PERINGATAN !
Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded.
Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif.
-------
Terkadang aku merasa berdosa ketika menginginkan seseorang untuk ada di sampingku di saat keadaanku yang tidak baik-baik saja. Meskipun pada kenyataannya aku juga kadang selalu ingin ada di saat dia sedang tidak begitu baik-baik saja.
Karena sekarang aku semakin paham bahwa tidak semua situasi itu harus bersama orang lain. Begitupun sebaliknya, dia tidak ingin ada aku berada di situasi itu. Mungkin dia juga mempunyai pemahaman yang sama bahwa dia akan baik-baik saja dengan caranya sendiri.
Sekarang aku selalu merasa baik-baik saja dalam hal apa pun. Mungkin dari segala aspek yang tidak bisa aku sebutkan secara rinci. Tapi aggaplah semuanya sedang baik-baik saja, dan yang sedang baik-baik saja ini harus tetap aku jaga, ketika sudah terjaga harus tetap bisa dilestarikan, dan ketika sudah dilestarikan pun kemudian aku harus memastikan jangka panjangnya.
Aspek di sini salah satunya adalah tentang banyak hubungan yang tengah aku jalani. Hubungan dengan orang tua dan keluarga yang aku bisa mengakhirinya dengan kalimat ya sudah. Karena pada intinya kami baik-baik saja dan akan aku jaga untuk selalu seperti itu. Selama tidak memperbesar atau mempermasalahkan, rasanya akan indah jika semua cerita tetap tersimpan dalam perasaan hingga cukup tahu tanpa pernah menjadi ucapan apalagi hingga menjadi sebuah benturan.
Hubunganku dengan teman-teman, sahabat juga cukup bisa dibilang baik-baik saja, dan mungkin selebihnya bersama orang-orang yang besar kemungkinannya akan silih berganti mengikuti irama hatiku yang ketika aku menginginkannya mereka pergi ya aku akan menghapus mereka dari kehidupanku. Menghapus kisahnya bukan berarti menghilangkan kenangannya. Lebih tepatnya adalah menghentikan cerita bersama mereka tapi tidak akan menghilangkan kenyataan bahwa pernah ada hal-hal yang hanya diri kita masing-masing yang tahu.
Tapi aku tidak pernah menyesal karena pernah mengenal banyak orang di kehidupanku. Bahkan tidak jarang aku selalu mengabadikan banyak momen melalui foto dan tulisan ketika bersama mereka yang sedang bahkan pernah ada dalam hidupku. Karena kejadian dalam hidup ini cepat berlalu, sedangkan memori itu selamanya.
Di sini aku terkadang suka bingung dengan diriku sendiri ketika sedang bersama salah satu dari mereka. Mungkin tidak banyak hal mendalam yang kita lakukan ketika bersama, tapi sekecil apa pun momen itu menjadi sesuatu yang luar biasa bagiku.
Misalkan kita hanya melakukan hal-hal sederhana seperti ngopi, main game, mengobrol hal-hal random, membahas sesuatu yang receh, atau selebihnya bertanya tentang keadaan dia pada saat itu, tapi yang masuk ke dalam memoriku seperti percikan air di atas lautan, penuh dan dalam.
Aku tidak pernah menganggap semua orang mempunyai masalah yang besar, tapi aku selalu tidak pernah tega ketika harus membiarkan seseorang berjuang sendirian untuk hidupnya.
Mungkin dia sudah terbiasa menghadapi dan mengatasi juga menyelesaikan permasalahan hidupnya sendirian, tapi rasanya akan lebih baik jika aku bisa membantu atau ada di sana meringankan bebannya walaupun hanya alakadarnya. Karena dalam pikiranku seperti ada yang belum selesai rasanya jika harus meninggalkan seseorang di tengah lautan hanya karena dia pandai berenang. Pasti dia akan lebih senang jika tetap ada orang lain yang membantunya untuk sampai ke tepian dalam keadaan yang baik-baik saja sesederhana menjadi orang yang menemaninya dalam melewati banyaknya badai dan ombak itu.
"Setelah aku kembali membaca tulisanku di atas, aku menjadi berpikir bahwa ternyata sebegitu dalamnya trauma yang aku alami."
