam keadaan sadar ataupun tidak seperti kebiasaan kita yang selalu menghabiskan waktu bersama dalam hal yang tidak semua orang mengetahui dan menyadarinya. 


Jatuh hati karena paras, materi, dan sejenisnya mungkin akan lebih mudah untuk meninggalkanmu. Karena hal-hal seperti itu akan mudah pula untuk ditemukan di diri orang lain. Tapi salahnya aku adalah selalu jatuh hati kepada orang karena kepribadiannya yang sudah pasti sangat sulit untuk aku temukan di diri orang lain selain dirimu. 

Ya, aku sudah ada di titik terlelah dari bagian yang tertinggi untuk mengagumi dan jatuh hati. Hingga aku pun benar-benar sudah tidak memiliki cara lagi untuk membuktikan dan mengekpresikan bahkan mengatakan atas apa yang aku rasakan. 

Sekalipun kamu pernah mengatakan bahwa mau denganku, tapi aku mau semua itu bukan hanya ucapan saja. Aku mau lebih seperti kebanyakan sifat manusia pada umumnya. Aku mau perlakuanmu juga sesuai dengan ucapanmu. 


Ketika aku hanya mampu memegang tanganmu saja dengan banyaknya perasaan yang tidak pernah bisa untuk aku ungkapkan lagi, kini aku menyadari bahwa kita memang harus menyudahi ini semua. 

Aku yang selalu ingin bertemu, ingin bersama, yang selalu ingin menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak pernah penting untuk kebanyakan orang pada umumnya, sedangkan kamu yang masih dengan alakadarnya. Perasaanku terlalu besar untukmu. Hingga akhirnya aku hanya bisa terdiam dan terpaku dengan semua perasaan yang masih tersimpan dalam keadaan terasa perih karena semuanya tidak pernah lagi bisa terungkap. Karena aku selalu bertanya, sampai kapan aku menunggu kamu untuk bisa mengerti dan memahami juga menerima diriku dengan cukup lapang dan membuatku lebih nyaman bukan sekadar bersalaman seperti dua orang yang mempunyai perjanjian tanpa kepastian. 


Dampak panjang dari apa yang aku rasakan adalah, aku tidak bisa mencari orang lain lagi, karena kamu sudah menjadi perbandingan dan standar untuk orang baru yang aku temui. Dan aku juga sudah memutuskan orang yang selama ini pernah berhubungan denganku selama ini.

Dan setelah semuanya berakhir, aku memang tidak bersedih apalagi sampai menitikkan air mata. Tapi aku masih menyimpan tanda tanya, kenapa dia sampai melakukan hal yang sedari awal selalu dia tuduhkan kepadaku? 

Mungkin banyak memori dan kenangan yang pernah kita lalui bersama selama hampir 8 tahun. Tapi aku benar-benar tidak lagi peduli akan semua itu. Karena dengan cara dia melakukan hal buruk bahkan benar-benar buruk, semuanya terhapus bahkan hilang dengan sendirinya bahwa kita pernah melakukan hal-hal yang membahagiakan dan menyenangkan ketika bersama. Melewati banyak fase kehidupan berdua, menyelesaikan banyak masalah, menghadapi mereka yang pada awalnya tidak menyukai hubungan kita, dan banyak lagi hal-hal yang kita lalui bersama. 

Tapi jika ditanya apa hal yang berkesan selama hubungan bersamanya, mungkin ada beberapa. Ketika aku bisa merubah cara pandang dia akan banyak hal, sesederhana bagaimana menyikapi orang yang berbeda cara berpikirnya dengan kita. Aku terkesan juga saat aku bisa mendamaikan dan memperbaiki hubungan dia bersama Ayahnya. Dari yang awalnya kecewa dan mungkin marah, sekarang hubungan mereka menjadi lebih baik selayaknya anak dan Ayah. 

Aku tidak tahu jika dia terkesan atau tidaknya selama hubunganku bersamanya. 

Dan selama aku denganmu sejauh ini, membantuku melewati masa-masa yang mungkin bagi sebagian orang akan bersedih saat sebuah hubungan berakhir. Sedangkan aku masih tetap merasa baik-baik saja. Dan itu karena adanya kamu. 


Sekarang? 


Sekarang aku mulai menyadari bahwa ketika aku berusaha untuk membuktikan banyak hal kepadamu, membantumu dalam keadaan yang sedang tidak terlalu baik, mencoba untuk mencerna banyak hal yang ada dalam dirimu entah itu hal-hal kecil sampai hal besar pun ternyata itu semua tidaklah cukup. Terbukti di saat aku sedang membutuhkan waktu denganmu saja kamu masih dengan respon yang seadanya. Bahkan yang sampai kepada diriku adalah kamu memang cukup acuh. 

Di balik kata-kata yang pernah kamu ucapkan, reaksi yang keluar secara natural meskipun terkadang membuatku sedikit tidak percaya, entah itu dengan caramu memandangku, mengikuti beberapa keinginan teranehku, kata-kata yang aku anggap romantis dan beberapa hal yang tidak akan pernah kamu lakukan kepada orang lain selain diriku, aku masih dengan perasaan yang tidak cukup untuk membuktikan dan membuatku menentukan alasan apakah aku harus tetap menunggu dan memilihmu atau tidak. 


Mungkin aku tidak akan pernah bisa meninggalkanmu apalagi sampai melupakanmu, tapi aku akan mencoba memberi ruang yang penuh untukmu agar berpikir dan mencerna juga melihat sekaligus menyadari bahwa orang seperti diriku yang pernah kamu katakan bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu bagaimanapun perlakuanmu, ternyata bisa dengan sangat terpaksa melepaskanmu secara perlahan entah dengan tetap sendiri dan melewati masa terkelamku karena menyadari bahwa aku benar-benar sendiri atau aku mencoba untuk bertemu dengan orang yang baru. 


Benar, aku sedang ada dalam tahap lelah dan benar-benar bingung dengan sikapmu yang seolah mau tapi tidak mau dan yang seperti butuh diriku tapi tidak benar-benar butuh. 

Karena menunggu itu adalah hal yang tidak pernah menyenangkan. 

Mungkin bisa dibilang kita ada dalam hubungan tanpa status. Aku yang tidak bisa mencari orang lain, kamu yang tidak mau aku bertemu dengan orang yang baru, aku yang belum bisa menjauh darimu, aku yang belum mampu menjalani kenyataan bahwa hidupku masih akan tetap berjalan entah denganmu ataupun tidak pada akhirnya. Karena sejauh ini yang aku butuhkan adalah waktu bersamamu yang tidak pernah bisa kamu berikan sepenuhnya kepadaku karena banyak alasan dan keadaan. 


Sebenarnya aku bisa saja tetap menunggumu. Tapi aku sudah ada di titik bingung dan tidak tahu lagi harus berperilaku dan memperlakukanmu seperti apa juga bersikap dan membuktikan dengan cara yang seperti apa lagi kepadamu. 

Aku benar-benar sudah lelah dan sangat buntu untuk sekarang ini mengahadapi sikapmu. 


Sederhana saja. 

Aku hanya butuh waktumu, butuh sosokmu di sampingku, genggaman tanganmu seperti biasa yang bisa menenangkan diriku dalam keadaan gundah karena banyak waktu dan hari-hari yang terjadi dalam hidupku.

Tapi sekarang aku akan mencoba untuk beristirahat dari semua waktu dan situasi tanpa dirimu. 


Apakah aku bisa? 

Kita lihat saja nanti.

Kecuali kamu mulai berani melangkah maju dan menunjukkan bahwa kamu memang mau aku tetap ada dalam kehidupanmu entah itu butuh secara mendalam ataupun hanya sekadar. Karena yang penting bagiku adalah ada kemajuan dari yang pernah kamu lakukan sejauh ini.

---


"Ketika aku sudah mengetahui bagaimana endingnya, aku selalu ingin menghabiskan banyak waktu denganmu sebelum semuanya benar-benar selesai". 

- Nugi Nugraha 

Minggu, 16 Februari 2025

Nugraha is My Name (Part 44)





PERINGATAN!

Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 

 

-------


Aku tidak meluapkan marahku dengan cara yang biasa, aku hanya menggunting KTP, SIM, akta kelahiran, sisa uang cash yang tersisa dan beberapa surat penting milik dia saja. Aku menyisakan ijazah yang aku pikir akan sedikit rumit untuk mengurusnya lagi dibandingkan yang lainnya. Aku juga hanya membuang stok obatnya selama sebulan ke depan ke dalam sebuah wadah berisi air dan mengaduknya hingga benar-benar larut. Aku mengambil beberapa barang yang memang seharusnya sudah menjadi milikku sejak dulu. Bahkan ada beberapa barang yang memang sudah aku belikan sejak lama. Aku pikir dengan seperti itu akan sedikit membuat dia tahu kalau aku meluapkan rasa marahku tidak dengan cara yang gaduh apalagi sampai menyakiti fisiknya.

Aku tidak mengirim pesan atau beberapa bukti ke banyak grup chat tempatnya bekerja atau bahkan meng-upload-nya ke sosial media miliknya yang bahkan sangat mudah untuk aku ambil alih. Aku hanya mengirim beberapa capture bukti chat ke Ibu dan saudarinya agar mereka tahu bagaimana kelakuan dia yang memang sebenarnya aku juga baru mengetahuinya. 

Aku memilih untuk tidak meluapkan emosi secara langsung kepadanya. Yang penting dia paham bahwa kecewaku cukup dengan melakukan hal-hal seperti itu saja kepadanya. 


Dia adalah orang yang bersamaku sejak tahun 2017.

Bahkan aku sudah pernah membuat postingan tentangnya di "ANULIR PART 4" tapi postingan itu baru saja aku anulir karena ternyata dia memang pantas untuk diperlakukan seperti itu atas smuanya. 

Jujur saja, dia adalah orang yang pernah ingin aku ajak untuk bersama selamanya. Karena aku merasa bahwa mungkin aku terlihat menyendiri dan ke mana-mana juga pergi sendiri. Tapi pada kenyataannya aku memang tidak pernah sendiri. Hanya saja aku memiliki kemampuan untuk mengendalikan sosial mediaku dan memilih bagian hidupku yang mana yang ingin aku share dan bagian mana yang ingin aku simpan secara privat. 

Tentu saja semua orang memiliki sisi yang tidak ingin banyak orang tahu dan mungkin hanya orang-orang tertentu saja yang memang layak tahu. Karena pada kenyataannya dunia ini tidak akan selalu berpihak kepada kita sekalipun selalu berjalan di atas cerita yang paling menyedihkan bahkan menghawatirkan juga benar-benar terpuruk. Dunia ini terlalu tidak bisa diandalkan untuk hal-hal yang sedikit sensitif jika kita bagikan semua kenyataan kepada khalayak umum dengan banyaknya pemikiran dan perasaan hingga akan menghadirkan berbagai dilema dan pendapat bahkan menjadi hakim atas apa yang mereka lihat dan mereka dengar bukan yang mereka alami atau pernah mereka rasakan. Makanya aku lebih memilih untuk mencurangi kenyataan dunia hanya agar aku bisa berjalan berdampingan dengan orang-orang yang hidupnya terlihat baik-baik saja secara cerita dan fakta. Memang, tidak semua orang memiliki hidup yang baik-baik saja. Tapi tidak dipungkiri bahwa selalu ada saja manusia yang keadaan hidupnya memang baik-baik saja tanpa perlu banyak berkorban dan berkilah untuk menjalani kehidupannya. 


Dia. 

Dia adalah orang yang sudah mengetahui dan mampu menerimaku apa adanya. Dari setiap bagian terpenting bahkan hal-hal yang tidak penting dalam hidupku sejak tahun 2017 itu pun dia selalu ada dalam cerita dan keadaan hidupku.

Dia memberiku kepercayaan yang lebih bahkan membebaskan diriku untuk menjadi apa dan seperti apa pun yang aku mau. Semua akses untuk banyak kesempatan yang ingin aku lakukan selalu aku dapatkan darinya. Tapi aku tidak pernah menggunakan banyak kesempatan dan menyalahgunakan kepercayaannya untuk keegoisanku sejauh ini, sejauh hubunganku dengannya yang hampir genap 8 tahun. 

Tapi memang ada saat di mana dia mulai merasa tidak percaya diri sejak kejadian 2022 yang mengubah caraku berpikir bahwa ternyata dia juga tidak bisa diandalkan untuk hal-hal yang sebenarnya hanya dengan caraku saja semua masalah hanya akan selesai. Karena pada saat itu dia terkalahkan oleh orang baru yang aku kenal. Tapi pada akhirnya aku tetap memilih untuk kembali padanya dan menganggap bahwa orang baru itu hanya mengisi waktu dan tidak sekadar menjadi teman terdekatku di kala aku sedang melewati fase terburuk pada tahun itu. 


Tapi pikiran buruknya yang ditujukan kepadaku sejak saat itu tidak mampu lagi untuk dia kendalikan. 

Hampir setiap ada kesempatan dan obrolan pasti dia menanyakan hal itu lagi berulang kali untuk memastikan bahwa aku sudah tidak ada apa-apa lagi dengan orang yang pernah hadir di tahun 2022 itu. 

Bahkan dalam keadaanku yang tidak sadar karena efek obat yang baru aku konsumsi dari Psikiater pun yang dia tanyakan adalah masih hal yang sama. Itu kata dia sendiri yang mengatakannya kepadaku karena aku benar-benar tidak pernah ingat semua kejadian itu. 

Jawabanku? 

Tentu saja aku menjawab dengan segala rasa yang aku punya dan pemikiran yang rasakan bahwa hanya dia satu-satunya orang yang ada dalam hubunganku bersamanya. 

Aku benar-benar bersih dalam hubungan yang sudah terjalin sejauh ini. Bersih bukan berarti tidak pernah kotor. Hanya saja aku memang benar-benar tidak pernah terbukti atas apa yang dia tuduhkan dan dia sangkakan selama ini. 

Aku selalu berusaha untuk menjaga hubunganku bersamanya dengan sangat baik. Apalagi aku selalu menomor satukan komunikasi. Rasanya dia tidak beruntung jika memiliki pasangan yang apa-apa tidak dikomunikasikan sekecil apa pun permasalahan itu. Karena bagiku sebuah komunikasi itu sangatlah penting. 

Tentu saja aku terlalu pintar dalam berkilah dan berkata juga bersikap. Itu kata dia pribadi. 


Aku yang memahaminya atas banyaknya keadaan, aku yang selalu memakluminya untuk banyak hal, aku juga menerima semua kekurangan yang sebenarnya jika dipermasalahkan semuanya akan menjadi bagian yang mengganggu sebuah hubungan. Di mana aku yang sangat menyukai argumen dan terbuka akan banyak pendapat juga tertarik dengan hal-hal yang baru, sedangkan dia yang malah sebaliknya. Aku menerima dia yang cara berpikirnya lambat, apa-apa terlalu kaku, menyimpulkan hasil yang ada dengan cepat dan apa adanya. Berbanding terbalik dengan diriku yang pada kenyataannya 360 derajat kebalikannya dengan dia. Dan aku terima. Aku sempat lelah karena cara berpikir dia yang begitu-begitu saja. Tapi aku memaklumi dan memahami dia dengan maksimal. Bahkan aku juga menerima atas segala tuduhan dan perkiraan dia yang buruk terhadapku selama ini. 

Aku selalu mengakhirinya dengan kalimat "ya sudah". 

Hingga akhirnya.


Hingga akhirnya aku menemukan kenyataan bahwa yang dia tuduhkan dan dia sangkakan juga perkirakan kepadaku selama ini ternyata malah dia yang melakukannya sendiri. 

Pada awalnya aku sempat tidak percaya dan bahkan sampai tulisan ini diposting pun aku masih merasa bingung. Kenapa yang dia takutkan untuk aku lakukan malah dia wujudkan secara nyata secara sadar. 

Kenapa? 


Aku menerima banyak kekurangan, aku juga memaafkan banyak kesalahan, tapi tidak dengan sebuah perselingkuhan. 

Ya, dia berselingkuh dariku. Bahkan itu bukan sekali dan bukan hanya dengan satu orang. Betul, dengan beberapa orang. Aku memiliki bukti yang kongkrit dan tidak ada alasan untuk mengelak lagi dari semuanya. 

