Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Kamis, 16 November 2023

Nugraha is My Name (part 6)

 

Nugraha is My Name (part 6)


PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


--------


"Hati yang gembira adalah obat untuk semua sakit".


--------


Pada bulan November 2015 adalah saat dimana aku merasa tidak percaya diri akan kemampuan untuk menghadapi banyak hal, terutama dengan adanya cobaan yang menurutku sangatlah berat pada saat itu. 

Aku dihadapkan dengan kenyataan yang menyedihkan, menghancurkan, aku merasa terpuruk, sedikit sulit untuk menerima kenyataan bahwa aku benar-benar mengalami hal itu. 


Jam 9 pagi setelah menyelesaikan administrasi pendaftaran dan lain-lain, aku diarahkan ke suatu ruangan untuk diambil darah dan melakukan tes kehamilan. (Nggak deng masa iya aku hamil) :) haha

Setelah selesai melakukan berbagai prosedur, aku menunggu hasilnya keluar dengan hati yang campur aduk tapi masih dengan berlagak seperti menjadi orang yang bisa menenangkan diri sendiri yang pada kenyataannya adalah aku sedang kebingungan juga.


Karena yang sebenarnya terjadi adalah aku menangis, stres, bingung, dan marah dengan keadaan yang ada. 

Apalagi ketika dokter membuka amplop dan membacakan juga menjelaskan hasil tesnya. Rasanya jantungku berhenti disaat mendengar itu, mulutku ternganga, mataku sedikit melotot, dan aku tidak bisa berkata apa-apa. 


Ketika keluar dari rumah sakit sambil membawa berkas hasil pemeriksaan medisku, aku berjalan menuju sebuah tempat makan yang tidak jauh dari RS, KFC atau McDonald's Salemba ya aku sedikit lupa. 

Yang jelas aku seperti orang yang baru tersambar petir disiang bolong, aku makan, minum, bahkan aku juga merokok, tapi dengan tatapan yang kosong. 

Aku belum tau harus berbuat apa kedepannya. 

Seharusnya sebelum aku memutuskan untuk melakukan semua tes itu, aku harus sudah mempersiapkan langkah selanjutnya jika terjadi apa-apa harus bagaimana, kemana dan berbicara kepada siapa. 

Saat itu aku sedang benar-benar jauh dari keluarga, tentu saja aku menyukai kebebasan. Karena semua itu yang selalu aku inginkan dan aku lakukan. 


Dalam waktu seminggu berkali-kali aku bertemu dengan dokter spesialis untuk berkonsultasi, bertemu dengan banyaknya grup pendukung sebaya untuk meminta saran, dan selebihnya aku menyendiri. 

Di sebuah kost gang 13 jalan Buncit Raya yang tidak jauh dari RS JMC, Jakarta Selatan.

Aku menghabiskan waktu untuk berpikir dan membuat rencana kedepannya harus seperti apa.

Tidak mungkin aku terus menerus hanya meratapi nasib yang sama sekali bukan akhir dari segalanya. 

Tentu saja aku masih ditemani dengan minuman kesukaanku, Absolute Vodka rasa Vanilla. Rasanya enak banget. Ada pahitnya tapi after taste-nya itu terasa menyegarkan. Aku juga masih bertemu dengan beberapa orang yang sebelumnya pernah aku temui. Tapi aku tidak pernah cerita dengan apa yang tengah aku alami kala itu. 

Kita tetap have fun, pergi ke bioskop, makan, dugem dan nongkrong khas anak Jakarta seperti biasanya.

Ya, sedikit membantu pada saat itu.


Sebulan kemudian aku kembali ke Bandung untuk bertemu dengan beberapa teman dekat dan beberapa keluarga yang sebelumnya cukup aku percaya saja, Ai Wanti (perihal aku pernah menikah dan mempunyai anak juga dia sudah tau sejak lama). 


Namanya Teh Cindy. 

Dia adalah teman pertama yang aku beri tau. Karena aku merasa kita sudah cukup dekat, meskipun pada saat itu baru 1 tahun kita kenal, tapi kami sudah saling percaya seperti adik dan kakak. 

Dia memberiku semangat. 

Pertemanan kita sampai saat ini, bahkan dia menjadi perias pengantin untuk adikku saat menikah, Neng Arum.


Keluarga pertama yang aku beri tau adalah sepupuku, namanya Ai Wanti. 

Aku tidak ingat kenapa memilih dia pada saat itu.

Selain dia adalah orang pertama yang sudah tau aku "pernah memiliki anak", mungkin karena dia yang selalu online terus dalam berhubungan untuk memberi kabar pada saat aku melanglang buana kesana kemari.

Dan kebetulan juga ada kesempatan untuk membicarakannya secara langsung sambil membawa semua hasil pemeriksaan medisku. 

Oh ya, di sudut timur taman alun-alun Bandung, tempat dimana pertama kali aku mengenalnya. Mengenal orang yang sampai saat ini pun masih ada di hatiku. 

Bertepatan dengan perkenalan dengan calon suami Ai Wanti kala itu, jadi tidak terlalu banyak yang bisa aku bicarakan kepadanya, hanya intinya saja. 


Setelah berbagi apa yang kurang lebih 1 bulan aku pendam, rasanya bebanku sedikit berkurang. Aku sudah bercerita kepada mereka yang sebenarnya. 

Aku mulai ke tahap penangangan dan pengobatan. Aku juga meyakinkan diri bahwa aku akan mampu melewatinya, dan jika kedepannya aku dihadapkan dengan situasi yang sama, aku sudah tau langkah apa yang harus aku ambil dan aku lakukan. Dengan segala keyakinan jika memang mungkin lebih dari ini pun aku akan lebih percaya lagi bahwa aku akan mampu untuk melewatinya lagi dan lagi.