Berjuang dengan rasa trauma itu tidaklah mudah, karena luka yang terukir dalam-dalam tidak bisa dihilangkan dengan sekali tepuk tangan. Trauma membekas dalam hati dan jiwa, membuat setiap langkah terasa berat dan setiap kenangan terkadang terasa menyakitkan.
Tolonglah, orang-orang yang berada di sekitarku, untuk mengerti dan memahami. Jangan hanya tahu menghakimi tanpa mau memahami apa yang aku alami. Karena dengan memahami, kalian bisa menjadi pelabuhan yang aman bagiku untuk berlabuh dan mencari kesembuhan.
Jangan menghakimi seseorang yang masih berjuang dengan trauma, karena kalian tidak tahu apa yang aku alami. Berikanlah empati dan dukungan, bukan kritik dan celaan. Dengan begitu, kalian bisa membantuku merasa lebih nyaman dan didengar, sehingga aku bisa lebih mudah untuk berdamai dengan diri sendiri dan bisa melewati proses penyembuhan.
Kalian melihatku baik baik saja bukan? Haha
Ternyata aku berhasil menipu kalian.
Apa kalian ingin tahu keadaanku yang sebenarnya? Aku kehilangan banyak serpihan dari diriku sendiri, aku hanya berusaha tegar dan tersenyum sembari mencari serpihan yang hilang itu.
Ada hari-hari di mana semuanya terasa penuh tapi kosong di tempat yang paling penting.
Bukan perkara tidak bersyukur, tapi ada ruang dalam diri yang tidak bisa diisi oleh siapa pun atau apa pun.
Hanya mengambang menunggu ada yang datang.
Padahal tidak ada janji dari siapa pun yang akan datang, dan salah satu bagian lucunya adalah aku tetap berdiri di sini.
Karena pergi pun tidak tahu harus ke mana.
Kadang yang membuat bingung bukan karena kehidupan ini yang berat, tapi karena sudah tidak tahu apa yang sedang dicari.
Bukan tidak tahu arah, tapi sudah terlalu sering jalan yang jauh tapi tidak menemukan apa-apa di ujung sana selain pengalaman yang katanya berharga, ya mungkin memang berharga.
Di balik semua kekosongan yang terkadang masih aku rasakan, sesekali ada tangan yang mencoba untuk mengetuk dengan tidak pernah pasti tapi tetap kunanti.
Mungkin akan menjadi biasa saja dan bahkan menjadi basi bagi mereka yang tidak pernah paham apa itu arti cinta sejati. Meskipun aku pribadi masih dengan rasa percaya diri bahwa itu bukanlah cinta melainkan hanya jatuh hati.
Tapi perlakuanku sudah menggambarkannya dengan jelas bahwa itulah yang namanya cinta tanpa ucapan apalagi harapan untuk sebuah balasan.
Dia sudah tahu bagaimana perasaanku kepadanya, tapi aku selalu meyakinkannya dan terutama diriku sendiri, bahwa itu bukanlah sesuatu yang perlu untuk dihiraukan. Karena pada dasarnya kepedulian dan rasa saling menghargai juga memberi ruang untuk satu sama lain adalah salah satu bentuk cinta yang tidak terucap apalagi menjadi hal yang harus dibahas. Dia yang mempunyai kehidupan dan dunianya sendiri, aku juga mempunyai hari-hari yang tidak harus selalu ada dia di dalamnya.
Mungkin inilah level cinta yang abstrak, tanpa harus ada pengakuan apalagi terlihat oleh mata yang memandang, tapi akan terasa dan tersadar ketika melihatnya dengan hati tanpa ada niatan untuk membenci dan menghakimi.
Tidak ada yang salah dengan cinta. Cinta hanya sebuah perasaan yang datang tanpa pernah bisa manusia kendalikan.
Karena cinta kami terlahir dari saling berbagi koneksi bukan perkara hasrat atau sebuah perbuatan yang besar kemungkinannya akan berganti menjadi hal yang Dia cela. Kembali lagi, Dia yang memberi cinta untuk kami bahkan kepada kita semua.
Lalu, apakah aku benar-benar sedang menjalani sebuah kekosongan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kamu disini!👇✌️😁