Bahkan pada tengah malam masih ada pesan masuk dari nomor baru yang menjelaskan setelah dikonfirmasi kepada orangnya bahwa itu terjadi belum lama ini. Dan dia benar-benar melakukannya. 


Kalau aku sedang dalam keadaan yang tidak sadar, mungkin aku tidak hanya akan melakukan hal-hal seperti yang ada di awal tulisan ini dibuat. Besar kemungkinannya 100 kali lipat akan lebih berat lagi dampak negatif dari apa yang sudah dia perbuat. 

Karena yang masih tidak habis pikir adalah, kenapa dia melakukan hal yang selama ini dia takutkan jika semua itu aku yang melakukan.


Tapi dari kejadian itu akan menjadi momen yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya, bahwa betapa buruk perilaku dirinyalah yang menjadi alasan kenapa hubungan ini berakhir. 


Aku? 


Aku akan mulai mewujudkan semua tuduhan dan pikiran-pikiran buruknya terhadapku selama ini. 

Aku akan mulai menciptakan banyak momen baru bersama orang yang sejauh ini dia takutkan dan tuduhkan. 

Jika nantinya terjadi, maka aku membantunya untuk tidak menyia-nyiakan rasa lelah karena berpikir dan rasa khawatir dia karena merasa bahwa aku melakukannya bersama seseorang yang sudah dia kira selama ini. 


Perjalananku bersama orang yang baru segera dimulai. 


Kamu? 


Kamu sudah tahu bagaimana dunia ini berjalan. Sejauh hidup denganku kamu juga sudah mengerti dan begitu paham bagaimana arah jalan kaki kamu melangkah dan cara berpikirmu saja yang bahkan kamu ambil dari diriku sejauh ini. 

Bagaimana aku berkata, bagaimana aku berucap, bagaimana aku menghadapi banyak masalah, bagaimana aku menyikapi banyak kenyataan hidup, dan banyak hal yang kamu tiru dariku selama ini yang akan kamu ingat selama hidupmu bahkan dengan orang-orang yang akan kamu temui. Jika kamu bertemu dengan kesulitan hidup karena sebuah hubungan, pasti kamu akan mengingat atas perlakuan burukmu kepadaku.

Apakah aku sudah memaafkanmu? Tentu saja. Bahkan aku juga masih akan tetap memaklumimu. Tanang saja. 

Bahkan aku akan mendoakanmu:


Semoga hidup kamu dan keluargamu setelahku tidak terlalu tidak baik-baik saja ya.


Doaku saja masih baik untukmu 'kan? 


Selasa, 11 Februari 2025

Jatuh Hati (Fase 4)



Flashback ke tahun 2012 di mana aku masih berusia 20 tahun dan sedang mencari kebahagiaan dengan caraku sendiri sambil berusaha untuk menemukan jati diriku yang sebenarnya. 

Antara sedang berusaha untuk membuktikan bahwa diriku bisa hidup sendiri dan menerima kenyataan bahwa hidupku sedang tidak selalu baik-baik saja pada saat itu. Di usia yang mungkin bisa dibilang sangat muda, 20 tahun bagiku adalah perjalanan yang menjadikan diriku seperti saat ini. Tentang bagaimana memperlakukan orang lain, bagaimana bisa memperlakukan diri sendiri dengan lebih baik, tentang bagaimana berpikir dan bertindak juga bagaimana caranya bisa bertahan hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dan faktanya memang aku bisa hidup dan bertahan sendirian. Tapi di tengah banyak persimpangan jalan itu, aku masih bertemu dengan banyak orang hingga tidak pernah peduli lagi dengan yang namanya apa itu cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Selain sedang berusaha tetap move-on dari kejadian yang pernah menghancurkan sebagian dari diriku, aku sedang benar-benar fokus untuk kebahagiaan diriku saja. Jangankan bertanya tentang kabar orang lain, keadaan diriku yang berjalan baik-baik saja hampir setengah mati aku usahakan setiap harinya. 

Sedangkan kamu?


Sedangkan kamu yang seumur dengan diriku 13 tahun lalu itu sudah bisa mengerti apa itu kehidupan yang sebenarnya. 

Percakapan yang selalu terhenti dengan kelu seolah semuanya terhenti karena pertanyaanku yang selalu menyinggung tentang bagaimana keadaan dirimu saat ini. Memang, tanpa kamu memberitahu dunia pun semua orang sudah tahu bagaimana yang terjadi di dalam sana. Apa yang kamu rasakan dan bagaimana keadaan dirimu yang sebenarnya. Keadaan yang selalu tertutupi oleh canda tawa dan suara keras seolah semua baik-baik saja. 

Tapi seperti yang aku katakan, aku masih akan tetap duduk bersebelahan denganmu dalam keadaan apa pun kamu dan dalam keadaan apa pun aku. Aku memang tidak selalu berbagi keadaan buruk yang sedang aku alami, karena beban yang kamu tanggung seorang diri saja sudah begitu beratnya. Aku masih bisa menanggung dan menyelesaikan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Aku sudah terbiasa dan memang membiasakan diri seperti itu sejak lama. Perjalanan hidupku dipenuhi dengan pengalaman dan pembelajaran juga pengetahuan cara dan upaya untuk bisa bertahan hidup sendirian. Karena memang aku yang memilih untuk sendiri dan faktanya memang tidak ada satu orang pun yang bersedia melapangkan pundaknya untukku bersandar walaupun hanya sebatas melepas isakan. Sedangkan kamu yang masih bisa bersandar kepada orang yang bersedia mengosongkan semua masa lalu dan melenyapkan banyak kenangan buruk dalam hidupnya hanya agar kamu terbuka atau sekedar terduduk lesu dan mengakui bahwa tidak apa-apa kamu terlihat lemah dan tidak baik-baik saja di hadapanku. Kamu hanya manusia biasa bukan robot yang terus menerus bisa bekerja untuk memenuhi semuanya. Kamu bebas menjadi dirimu sendiri bersamaku, kamu tetap luar biasa di hadapanku ketika kamu menjawab bahwa semuanya memang tidak baik-baik saja. 


Kebiasaan kita yang selalu menghabiskan waktu bersama dengan sedikit hal yang membuat kesadaran kita sedikit keluar dari batas yang ada. Mungkin aku yang selalu bertanya dan mengungkapkan. Sedangkan kamu yang masih tertutup tentang semuanya bahkan yang aku dapat adalah sisi dirimu yang lain yang tidak akan pernah orang lain ketahui selain diriku. Aku tidak pernah merasa canggung saat itu terjadi. Tapi ketika kita dalam keadaan sadar, aku merasa ada hal lain yang hanya kita berdua yang bisa merasakan. 

Seperti percakapan terakhir kita. 

Saat aku bertanya bagaimana keadaanmu, apakah kamu lelah, apakah semuanya baik-baik saja. Dan di tengah kegelapan malam dengan sedikit penerangan kamu menjawab semua pertanyaanku dengan jujur dan benar-benar terbuka bahwa semuanya terasa melelahkan ketika harus bertanggung jawab atas hidup orang lain dan harus memastikan bahwa hidup mereka tetap baik-baik saja dalam keadaan dirimu yang tidak selalu baik-baik saja. 

Aku melihat wajah yang murung dan meringis menahan beban yang begitu berat. Aku yang mengatakan bahwa aku belum tentu siap dan mampu juga sekuat kamu ketika harus melakukan semua itu seorang diri. 

Mungkin jika semua itu terjadi dalam hidupku di usia kamu seperti sekarang, bukan hanya obat dan minuman yang aku teguk lagi, tapi akan sering kali terjadi ada tali di leherku atau mungkin dengan sengaja menabrakkan diri. Aku hanya bisa membayangkan beban yang kamu pikul seorang diri. Dan aku tahu itu tidaklah mudah. 


Ada sedikit perubahan dari dirimu sejauh ini. 

