Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Selasa, 27 Agustus 2024

Selain Dirinya (Part 1)



Cindy sudah menyelesaikan tugasnya sebagai seorang Ibu, ketika anak laki-lakinya yang kedua membaca ijab kabul bersama wali dari anak perempuan yang akan menjadi menantu Cindy nantinya. 

Masih dengan semua rencana indahnya Cindy, kedepannya dia akan menghabiskan masa tuanya dengan tenang meskipun hanya bergantung pada usaha salon kecil-kecilan yang dia bangun di samping rumah yang sudah dia miliki sejak masih bekerja di ibu kota dulu.


Tapi tampaknya Cindy harus menunda rencana indahnya kali ini tentang menjalani masa tuanya dengan indah itu, karena dia tengah mengandung anak dari laki-laki yang dijuluki Pak Sekdes.

Karena beberapa waktu sebelumnya Cindy sudah meyakinkan diri bahwa anak yang dikandungnya memang anak dari hasil hubungannya dengan Pak Sekdes bukan dengan Pak Aparat yang hampir setiap Jumat sore mengajaknya ke villa. 

Ataukah anak dari laki-laki yang lain? 


Selain Dirinya, aku bertemu dengan banyak orang juga berbagai kisah di dalamnya. Cinta, uang, rasa sakit, kesenangan dan kebahagiaan.


***

Part 1 


Ketika manusia mengetahui hal yang dapat menghancurkan mentalnya, tidak sedikit dari mereka yang malah menyerah dan berhenti untuk menjalani hidupnya. Tapi tidak berarti bagi orang yang sudah terbiasa bertemu dengan badai kehidupan, entah bersama seseorang ataupun sendirian. Karena faktanya dia sudah membiasakan diri dengan hal-hal yang sejatinya akan membuat semua manusia pasti bertemu dengan gelombang yang akan menerpa. Sehingga tidak ada celah dan kesempatan untuk menghindar apalagi berlari selain tetap berdiri hingga saat di mana badai itu selesai dengan masanya.

Karena tugas manusia itu bukan menyelesaikan apalagi menghindar, melainkan hanya bertahan dan kembali berjalan.


***


Setelah menunggu cukup lama di lobi, akhirnya ada seorang pria berkemeja putih dibalut dengan jas hitam sambil menjinjing tas laptop menghampiri Cindy. 

Dia adalah Andika. Pria yang Cindy kenal tempo hari di karaoke tempatnya bekerja.

Andika hanya seorang pria yang sedang berusaha untuk mengikuti apa yang biasa dilakukan oleh teman-teman kantor sebayanya jika sedang ada kegiatan ke luar kota seperti saat ini. Dia bukanlah pria kesepian apalagi pendiam, apalagi dia juga sudah menjalani 5 tahun berumah tangga. Andika benar-benar sedang menikmati hasil kerja kerasnya untuk mencoba hal-hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Salah satunya adalah membeli jasa seperti yang Cindy jual. 


Bagi Andika ini adalah hal baru, tapi tidak bagi Cindy. 

Keluar masuk hotel bagi Cindy bukanlah sesuatu yang asing. Bertemu dengan orang-orang seperti Andika juga bukan pertama kalinya. Tidak terhitung berapa banyak pria yang Cindy temui dalam situasi juga kondisi yang keadaannya hampir sama seperti Andika saat ini. Tentu saja Cindy sudah paham harus memperlakukan pria yang mulai mengajaknya masuk ke kamar tipe deluxe yang berada di lantai 5 hotel itu. Terpampang jelas nama Andika Prayoga di ID card ber-lanyard merek lokal dengan logo sebuah bank ternama. 


Keesokan paginya hanya Andika yang terlihat berada di lantai 2 untuk sarapan. Sedangkan Cindy masih membaringkan tubuhnya di atas kasur berukuran kings size yang entah sudah dipakai berapa ratus orang seperti dia dan Andika semalam.

Cindy terbangun karena iPhone 13 pemberian salah satu kepala dinas PU beberapa bulan lalu itu berdering. Aplikasi WhatsApp-nya dibuka dan ditekan calling back.

Tertulis nama Anakku 1. 

Azka adalah anak pertama Cindy hasil dari sebuah hubungan singkat dengan pria keturunan Tionghoa 19 tahun lalu. Berpisah karena keluarga dari laki-laki pertama yang dia temui itu sudah jelas tidak mengakui keberadaan Cindy dan Azka. Hingga akhirnya Cindy harus berjuang sendiri untuk membesarkan anak laki-laki pertamanya.


19 tahun yang lalu Cindy pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga bersama saudaranya. 

Saat itu dia baru berusia 16 tahun. Kehidupan di kampung bukanlah hal yang menarik bagi seorang gadis yang putus sekolah karena kedua orang tua Cindy sudah meninggal pada saat dia masih belia. Cindy dituntut untuk membantu kehidupan ketiga adiknya yang pada saat itu masih harus meneruskan sekolah. 

Berawal karena mempunyai keinginan untuk membantu perekonomian keluarga, dibawa bekerja oleh saudaranya yang sebelumnya memang sudah bekerja di rumah mewah itu, tapi malah bertemu dengan anak majikan yang seumuran dengannya. Tentu saja pada saat seusia mereka bukanlah cinta yang dirasakan. Sekalipun sumpah cinta janji terucap, tapi pada kenyataannya hanya hasrat yang malah menghancurkan segalanya untuk Cindy seorang. Karena bagi si anak majikan itu bakanlah suatu kehancuran melainkan sebatas pengalaman buruk dan tidak akan berdampak apapun bagi kehidupan ke depannya. Sedangkan Cindy hanya bisa menangis dan di dera menyesal tiada arti. 

