Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Minggu, 07 April 2024

Nugraha is My Name (part 25)

 

Nugraha is My Name (part 25)




PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


-------


Kamu pernah mendengar sebuah cerita tidak?

Cerita tentang seorang anak yang tidak bahagia disaat bertemu orangtuanya, dia tidak pernah merindukannya juga, dan bukan berarti dia membenci mereka.

Sebenarnya dia sayang kepada orangtuanya, tapi di hatinya ada yang menghalangi. 

Apa itu? 

Kata dia, trauma yang dia terima dimasa kecil yang membuat dia tidak nyaman ketika bersama orangtuanya. Dan trauma itu berlanjut sampai dia dewasa.

Karena sama sekali tidak ada perubahan, dia lebih bahagia dengan melihat orangtuanya dari jauh.

Jika bukan dia sendiri yang melindungi hatinya, maka siapa lagi yang bisa dia harapkan?

Apakah di antara kamu ada yang seperti anak ini?


-------


Setelah aku menyadari banyak hal, menelaah semua yang pernah terjadi dalam hidupku, mengingat banyak kenangan dimasa lalu dan menafsirkan juga membuka pikiran dengan benar dan sadar tentang kehidupanku berserta orang-orang yang ada di dalamnya, ternyata aku hanya anak yang tidak pernah diharapkan. 

Ya, itulah fakta yang sebenarnya hingga begitu menyedihkan bagiku. 


Sekarang semuanya menjadi terkait dan semakin masuk akal, banyak jawaban dari pertanyaan yang selama ini aku tunggu. 

Jawabannya hanya satu, ternyata benar, seharusnya aku tidak pernah terlahir ke dunia ini. 


Bertahun-tahun aku menunggu, sekian lama aku menanti jawaban beserta alasan. Sekarang aku paham maksud dan tujuan mereka yang sebenarnya. 

Perlakuannya, sikapnya, caranya dan segala hal yang aku terima dari mereka. 

Ternyata selama ini aku tidak pernah mempunyai siapa-siapa. 


Aku jadi malu karena pernah menjawab pertanyaan yang salah. 

Lahir dimana? Siapa ayahnya? Siapa ibunya? Kakek neneknya siapa? Mereka orang mana? Mempunyai saudara dimana saja? Adik dan kakak punya? Anak ke berapa? Oh, mau pulang kemana? 

Aku semakin malu karena pernah begitu membanggakan mereka yang padahal pada kenyataannya aku bukan siapa-siapa bagi mereka. Hahaha😁😂🤣


Aku terlalu lama untuk menyadari semuanya. 

Aku terlalu bodoh karena pernah menempatkan diri di antara mereka. Benar-benar tidak punya rasa malu ya aku. 

Terus, kenapa mereka tidak pernah memberi tau dan menceritakannya sejak awal? 

Ataukah mereka memang sudah memberitahuku melalui perlakuannya selama ini? 

Mungkin memang aku yang tidak pernah sadar sejauh ini. 

Aku terlalu berharap bahwa mereka akan memperlakukanku selayaknya manusia yang semestinya. Oh, memang seperti itu yang bisa mereka lakukan untukku. Semua itu sudah sangat layak untuk aku dapatkan. 


Oh, pantas saja selama ini begitu ya. 

Dalam hatiku selalu ada yang mengganjal, tidak ada rasa ketertarikan apalagi keterikatan, ya, selama ini memang hanya angan-angan dan khayalanku saja. 


Kembali teringat saat bulan Desember 2023. 

Dimana aku sedang mengurus surat pindah dari Kabupaten Cianjur ke Kota Bandung. Awalnya hanya ingin membuat kartu keluarga sendiri agar BPJS-ku bayar sendiri. Sepengatahuanku dan pada umumnya membuat surat pindah antar kota/ kabupaten itu paling sebentar membutuhkan waktu 2 Minggu. Sedangkan aku hanya kurang dari 48 jam saja sudah disetujui dan selesai bahkan sudah aku proses ke kecamatan setempat. Dalam kurun waktu 3 hari saja kartu keluarga sudah jadi, KTP memang jadinya 30 hari. Aku kurang tau juga kalau melalui badan berbayar dan yang lainnya. Aku mengikuti alur yang resmi tapi dulu aku mikirnya kok bisa ya secepat itu. 

Ya, secepat itu jalannya agar aku benar-benar pisah jauh dari mereka. 


Aku tidak akan pernah melupakan mereka, aku juga tidak akan pernah membuang kebaikan-kebaikan mereka, tapi aku juga tidak akan pernah melupakan dan membuang apalagi menghapus kenyataan yang sebenarnya terjadi,  kenyataannya bahwa memang aku tidak pernah ada di hati mereka. 