Kamu yang mulai terbuka kepadaku akan banyak hal yang tidak akan pernah bisa kamu buka kepada orang lain, kamu yang mulai berani menjawab semua pertanyaanku tanpa pernah takut untuk aku hakimi, kamu yang mulai bisa merawat dan memperlakukan dirimu sendiri sesederhana kamu mau memotong kuku dan membersihkan telingamu sendiri. 

Kamu juga yang mulai bisa mempercayaiku bahwa semuanya bukan tentang keegoisanku, tapi ini semua tentang bagaimana kita dipertemukan untuk saling menguatkan juga saling memahami bagaimana dunia ini berjalan. Meskipun sekedar duduk berdua dan saling menyapa juga bertanya hal-hal yang tidak penting. Karena tujuannya adalah saling berbagi keadaan dan perasaan tanpa dilandasi oleh egois apalagi hasrat. 

Aku juga mulai menyadari bahwa aku jatuh hati padamu bukan lagi tentang kenyamanan. Tapi aku jatuh hati padamu karena kamu adalah kamu yang tidak akan pernah bisa aku temukan di diri orang lain bahkan dalam diriku sendiri. 


Aku sempat ingin meninggalkanmu. 

Tapi selalu ada insiden yang terjadi sebelum semuanya aku katakan padamu. 

Berkali-kali aku memikirkan bagaimana cara untuk menjauhimu. Tapi entah kenapa sebelum semuanya terjadi bahkan baru sebatas tertulis dalam pikiranku saja selalu ada kejadian yang mencegah semuanya untuk aku lakukan dan aku sampaikan.


Aku sempat bertanya kepadamu, apakah kehadiranku selama ini mengganggumu, apakah perlakuanku sejauh ini membuatmu tidak nyaman. Aku yang meneruskan percakapan tanpa titik dan koma. Kalau kamu merasa terganggu dan membuatmu tidak nyaman, maka dengan terpaksa aku akan pergi dari kehidupanmu. Dan kamu hanya menjawab dengan singkat dan padat: "tidak". 

Seketika obrolan kita terhenti dan terdiam bahkan menjadi sunyi senyap tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kita berdua.


Hingga kita mengakhirinya dengan caraku berpamitan dan kamu menyuruhku untuk menghubungimu pada keesokan hari. 


Dalam hatiku bertanya dengan pasti, apa yang sebenarnya sudah terjadi sejauh ini? Apa yang sebenarnya terjadi hingga semua ini begitu mudah untuk kita lalui? Bahkan aku sampai berpikir dan bertanya, apa lagi yang akan terjadi? 



Senin, 10 Februari 2025

ANULIR (Part 4)



Kali ini aku berhasil mewawancarai seseorang yang mungkin mengetahuiku secara luar dan dalam. Dia adalah orang yang bisa disebut teman terdekatku selain diriku. 

Berikut wawancaranya:


*Kapan pertama kali kenal dengan pewawancara, dan menurut kamu pewawancara orangnya bagaimana? 


Awal kenal kami, aku lupa tanggal bulan tahunnya yang ku inget kita pertama kenal di sosmed. ya seperti kebanyakan pengguna sosmed pada umumnya kita saling tukar kabar, baru pada tanggal 11 November 2017 kami ketemu secara nyata.


Dia itu orangnya berbeda sama orang yang pernah aku temui pada umumnya, pintar, berprinsip, humble orangnya, ide-idenya juga oke, asik pokoknya Tapi dia juga orangnya mageran, maaf ni males mandi😅😅 terus sedikit egois.



* Ceritakan tentang diri kamu. 


Aku tuh orangnya pekerja keras dari kecil, kalo udah sayang ke orang aku bakal berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkannya, aku juga susah beradaptasi dan mengekspresikan diri di lingkungan baru lebih ke pemalu di awal tapi ya kalo udah oke aku bisa lebih konyol, negatif thinking.


* Apa tujuan hidup kamu?


Sebenarnya sampai sekarang belum tau tujuan hidup aku,, tapi aku selalu di ajarkan kita itu hidup untuk ibadah dan berbuat baik antar sesama, mungkin itu dasar ya, kalo tujuan hidup aku, aku ga tau.



* Ceritakan hubungan kamu dengan Ayah dan Ibu. 


Saat ini hubungan aku dengan kedua orang tuaku baik2 aja, Alhamdulillah aku sudah bisa memaafkan mereka berdua tentang masa lalu mereka yang berdampak terhadap kehidupan aku. So, Our relationship is now fine

Makasih ya kamu udah ngasih nasihat diwaktu aku dulu benci sama ayahku.


* Apa rencana kamu untuk 5 tahun ke depan?


Aku ga tau dan aku orangnya datar. Tapi aku ingin untuk 5 tahun kedepan aku sudah bisa membahagiakan orang tuaku, mandiri, sukses lah intinya dalam artian bisa membantu orang lain dan orang di sekitar aku


* Apa yang kamu sesali dalam hidup?


Ketika memikirkan pertanyaan ini aku merasa ga ada sesuatu yang aku sesali dalam hidup aku, karena aku melakukan segala sesuatu dengan keinginan dan pilihan aku sendiri. Bagi aku hidup itu adalah pilihan jadi ga ada yang perlu aku sesali dalam hidup ini


* Apa yang ingin kamu perbaiki dalam hidup?


Cara berpikir aku, berprilaku, bersosialisasi, lebih ke cara berpikir aku sih yang ingin aku perbaiki.


* Jika ada kesempatan untuk bertemu dengan diri kamu yang berusia 5 tahun, apa yang akan kamu sampaikan?


Hey,, kamu harus belajar dengan sungguh-sungguh, dengarkan kata orang tua kamu, sayangilah diri kamu, belajar menghargai diri kamu sendiri perjuangkanlah apa yang menjadi tujuanmu.


* Kamu ingin diperlakukan seperti apa oleh keluarga?


Aku tida tau, karena aku sejauh ini merasa tidak menginginkan perlakuan apapun dari keluargaku,, atau kebebasan maybe, soalnya ketika aku cape di luar sana keluargaku tempat untu kembali yang aku inginkan mungkin seperti itu.


* Apakah kamu bahagia?


Untuk saat ini aku biasa aja datar, aku ga tau definisi bahagia itu apa di kehidupanku, yang jelas aku merasa bangga aja gitu dengan diri aku saat ini, aku tidak menyusahkan orang lain bisa menghidupi diri aku sendiri, entah lah.


* Kapan merasa sendiri? 


Ketika pulang kerja dan diem tanpa ada kegiatan.


* Kapan terakhir kali kamu merasa bahagia, dan karena apa?


Ketika di beliin baju sama kedua orang tuaku pas ketika lebaran.

Kalo sudah dewasa gini aku ga tau.


* Apa yang kamu tahu tentang cinta?


Cinta adalah sesuatu yang membuat kita nyaman dan aman baik itu pasangan temen keluarga,, cinta itu penuh dengan kasih sayang.


* Apa yang kamu banggakan dari diri kamu?


Aku bangga tidak menyusahkan orang lain,, aku bisa mandiri dari kecil sampai dewasa ini.


* Apa yang akan kamu sampaikan kepada dirimu sendiri?


 Untuk diriku perjalanan masih masih panjang bekerja keraslah banyak hal yang belum kamu capai di kehidupan ini,, sabar untuk menjalani semuanya.

Jatuh Hati (Fase 3)




Pada suatu kesempatan aku pernah memutarkan lagu Raisa yang berjudul Jatuh Hati di telingamu dengan headset. Meskipun kamu sibuk bermain game, tapi aku melihat senyum yang tertahan dan pecah saat 3 menit berlalu menandakan lagunya sudah habis. Kamu bilang lagunya tidak enak didengar, tapi kenapa sampai lagunya habis kamu dengarkan? Ada-ada saja kamu.


Kita pernah makan sepiring berdua di tempat umum. Itu aneh bagiku tapi menyenangkan pada akhirnya. Bahkan ada beberapa orang yang melihat keakraban kita. Ya, kita memang bisa dengan mudah untuk melakukan hal-hal seperti itu tanpa pernah orang lain sadari dengan apa yang sebenarnya terjadi. 

Kita juga pernah tidur bersama dalam satu kasur bahkan dengan satu selimut. 

Aku yang terus memegang tanganmu, sesekali memelukmu, aku beberapa kali menciumimu. Dalam keadaan yang entah sadar atau tidak, kamu pernah memelukku, memegang pergelangan tanganku dengan sangat erat.