Terbukti setelah sekian lama aku tidak lagi merasa bersalah atas diriku. Bahkan aku merasa bersyukur atas semua itu, aku semakin percaya bahwa apapun masalahnya, seberat apapun cobaan yang aku dapat, jika aku yakin bahwa aku akan mampu mengatasi dan melewatinya, pasti semuanya akan baik-baik saja.

Ya, sekarang aku sedang benar-benar baik-baik saja. 

Meskipun masih terkadang sebulan sekali harus bertemu psikiater atau konselor untuk mendapatkan obat, semua orang harus mempunyai mental yang stabil dan sehat kan?


--------


2016 


Pada awal tahun 2016 aku kembali pulang ke rumah. 

Mencoba lebih dekat dengan keluarga. 

Masih tetap pulang pergi ke Bandung untuk berobat dan bertemu beberapa orang. 

Mungkin ada sedikit support dari keluarga tapi aku juga mempunyai banyak keinginan untuk yang lainnya, beli baju baru, kuota internet yang lumayan boros, ingin ganti HP, aku juga mempunyai keinginan untuk mengganti motor pada saat itu. 

Aku sempat bertemu dengan seorang pejabat daerah dari Sumatera Barat yang sebelumnya sudah aku kenal dari tahun 2015.

Ada juga yang bekerja sebagai pengurus pajak di kota Bandung.

Mereka memenuhi semua kebutuhanku, salah satu dari mereka memberiku uang untuk membeli motor, laptop dan HP. 


Saat itu kalau tidak salah ada acara di rumah kakak sepupuku di Banjaran, tempat aku pernah bersekolah SMP, aku pergi kesana sekalian untuk pindah lagi ke Bandung.

Pada kesempatan itu aku bertemu banyak keluarga, salah satunya adalah dengan sepupu jauhku, namanya Neng Nia. 

Dia melihatku dengan tatapan mata yang penuh tanda tanya dan curiga. 

Kami bertukar cerita dan membahas artikel yang saat itu baru aku tulis dan sangat viral dikalangan pembaca. 

Kebetulan juga pada saat itu dia sedang menjalani pendidikan kedokteran di universitas Maranatha Pasteur, sedangkan aku tinggal di kota Bandung juga. 

Kami pun bertukar kontak agar mudah jiga suatu saat ada kesempatan untuk bertemu.


Selain bertemu dengannya, aku juga bertemu dengan sepupuku yang bernama Usi. 

Sebenernya kita sudah lama saling menyimpan kontak masing-masing tapi ya kita tidak pernah bertemu duduk bersama untuk bertukar cerita atau lebih dari itu.

Kita belum sedekat seperti saat ini. 

Kebetulan juga pada saat itu ada salah satu orang yang mau mengirimkan uang untukku yang begitu banyak, tapi karena aku tidak mempunyai akun bank yang sama dengannya, aku meminjam no rekening Usi untuk titip transfer. Jumlahnya cukup banyak tapi hanya aku dan Usi yang tau. 

Cukuplah untuk pergi ke Bali selama beberapa hari. 


Seminggu kemudian aku bertemu dengan Neng Nia di J.Co yang ada di Istana Plaza. 

Kami mengobrol cukup lama, membahas tentang pribadi masing-masing, bercerita kemana saja aku selama ini, dan kemudian membahas tulisan tentang pengalamanku yang sedang menjalani pengobatan. 

Katanya, dia sudah menebak sejak kita bertemu pertama kali di acara sepupu kami. 


Singkat cerita, kami menjadi cukup dekat mulai saat itu. 

Jika ada kesempatan kami selalu bertemu untuk sekedar makan bersama atau minum kopi dan kadang menonton film.

Sekarang dia sudah pindah ke Malang ikut bersama suaminya. Oh iya, dia juga sudah mempunyai anak. 

Kami sudah jarang bertemu, tapi masih tetap  bertukar kabar melalui pesan.


Usi, sepupuku yang mungkin bisa dibilang orang paling dekat sampai saat ini. 

Kami tinggal di kota yang sama. Lokasi kami hanya berjarak kurang lebih 10 menit memakai kendaraan bermotor. Tapi sangat jarang sekali kita bertemu, bukan karena kita renggang, tapi karena kami sama-sama mempunyai kesamaan yaitu sama-sama mager AKA males gerak.

Dalam sebulan mungkin kita bertemu 1 atau 2 kali saja. 

Kita sudah saling tau dan mengerti pribadi masing-masing, selalu bertukar cerita dan informasi apapun setiap saatnya, saling mengabari tanpa diminta, apapun selalu kami ceritakan. 


Neng Nia dan Usi adalah dua orang yang membantuku melewati masa sulit pada saat itu bahkan sampai saat ini. 

Mereka tidak terus terang mengibarkan bendera untuk memberiku semangat, tapi mereka mempunyai cara tersendiri yang sampai ke hatiku dengan pasti. 


Aku sudah menganggap mereka seperti adikku sendiri.


Hikmah yang bisa aku ambil adalah bahwa memberi support kepada orang yang memang benar-benar sedang membutuhkan dukungan itu tidak perlu besar atau menggebu-gebu, yang penting terus menerus tanpa harus mempermasalahkan bagaimana awalnya atau penyebabnya. Karena mereka tidak butuh untuk dihakimi apalagi disalahkan, mereka hanya butuh untuk didengar dan dianggap. 


-------


Pada akhir tahun 2016 aku kembali bertemu dengan orang baru. 

Namanya KF. 

Seseorang yang aku kenal dari sebuah sosial media. 


--------


To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