Meskipun mendapat uang pesangon sekaligus uang tutup mulut juga untuk sekadar biaya persalinan, semua itu hanya berbentuk sementara bukan selamanya. 


Cindy pun menekan 6 angka PIN m-banking di ponselnya lalu mengirim bukti transfer kepada Azka. 

Ibu dan anak itu sedang sama-sama berjuang untuk menjalani kehidupannya agar mempunyai masa depan yang lebih baik. 

Cindy dengan segala usahanya melakukan apa saja mencari biaya untuk Azka kuliah. Sedangkan Azka sedang berjuang dengan tekun belajar agar nantinya mendapat hasil yang bagus, berharap akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibanding Cindy, Ibu yang selalu menyayanginya, Ibu yang berjuang hingga tidak peduli dengan norma yang ada. 

Karena bagi Cindy, anak adalah segalanya. 


Sekitar pukul 9 Cindy sudah selesai mandi kemudian terdengar suara pintu dibuka dari luar. 

Andika menghampiri Cindy yang sedang sibuk menata jilbabnya. Tentu saja Cindy sudah ahli dalam berkamuflase, penampilannya bisa menipu siapa saja yang melihatnya. 

Seperti belum kenyang dengan sarapan pagi, Andika masih kelaparan ketika melihat Cindy dengan penampilan barunya. Dirangkulnya Cindy seraya berkata kalau nanti akan ditambah lagi untuk uang over time-nya. 

Cindy pun tersenyum sambil mengangguk.


***


Di antara banyak aturan yang sudah Tuhan tulis dalam berbagai banyak kitab-Nya, selain harus berdoa dan bersabar, Dia tidak menulis bagaimana caranya bertahan menghadapi cobaan yang sebenarnya Dia pula yang memberikan cobaan itu.


***


Kepulangan Cindy dengan perut membesar tentu saja menjadi buah bibir para tetangga di kampungnya. Apalagi usianya belum genap 17 tahun kala itu. Selain mempermalukan keluarga, dia juga tidak mempunyai harapan untuk melanjutkan hidupnya lagi. Dia merasa bahwa nasibnya sudah berakhir. Mental Cindy benar-benar hancur. 


Selain merasakan perutnya yang semakin hari semakin membesar, hari-hari Cindy hanya diisi dengan penyesalan yang semakin hari semakin mendalam. 

Kesehariannya seakan tidak pernah bertemu dengan indahnya mentari lagi. Dia hanya merasakan bagaimana gelapnya dunia tanpa adanya waktu yang berputar. Mimpi-mimpinya yang baru dia tulis sudah terhapus begitu saja tanpa ada harapan akan terwujud lagi. Jangankan untuk mempunyai mimpi lagi, mempunyai harapan untuk melanjutkan hidup saja sudah tidak ada baginya. 

Seandainya waktu bisa diulang, dia tidak akan pernah menyentuh rasa penasaran apalagi termakan janji dari seorang remaja yang baru dia kenal beberapa Minggu itu. 

Tapi apa daya bagi Cindy, semua itu sudah terjadi. 


Memasuki usia kehamilannya yang ke 5 bulan, Cindy dibawa oleh Neneknya ke klinik yang cukup jauh dari rumahnya. Karena dia menghindari gunjingan tetangga yang semakin hari semakin tidak bisa dikendalikan bagaimana mulut mereka memojokkan dan menjatuhkan. Seakan-akan mereka adalah orang-orang tersuci yang tidak pernah melakukan kesalahan seumur hidupnya. 

Di klinik itu kebetulan ada USG yang sedikit lebih baik. 

Ketika pemeriksaan berlangsung, air mata Cindy tidak berhenti mengalir. Selain masih diselimuti kabut penyesalan, dia juga tidak bisa melupakan pria yang meskipun tidak sadar akan janjinya, tapi Cindy sangat sadar dengan perasaannya pada saat menyerahkan harga dirinya. 

Ketika Dokter membacakan hasil pemeriksaan kehamilan Cindy, seketika wajah murung Cindy berubah seolah ada cahaya yang kembali menyinari dunianya. 

Calon anaknya berjenis kelamin laki-laki dan dalam keadaan yang sehat. 

Apalagi saat Cindy melihat wajah mungil yang ada di kertas Termal Ultrasound hasil USG berwarna hitam itu. 

Harapan untuknya kembali bertahan hidup dan mulai menuliskan beberapa mimpi yang sempat tertinggal kini tercipta kembali. Itu semua karena dia bisa menerima kenyataan bahwa ada nyawa lain yang tidak berdosa yang harus dia perjuangkan. 


Meskipun dia berjuang sendiri tanpa pria yang pernah membuatnya sempat terpuruk, dengan memaafkan dirinya sendiri dan menerima keadaan terburuk dalam hidupnya, Cindy bisa kembali bangkit dan lebih siap untuk berjalan lagi.


***


Ketika Cindy baru memejamkan matanya sebentar, tiba-tiba Ayah Kalbar menelpon. Ketika Cindy menjawab panggilan itu, ternyata dia diminta untuk datang ke sebuah hotel terbaik yang tidak jauh dari gedung dengan lambang sate di atasnya. 


Cindy harus berjuang demi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 


***


Next. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