Aku pernah memotong kukumu hingga siang hari dengan begitu rapi. Aku juga pernah membersikan telingamu yang kotor itu. 

Kamu pernah tidur di pangkuanku dengan tenang. 

Aku yang selalu mengingatkan dan menyiapkan air minum saat kamu mau makan. Karena kamu jarang sekali minum air putih. 

Beberapa kali membawakan makanan kesukaanmu, mencoba dan berusaha untuk membantu meringankan beban yang selama ini hanya kamu tanggung seorang diri. 

Kamu yang suka berkata: hati-hati di jalan bawa motornya. Kalau ada apa-apa telepon saja. 

Itu ucapan sederhana bagi kebanyakan orang, tapi bagiku itu adalah hal termanis yang selalu aku tunggu saat kita akan berpisah tapi untuk bertemu lagi. 


Diriku yang mempunyai kebiasaan "hampang leungeung" dalam artian yang kalau apa-apa selalu mengekpresikannya dengan cara yang tidak lazim. Seperti mencolek, mencubit, memukul dengan lembut dan sesekali menoyor kepala kamu. Aku juga mempunyai kebiasaan berkata kasar dan tidak lebih seperti kebanyakan orang. 

Tapi kamu juga tahu kalau itu diriku yang sebenarnya. 

Dan kamu tidak menyukai hal itu dariku. Kamu yang meminta agar aku berubah tidak seperti itu lagi. Aku berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak kamu suka. Dan aku bisa pada akhirnya.


Aku ingin kita bermain seperti anak kecil, bermanja seperti adik dan kakak, berbicara seperti sahabat, peduli seperti orang tua dan melindungi seperti saudara kandung.

Aku juga ingin jika kita ada dalam fase bosan tapi tidak pergi, boleh marah asal jangan kasar, boleh ngambek asal jangan mendiamkan, saling sibuk dengan urusan masing-masing tapi saling memberi kabar dan kita bisa saling memaklumi dan menerima kenyataan bahwa akan ada banyak perbedaan di antara kita tapi kita bisa melewatinya bersama-sama. 


Aku sudah mencoba dan berusaha untuk membuktikan bahwa aku masih akan tetap ada untukmu dalam keadaan apa pun. Aku memang orang baru yang masuk dalam kehidupanmu, tapi aku selalu percaya bahwa aku bisa lebih baik memperlakukanmu melebihi mereka orang-orang yang sudah ada dalam hidupmu sebelumnya bahkan aku bisa lebih baik lagi memperlakukanmu melebihi orang setelahku nantinya.

Aku yang mencoba untuk menutupi semua aibmu di depan semua orang, berusaha untuk membelamu di hadapan mereka, aku yang berusaha untuk membuktikan bahwa aku yang selalu berusaha untuk terus melakukan hal-hal di luar batas maksimal yang aku miliki, itu semua hanya untukmu. 


Tapi aku masih bingung dengan semua responmu. Ketika aku bilang:

Aku sudah lelah. 

Dan kamu berkata:

Kenapa berlari?

Dalam hatiku:

Aku sudah melakukan dan berusaha untuk membuktikan dengan cara yang sederhana sampai yang mungkin bisa dibilang ada di titik rumit. Tapi sayangnya kamu masih dengan respon yang alakadarnya. Memang ada kemajuan saat aku bertanya:

Boleh tidak kalau aku pergi dan menemukan orang lain lagi?

Dan kamu pun menjawab:

"Kalau kamu percaya padaku ya sama aku, kalau tidak percaya itu terserah kamu." 


Jawaban itu membuatku semakin bingung harus berkata dan berbuat apa lagi untukmu. 

Kamu beberapa kali membohongiku, menyakitiku, mendiamkanku, membuat jarak yang cukup jauh padahal diri kita sedang dalam berhadapan. Bahkan ketika aku menyandarkan kepala di bahumu pun kita masih memiliki jarak yang cukup jauh. 

Bahkan ketika aku memegang tanganmu dengan erat pun, memang ada sebuah ikatan yang terasa, tapi aku masih belum merasakan bahwa meskipun ragamu sedekat itu denganku, tapi hatimu entah sedang ada di belahan dunia yang mana. 


Aku tidak pernah menuntut materi darimu, dan itu bukanlah hal yang aku inginkan darimu. Karena aku hanya ingin kamu yang bisa menghabiskan waktu bersamaku dengan melakukan hal-hal yang tidak penting. Ya, aku hanya butuh waktumu. 

Aku sudah cukup merasa bahagia meskipun hanya duduk berdua tanpa melakukan hal-hal lain. Karena memang sejatinya aku hanya ingin dekat denganmu saja itu semua sudah lebih dari cukup untukku.

Tapi seiring berjalannya waktu dan mungkin karena kita selalu bertemu dengan begitu intens, aku memiliki perasaan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. 

Aku paling lihai dalam mengendalikan perasaan dan pikiran. Tubuhku bisa diandalkan untuk hal-hal yang mungkin bagi sebagian orang adalah tubuh mereka yang dikendalikan oleh pikiran dan perasaan, sedangkan aku bisa dengan mudahnya mengendalikan antara perasaan dan pikiran harus seperti apa. 


Tentu saja logika-logika adalah poin utama dalam perjalanan hidupku. Tapi saat berhadapan denganmu, logika-logika yang selama ini aku jadikan landasan dalam kehidupanku menjadi tidak berfungsi sama sekali. Karena kesederhanaan dan apa adanya dirimu, seluruh pertahananku bisa dengan runtuh karena tatapan sederhana darimu. 

Ribuan artikel dan puluhan buku sudah aku baca, banyak buku filsafat sudah aku selesaikan, bahkan tidak sedikit buku tentang kalimat-kalimat bijak pun sudah aku tuntaskan. Tapi saat aku berhadapan denganmu, dengan mata yang melihatku dengan penuh tanda tanya itu semuanya menjadi sirna dan bahkan aku menjadi seperti manusia terbodoh yang ada di dunia ini. 

Aku tidak akan pernah munafik untuk mengakui, bahwa dengan hadirnya kamu dalam kehidupanku itu menjadi obat untuk semua sakit dan kegelisahan yang betapa rumitnya jalan kehidupanku.


Aku belum bisa menjabarkan bagaimana yang aku rasakan ketika kita berpegangan tangan dan saling berpelukan. 


Tapi aku selalu mempunyai ketakutan, bagaimana kalau aku bukan jatuh hati lagi kepadamu? Aku takut kalau suatu saat aku malah mencintaimu dengan cara yang tidak pernah aku rasakan kepada orang-orang sebelum dirimu. Dan itu hal tersulit dalam hidupku untuk berada di tahap jatuh cinta. Seperti yang pernah aku katakan kepadamu, bahwa aku bukan tipe orang yang mudah untuk jatuh cinta kepada orang. Bagiku, jatuh cinta adalah sesuatu yang krusial bahkan seperti bencana yang tidak pernah terkira sebelumnya. Kemungkinannya hanya dua, antara berakhir bahagia atau menjadi hancur meskipun tidak akan pernah lebur. 


Aku sudah beberapa kali menceritakan tentang bagaimana orang-orang yang pernah melakukan hal-hal buruk kepadaku hingga merusak mentalku sampai saat ini. Semua itu aku sampaikan kepadamu agar kamu tidak memperlakukanku seperti mereka. 



Tapi suatu ketakutan yang lain selalu muncul di kepalaku. 

Aku takut kalau suatu saat kamu yang justru ada di posisiku saat ini dan aku yang malah ingin pergi meninggalkanmu.

Jumat, 07 Februari 2025

ANULIR (Part 3) Nia Haryanto

 


Kali ini aku berhasil mewawancarai seorang perempuan yang aku pikir hebat. Aku sedikit tahu bagaimana perjalanan hidupnya, dulu. Tentu saja aku tidak pernah mengenal dirinya dengan baik, aku hanya sebatas tahu dan itu pun hanya sebatas yang bisa dia ceritakan. 