Baru kali ini aku benar-benar merasakan sakit sekaligus bahagia begitu lega. Karena aku sudah tau juga menyadari dan mencoba belajar menerima kenyataan yang selama ini tidak pernah aku perkirakan sebelumnya. Tadinya aku kira hanya mimpi. 


Dulu aku hanya mengira, ah mungkin karena aku bandel. Ah mungkin karena memang mereka sibuk dengan urusan-urusannya. Ah mungkin karena memang mereka tidak peka. Ah mungkin karena mereka yakin kalau aku bisa sendiri. 

Aku belajar hidup mandiri, belajar untuk bertahan sendiri, belajar menerima kepahitan hidup sendiri, aku belajar menyelesaikan masalah hidupku sendiri, belajar menyembuhkan rasa sakitku sendri, belajar banyak hal tentang kehidupan tanpa figur ataupun sosok ini itu sendiri, dan hingga akhirnya aku harus menyadari bahwa ternyata dari awal pun aku sudah benar-benar ditakdirkan sendiri. 

Tapi aku tidak akan pernah takut untuk sendiri. 

Terlahir sendiri, berjalan sendiri, berpulang pun akan sendiri. Lantas, kesendirian seperti apa yang harus aku takutkan? 


Pantas saja. 

Sekarang aku tau, tapi besar kemungkinan ini terjadi karena aku terlalu bersyukur atas apapun yang terjadi dalam hidupku, terlalu mensyukuri dan menerima segala hal yang sudah ada dalam genggamanku. Baik itu harta yang secukupnya, kesehatan yang seadanya dan apapun itu. 

Hingga akhirnya tidak ada lagi sedikitpun ambisi ataupun ingin seperti orang lain dengan segala pencapaian-pencapaiannya.

Tidak ada lagi rasa ingin membandingkan keadaan diriku dengan orang lain. 

Hidupku sudah terlalu tenang dan tidak khawatir dengan masa depan.

Aku sudah mencoba untuk iri terhadap orang lain (in the good way) tapi tidak pernah bisa, karena aku merasa bahwa hidupku bukan untuk suatu persaingan.

Aku berharap akan ada support system, akan ada alasan untuk membahagiakan dan membuat bangga orang selain diriku, tapi sekarang sudah bisa dipastikan semua itu tidak akan pernah bisa aku dapatkan. 

Aku sudah mampu menjadi support system bagi diriku dengan kapasitasku dari awal hingga saat ini, aku bahagia dan bangga pada diriku yang sudah bisa bertahan hingga sampai saat ini. 

Tidak ada alasan untuk terlihat dan terlibat dalam kehidupan orang lain lagi. 


Aku sedikit sedih. 

Tapi tidak apa-apa, aku akan segera baik-baik saja. Aku sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Aku akan tetap menjadi diriku sendiri dan terus mensyukuri kehidupan ini.

Penderitaan mengajarkanku akan menjadi apa nantinya, kadang begitu buruk hingga aku pernah ingin mati, tapi aku tidak akan pernah sungguh-sungguh mensyukuri kehidupan sampai merasakan sedikit dari kematian. 

Dan berkali-kali aku merasakan rasa sakit yang luar biasa sakit juga berbagai penderitaan hingga bisa aku rasakan bagaimana rasanya sedikit dari kematian. Makanya aku tidak akan pernah berhenti untuk mensyukuri kehidupanku ini. 


Ini adalah part ke 25 sekaligus yang terakhir dari Nugraha is My Name. 

Selanjutkan aku tidak akan pernah menulis tentang diriku lagi. 

Aku sudah tau siapa diriku, dari mana asalku, akan bagaimana diriku, akan kemana diriku, dan Nugraha is My Name. 


-------


Aku berlumur kotor.


Hanya karena aku berpapasan dengan orang-orang, lalu mereka berlomba-lomba menerka. 


Katanya aku tenggelam di tanah berlumpur, 

katanya aku terjatuh di kubangan kotoran sapi,

katanya aku terpelanting ke kolam berlumut.


Padahal, aku hanya terjatuh ke tanah merah.


Katanya kakiku sudah harus diamputasi,

katanya kepalaku bocor,

katanya seluruh badanku penuh dengan luka.


Padahal hanya celanaku yang sedikit robek dan tanganku sedikit lecet yang bahkan tidak sebesar goresan pensil.


Mereka yang membesar-besarkan, 

dan aku malah membiarkan.


Aku adalah aku menurutku,

dan hanya karena aku muncul dihadapan mereka adalah urusan mereka. 


Membuat mereka mengenalku utuh adalah hak mereka,

tapi tidak jika hanya mengandalkan mata bukan dengan hati.


Aku tahu dan mengerti juga memahami bagaimana jalan dan segala pilihanku bahkan dengan segala resikonya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