Fakta menarik, kita berdua ada lagu kesukaan yang sama, yaitu Firework-nya Katy Perry. Dulu kita sempat salah tulis menjadi Firefox. Firefox yang pertama sebelum Chrom melanda. 


Berikut wawancaranya:


* Kapan pertama kali kenal dengan pewawancara, dan menurut kamu pewawancara orangnya bagaimana?


Kenal kayaknya awal tahun 2011-an. Menurut aku pewawancara orangnya baik, terbuka, jujur, gak jaim, apa adanya, pekerja keras, penyayang. Apa lagi ya? 

(Terima kasih atas doa dan pujiannya Bu).


* Ceritakan tentang diri kamu. 


Ibu 4 anak yang suka nulis, seneng beraktivitas outdoor, suka makanan manis dan pedas, moody-an, walopun rame tapi lebih suka sendiri, sering mikir aneh2, tampang preman tapi cemen (contohnya takut naik motor), penakut, gampang nangis tapi gampang ketawa juga, suka warna gelap, suka music, suka kopi, suka kucing. Apa lagi ya? Hehehe 


* Apa tujuan hidup kamu?


Sekarang sih, karena udah tua, tujuanku cuma kepengen bisa tenang, damai, sehat dan membersamai keempat anakku hingga mereka dewasa, mandiri, berumahtangga, jadi orang-orang yang bermanfaat buat orang banyak. Gak aneh-aneh deh.

 

* Ceritakan hubungan kamu dengan Ayah dan Ibu. 


Hubungan dengan ayah (alm.), waktu kecil sampe remaja, deket banget. Cinta pertama aku banget deh bapakku ini. Tapi begitu aku gede, aku banyak nentang bapak. Banyak membangkang. Sering adu mulut. Karena aku mikirnya, bapakku tak seperti bapak2 yang lain. Dia banyak tinggal di rumah. Sementara mamaku kerja dagang ke pasar2. Di mataku saat itu, bapakku pemalas. Dia juga pemarah dan gampang emosional. Padahl sebenernya gak gitu. Keadaan yang bikin begitu. Masa bapakku udah abis. Dagang ke pasar, yang lincah dan banyak laku itu perempuan. Jadi bapak2 mah ketinggalan. Makanya mamah lebih cocok. Sekarang aku nyesel banget udah jadi anak 'durhaka' ke alm. bapak. :((


Hubungan dengan mama, Waktu kecil sampe remaja, deket banget juga. Segala macam aku curhatin. Begitu gedean dikit, aku juga jd membangkang. Banyak adu mulut juga. Entahlah, mungkin karena aku udah besar kepala. Nganggap aku pinter, sementara mama gak sekolah tinggi. Alhamdulillah mama masih ada. Sekarang aku merawat mama. Semoga apa yang aku lakukan sekarang bisa menghapus dosa2 yang aku lakukan ke mama.


* Apa rencana kamu untuk 5 tahun ke depan?


Aku orangnya semberandal. Sejak dulu, apapun gak ada rencana2. Semua jalanin apa yang ada di depan mata. Untungnya ada suami. Dia jadinya yang punya rencana. 5 tahun ke depan ini, rencananya ya kepengen sekolahin anak2 aja. Si sulung dan nomor 2 kuliah sampe beres terus bisa kerja. Kalo bisa kuliah lagi. 2 anak yang masih kecil juga sekolah. Untuk aku sendiri, aku kepengen kerja aja terus dari nulis di rumah. Biar tetep bisa nemenin anak2. Sesekali aku pengen jalan2 ke gunung, laut, atau alam lainnya. Kepengen juga sih umroh. Kalo bisa sama anak-anak juga. Ah ya, kepengen juga bisa gedein rumah. Walopun rumah yang sekarang cukup, tapi kepengen aja sedikit luas. Beli tanah mama yang di samping rumah untuk bikin taman yang ada lapangannya. Pengen nanam pohon2 dan bunga2. :D


* Apa yang kamu sesali dalam hidup?


Jadi anak yang gak baik untuk orang tua. Gak belajar naik motor sejak muda. Dan banyak melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang akhirnya jadi bibit kesalahan besar.


* Apa yang ingin kamu perbaiki dalam hidup?


Jadi anak yang baik untuk mama. Jadi ibu yang baik untuk anak-anak aku. Jadi istri yang baik untuk suamiku. Jadi orang baik untuk orang2. 


* Jika ada kesempatan untuk bertemu dengan diri kamu yang berusia 5 tahun, apa yang akan kamu sampaikan?


Jangan jadi orang gak enakan. Saat hati bilang gak mau, bilang gak mau. Biar gak susah di akhir. Jadi orang jujur. Jadi orang yang lebih sabar. Belajar banyak hal, jangan focus pelajaran sekolah aja. Hidup gak melulu tentang pelajaran sekolah.


* Kamu ingin diperlakukan seperti apa oleh keluarga?


Seperti ini sudah cukup. Aku gak mau dianggap isitimewa.Tapi ak mau juga dipandang sebelah mata. Biasa aja.


* Apakah kamu bahagia?


50:50. Secara umum aku bahagia. Punya anak2 yang sehat, pinter, sholeh. Punya suami yang baik, bertanggung jawab, sayang aku. Punya lingkungan yang lumayan mendukung. Secara pribadi aku mungkin belum Bahagia. Aku sering kecewa dengan diri sendiri. Melakukan hal yang sebenernya gak pengen aku lakukan. Sering terjadi pergulatan bathin. Mungkin karena ibadahku belom bener. Jadinya hati masih gelisah. Tapi Allah mahabaik. Masih ngasih kesempatan untuk bertobat. Semoga Allah maafkan aku dan memberi ketenangan bathin aku. Aamiin.


* Kapan merasa sendiri?


Sering. Saat inget semua dosa2. 


* Kapan terakhir kali kamu merasa bahagia, dan karena apa?


Setiap hari aku Bahagia. Setiap saat ku bahagia. Setiap kali melihat anak-anak aku. Aku Bahagia. :)


* Apa yang kamu tahu tentang cinta?


Cinta adalah hal rumit yang sulit dijelaskan. Sampai usia 45+ ini, aku masih belum bisa mendefinisikan secara jelas apa itu cinta. Tapi yang jelas, hidupku penuh cinta. Dari suami, dari anak-anak, dari keluarga, dari sabahat-sahabat. Walopun tanpa kata-kata, cinta itu sangat terasa. 


* Apa yang kamu banggakan dari diri kamu?


Peduli orang lain. Gampang terenyuh. Gampang sedih. Gampang Bahagia. 


* Apa yang akan kamu sampaikan kepada dirimu sendiri?


Teruslah berusaha jadi orang baik untuk anak-anak, suami,dn orang-orang di sekitar. Lebih sabar. Lebih jujur. Lebih tegar. Rajin ibadah, banyak istigfar, banyak tobat.

Senin, 03 Februari 2025

Jatuh Hati (Fase 2)




Setelah sekian lama tidak membuat momen berdua, setelah sekian lama kita menjadi asing, setelah sekian lama kita berpura-pura tidak saling mengenal, setelah sekian lama kita mengabaikan banyak kenangan yang dulu pernah kita lakukan bersama, kini kita berada dalam situasi yang paling membingungkan.


Saat pertama kali kita saling mengenal, kemudian dekat dan kembali terpisahkan oleh keadaan dan waktu yang mempersulit kenyataan, aku yang bahkan sudah bertemu dengan orang-orang yang sedari awal memang aku ada di jalan itu, kini kita bisa bersama dalam keadaan yang memperjelas bagaimana jalan cerita kita berjalan, aku yang mencoba menjalaninya dengan penuh antusias dan semangat yang tinggi tapi dipenuhi rasa bingung sekaligus menggembirakan, karena yang selama ini aku harapkan menjadi sesuatu yang nyata. Sedangkan kamu berkata bahwa semua ini adalah hal baru bagimu bahkan kamu berkata masih merasa "polos" untuk hal yang sudah kita lalui bersama sejauh ini.


Jika boleh aku katakan, semua ini terasa seperti mimpi bagiku. Karena kamu yang dulunya sangat jauh dengan arah jalan yang berbeda, kini malah berdiri di depan persimpangan jalan yang sedang aku lalui. 

Dan jika boleh aku berkata jujur lagi, sebelumnya kamu sudah terhapus dari bayangan yang hampir setiap hari menjadi cerita dalam setiap tulisan yang aku jadikan mata pencaharian. Bahkan ada sedikit harapan untuk bisa duduk berdua denganmu lagi saja menjadi sesuatu yang sangat mustahil bagiku.


Jatuh hati yang kembali muncul ke permukaan setelah terkubur bahkan hampir menjadi abu. Sekarang rasa itu menjelma menjadi sebuah rasa yang melebihi batas dari jatuh hati pada biasanya. Karena ada rasa yang hampir mendekati cinta dan rasa itu belum pernah aku ketahui apa namanya. 

Dan yang aku tahu sejauh ini tentang jatuh hati adalah berhenti di rasa kagum dan berlalu tanpa ada harapan apalagi hal-hal yang menjadi lebih membingungkan ketika aku mencoba untuk mencerna semua rasa yang ada. 

Dulu, kita bisa duduk berdua dan bertanya hal-hal berdasarkan omong kosong saja menjadi sesuatu yang luar biasa. Tapi sekarang kita bisa kembali duduk berdua dan menghabiskan waktu bersama berkali-kali adalah menjadi lebih bermakna sekalipun itu kita hanya sibuk dengan kegiatan kita masing-masing. 

Ada saat di mana aku membuka cerita tentang diriku sendiri, mencurahkan semua kondisi hidup yang sedang bahkan yang pernah aku lalui, berkali-kali mengutarakan tentang perasaanku yang bahkan aku sendiri saja masih bingung apa itu 

Sempat terucap bahwa aku tidak bisa jauh darimu, ada kalimat jika aku tidak bisa melupakanmu dalam sehari pun, ada banyak cara dan perlakuan yang aku berikan padamu yang bahkan ketika semua itu kamu terima semuanya masih dalam kondisi yang sangat membingungkan. 


Ya, kita sama-sama bingung dengan semua ini.

Aku yang tidak bisa jauh darimu bahkan dengan segala perlakuanmu yang mungkin akan menyakitiku jika situasinya tidak seperti ini. Tapi aku mencoba memaklumi dan menyadari bahwa semua ini memang masih menjadi sesuatu yang baru bagimu. 

Aku yang pernah bertanya, apakah aku boleh pergi dengan orang yang baru agar kamu bisa kembali menjalani kehidupanmu seperti sebelum hadirnya diriku dan perlakuanku. Dan jawabanmu yang tidak pernah aku sangka sebelumnya, yaitu kamu mau denganku jika aku percaya padamu. Itu menjadi jawaban dan alasan kenapa aku masih tetap berjalan ke arahmu dan mencoba untuk menjelaskan juga mengekpresikan semua rasa yang aku miliki padamu. 

Memang tidak bisa dengan cara yang lazim dilakukan olehku kepada orang-orang sebelum kamu. Aku mencoba untuk lebih mengendalikan semua emosi yang sebenarnya akan menjadi sangat baru bagimu. 

Aku mencoba untuk memperlihatkan bahwa semua ini memang nyata dan apa adanya bukan sesuatu yang bisa kita hindari lagi.


Dulu, aku mencoba memegang tanganmu saja tidak pernah, dan sekali bisa pun hanya bersalaman seperti orang pada umumnya. Tapi kini memegang tanganmu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan. Meskipun pada awalnya terasa aneh dan menjadi lebih tidak masuk akal lagi saat kamu mengizinkanku untuk bisa memegang tanganmu hanya agar aku bisa tenang dan nyaman saat bersamamu. Ada momen ketika kamu juga menggenggam tanganku dengan erat mengisyaratkan bahwa jangan lagi pergi dengan yang lainnya. 

Bagiku, ketika memegang tanganmu adalah sesuatu yang menenangkan ketika hari-hariku sedang tidak baik-baik saja. Aku bisa bercerita dan mengungkapkan perasaanku yang lebih mendalam. 


Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bahkan beberapa bulan sudah kita lalui. Aku bisa mengekspresikan rasaku dengan cara menciummu untuk pertama kalinya setelah sekian lama kita berjalan. Aku yang sudah bisa mengerti bagaimana sifatmu, bahagiamu, marahmu, sedihmu, lelahmu, dan kebingunganmu. Dan kamu yang sudah paham bagaimana rasaku. Kita yang sudah sama-sama mengerti situasi apa yang sedang kita hadapi, dan kita yang sudah sangat menerima kenyataan bahwa kita memang memiliki ikatan meskipun harus tetap menjaga perilaku kita di depan manusia yang sudah bisa dipastikan bahwa mereka tidak akan pernah menerima apa yang terjadi di antara kita. 

Kita yang harus berakting seolah-olah hanya sebatas dua orang yang saling membenci dengan saling mencaci. Meskipun pada awalnya ada rasa sakit dalam hatiku ketika harus berpura-pura menjadi biasa di depan mereka, tapi aku belajar untuk kembali memahami situasi yang sedang terjadi di antara kita hanya agar kita tidak kembali terpisah seperti dulu. 

Mungkin itu menjadi perjanjian yang paling aneh yang pernah aku lakukan selama hidupku. Tapi aku bisa menjalaninya dengan penuh antusias dan semangat yang menjadi natural, sehingga tidak ada satu orang pun yang menyadari kedekatan kita yang sebenarnya. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang kita lakukan ketika hanya berdua. 


Di tengah rasa bahagia dan banyaknya kebingungan atas hubungan kita, aku menyimpan rasa takut yang menyelimuti sejauh ini. 

Aku yang takut kalau saja ada yang melihat dan menyadari apa yang terjadi di antara kita, hingga pada akhirnya kita harus kembali terpisah seperti dulu lagi. Dan selain itu kita masih mempunyai pasangan masing-masing. 

Aku yang masih mempunyai seseorang yang kenyataannya hubunganku dengan dia adalah hubungan yang serius dan sudah terjalin hampir 8 tahun. Kamu yang sudah mempunyai orang spesial seperti yang biasa kamu ceritakan. 

Tapi selama apa pun hubunganku bersama dia, bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan denganmu, tapi semua itu sudah menjadi hubungan yang hambar bahkan aku hanya berpura-pura menjalaninya sejak 2 tahun lalu ketika aku mempunyai masalah besar dengan orang terdekatku dan hanya kamulah yang membantuku melewati masa-masa itu. Mungkin itulah alasan kenapa aku tidak pernah bisa menjauh dari rasa yang pada awalnya hanya menjadi obat dari perjalanan pahitku kala itu. Dan aku sangat berani untuk mengatakan bahwa dia yang kini masih menjadi pasanganmu tidak akan pernah bisa menyamai perlakuanku kepadamu selama ini. 

Tapi aku tidak akan mencoba untuk bersaing dengannya, tanpa bersaing pun aku masih tetap memenangkan rasa yang pada awalnya tidak pernah kamu rasakan sebelumnya dari dia bahkan dari orang-orang yang pernah ada dalam hidupmu. 

Dan kamu pun tidak perlu berprilaku yang berlebihan, dengan menjadi dirimu apa adanya saja sudah cukup bagiku. 


Lantas, apakah kita akan tetap dalam kebingungan seperti ini? 


Jatuh Hati (Fase 1)




Dulu, pada awal tahun 2015, saat aku memutar lagu Raisa yang berjudul Jatuh Hati, aku hanya menyukai liriknya yang sebenarnya tidak pernah related dalam kehidupanku. Aku pernah beberapa kali mengirim pesan melalui Instagram kepada Raisa dan selalu dijawab. Aku juga pernah menyampaikan kepadanya bahwa hampir semua lagu-lagunya selalu related dengan kehidupanku, termasuk yang berjudul Jatuh Hati. Kalau penasaran isi chatnya bisa saya share. 


Pada tahun 2022, setelah setahun aku mengabaikan pesanmu, aku kembali teringat dirimu dan melanjutkan percakapan yang sempat tertunda itu. 

Aku tidak pernah mengenal dirimu sebelumnya. Meskipun berkali-kali kamu berkata bahwa kamu sudah mengetahuiku sebelumnya. Beberapa minggu yang lalu kamu membahas kapan itu terjadi. Dan aku masih benar-benar tidak pernah tahu kalau kamu selalu ada di antara orang-orang yang sudah biasa aku temui.


Aku memang tidak pernah mempunyai keinginan lebih kepadamu. Bahkan sejak aku ada sedikit konflik dengan orang terdekatku pun aku hanya bercerita tanpa pernah berharap kamu akan mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupku. Lagi pula kamu bukan orang terdekatku yang mempunyai kewajiban untuk membantuku melewati masa-masa tersulit dalam perjalanan hidupku kala itu.

Tapi pada kenyataannya secara tidak langsung kamu hadir di saat aku membutuhkan telinga untuk mendengar keluh kesah yang aku pendam selama itu.

Pada saat itu umurmu masih berada dalam keadaan yang belum stabil. Belum stabil untuk orang lain pada umumnya. Tapi kamu sudah bisa mencerna semua rasa yang aku keluhkan dan aku sampaikan secara mendalam dan benar-benar rinci. Memang, responmu kala itu tidak sebaik yang mungkin jika aku sampaikan kepada orang lain selain kamu, mereka akan lebih mudah untuk memberi respon dengan lebih baik darimu. Tapi pada saat itu aku memilihmu untuk menjadi orang yang aku percaya akan mengerti semua yang aku rasakan. 


Bulan Mei 2022.

Seiring berjalannya waktu, kamu sudah mengetahui siapa diriku dengan cukup jauh. Aku pun untuk pertama kalinya menemuimu orang yang sudah membantuku melewati salah satu masa terkelam dalam hidupku. 

Aku baru benar-benar melihat sosokmu secara langsung dengan jiwa yang aku pikir tidak baik-baik saja kala itu. Mendengar suaramu secara langsung yang terbata-bata seperti ada rasa canggung saat kamu mulai menyadari bahwa aku bisa mendengar dan memahami dengan caraku yang hanya menatap wajahmu dengan menyimpan beribu perasaan yang tidak pernah terungkapkan sebelumnya. Di balik wajah ceria itu aku melihat jiwa rapuh yang sangat mustahil bisa diungkap hanya dengan bertanya "apa kabar".

Kamu benar-benar bisa menyimpan luka itu dengan sangat rapi. 

Aku bukan ahli dalam bidang menebak. Tapi pengalamanku berkali-kali berada dalam situasi yang mungkin melebihi keadaan terburukmu, aku bisa mahir hanya dengan melihat matamu meskipun hanya sepintas. 

Tapi pada saat itu aku tidak pernah berani untuk mencoba bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Aku masih menyimpannya untuk menjadi pembahasan jika suatu saat kita dipertemukan dengan waktu yang bisa memberimu ruang untuk berbicara secara jujur dan benar-benar terbuka kepadaku. 


Setelah sekian lama kita berkenalan dengan cara yang tidak lazim, kita selalu dipertemukan dengan kebiasaan buruk tapi begitu menyenangkan kala itu bahkan sampai saat ini. Ada rasa yang membuatku nyaman ketika bersamamu, ada rasa yang hilang saat aku jauh darimu dan ada rasa yang tidak bisa aku kendalikan saat aku hanya memikirkannya tanpa pernah aku memberitahumu tentang apa yang sebenarnya aku rasakan. 

Tapi pada saat itu aku hanya mengungkapkan yang mungkin tidak terlalu mendalam. Karena pada dasarnya aku hanya jatuh hati kepadamu. Aku hanya ingin di dekatmu tanpa pernah ada rasa ingin memilikimu apalagi menjadi bagian dalam kehidupanmu. 

Aku benar-benar tidak pernah menunggu jawaban atas semua ungkapan yang pernah aku sampaikan. Pada saat itu yang ada dalam pikiranku hanyalah bisa dekat denganmu tanpa perlu ada balasan apa pun darimu. 


Aku bahagia. 

Tapi rasa bahagia itu tidak terlalu lama aku rasakan. 

Karena sebuah kebodohanku, aku harus rela menjauhimu hingga kita tidak pernah berkomunikasi lagi dalam waktu yang begitu lama. 

Aku yang memang dimilki oleh orang lain, sedangkan kamu yang mungkin masih berputar dalam pikiran dan kebingungan atas semua yang sudah terjadi.


Di tengah perasaan dan keadaan asing yang kita jalani, berkali-kali kita bertemu dengan cara yang tidak pernah kuduga. Waktu dan tempat yang selalu mempertemukan kita dengan cara yang tidak bercanda. Karena kita benar-benar merasa asing dan seperti orang yang tidak pernah saling mengenal bahkan seperti dua orang yang tidak pernah berkomunikasi dan menguatkan satu sama lain. Kita benar-benar menjadi asing dan semakin lama semakin jauh hingga aku mencoba untuk melupakanmu meskipun itu tidak pernah mudah untuk aku lakukan. Hari-hariku seperti kembali kosong dan hampa tanpa pernah berharap akan adanya hari esok dalam hidupku. Mungkin akan terdengar berlebihan atau terlalu mendramatisir. Tapi bisa dibayangkan betapa sulitnya aku mencoba kembali hidup sendiri tanpa adanya orang yang selalu ada dalam setiap kabar yang aku sampaikan. 


2 tahun pun berlalu. 

Selama itu pula aku kembali menjalani kehidupanku seperti biasanya. Aku bertemu dengan orang lain. Mencoba untuk mencari kebahagiaan dan menerima beberapa rasa sakit sendirian tanpa pernah lagi aku bisa membaginya dengan dirimu. 


Setelah sekian lama tidak bertemu, kita kembali dipertemukan oleh keadaan dan situasi yang selalu tidak pernah aku kira sebelumnya. Dan sejujurnya itu membuatku tidak pernah nyaman. Begitupun dirimu. Aku melihat wajah yang dengan sengaja berpaling dari tatapan yang seharusnya bisa kamu kendalikan. Tapi nyatanya kamu tidak bisa berbohong atas semua yang sudah terjadi. Sepintar apa pun kamu menyembunyikannya dengan berbagai cara, aku masih tetap bisa melihat bagaimana kamu menatap dengan wajah lugumu tapi dengan mata yang dalam dan penuh perasaan. 

Aku tidak sedang mengada-ada atau terlalu berlebihan menceritakan bagaimana keadaan kala itu, keadaan di mana kita terpaksa harus kembali berkomunikasi lagi tanpa pernah ingin terlihat ada yang tidak baik oleh orang lain di sekitar kita. Hingga pada akhirnya kita bisa kembali menjalani kebersamaan sampai tiba saatnya kita kembali terpisah karena kehidupanku bukan untuk bersamamu dan kehidupanmu yang tampak tetap terlihat baik-baik saja meskipun tanpa diriku. 


Aku mencoba untuk tidak pernah mencari tahu tentang dirimu sekalipun jarak kita tidak pernah jauh mulai saat itu. Aku menahan untuk tidak pernah menghubungimu sebesar apa pun keinginanku untuk menemuimu. 

Aku berusaha untuk mengalihkan perasaan yang masih tersimpan dalam dan terus mencoba untuk menghindari hampir setiap tempat dan kesempatan agar tidak pernah bertemu denganmu lagi. 

Tapi seberapa tebal dan tinggi tembok penghalang yang aku bangun, semudah itu pula runtuhnya pertahananku hanya dengan cara sederhana saat kamu mengajakku untuk bertemu. 


Sejak kita kembali bertemu dan berkali-kali menghabiskan waktu bersama, rasa ini semakin besar dan tidak bisa aku kendalikan lagi. 

Bagaimana mungkin rasa kagum akan dirimu yang aku simpan selama ini tidak pernah bisa aku hapus apalagi aku ubah menjadi rasa yang biasa. Karena aku jatuh hati padamu bukan karena parasmu, bukan karena hartamu, bukan pula karena perlakuanmu. Tapi ada alasan yang tidak pernah bisa aku deskripsikan secara lisan ataupun tulisan. Dan mungkin alasan yang tidak bisa aku pastikan adalah aku tetap memilihmu karena itu adalah kamu, sebagai diri kamu. 


Tapi, bagaimana bisa aku hanya kagum dan jatuh hati padamu selama itu? 

Ini bukan cinta 'kan?