Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Selasa, 21 Mei 2024

Nugraha is My Name (Part 32)



PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 

 

-------


"Bagaimana diri kita, tergantung dengan siapa kita berdiri, berjalan dan bersama."


-------


Apakah aku sudah merasa cukup dengan kehidupanku sejauh ini? 

Hidup ini seperti perut yang dengan mudahnya untuk merasa lapar dan tidak perlu susah payah untuk membuatnya kenyang. 

Aku bukan tipe orang yang ingin hidup dalam kesendirian, tapi pada kenyataannya aku hidup sendiri meskipun tidak berarti aku berjalan sendirian. 

Bertahun-tahun sejak aku keluar dari rumah itu dan memilih untuk menyerahkan segalanya kepada takdir dan harapan untuk nasib yang selalu baik, rasanya masih jauh dari kata cukup.


Dari usiaku yang belum genap 18 tahun, aku mulai bertemu banyak orang dengan berbagai macam karakter dan cara berpikirnya yang hingga saat ini pun aku masih akan mengingat beberapa dari mereka. Bagaimana mereka berpikir, berbicara, berperilaku, dan segala hal yang sampai detik ini sedikit dan banyaknya membantuku untuk membentuk diriku yang sejatinya menjadi begini seperti seharusnya.

Jadi, ketika ada orang yang berkata, "inilah aku apa adanya dengan diriku begini adanya tanpa peduli omongan orang dan pengaruhnya", aku bisa katakan semua itu bohong. Karena pada kenyataannya jika semua orang sadar dan paham, tidak ada satu bagian dan perilaku juga perkataan yang terbentuk dari seseorang dengan begitu saja. Semua ada cerminan atau sosok dan mungkin cara berpikir yang tertuang dalam ucapan atau tulisan kemudian terolah dan terbentuk hingga akhirnya muncullah pribadi seseorang yang seperti sekarang. Entah itu baik atau buruk semua tergantung dari sisi mana orang lain bisa melihat dan mengartikannya. 

Aku masih tetap percaya dengan tidak adanya orang buruk dan jahat, karena semua orang itu tetap baik di lingkungan yang dia mau dan dalam kesempatan yang dia kehendaki. Yang membedakan adalah pemikiran dan penglihatan manusia lainnya yang memutuskan bagian mana yang akan dia pilih, sisi baik atau buruk. 


Dari sekian banyak orang yang pernah aku temui, let say kisaran menyentuh angka ribuan orang. 2010- 2023 itu 13 tahun kurang lebih 678 Minggu, anggap saja aku bertemu 4 orang baru dalam seminggu dikali 678 Minggu, kurang lebih 2.700an orang. 

Dari semua kalangan yang pernah aku temui dalam artian ada kesempatan untuk duduk dan bertukar pikiran secara langsung, ambillah 2000 orang yang betul-betul mengobrol ada isinya. 

Aku bisa menyimpulkan bahwa setiap pribadi orang itu unik.

Bahkan dengan karakter-karakter yang mereka miliki, untuk saat ini aku bisa menebak akan bagaimana akhirnya dari suatu obrolan atau pembahasan dengan seseorang akan berakhir, akan seperti apa sebuah alur berujung, dan yang lebih tidak kalah absurd-nya adalah aku bisa tahu semuanya sebelum semuanya dimulai. 

Meskipun tidak semuanya selalu benar, tapi ada rasa persiapan dalam diriku yang sudah otomatis terbentuk untuk menghadapi permulaan, proses hingga akhirnya akan seperti apa.


Aku sudah terlalu muak untuk basa-basi, apalagi diperlakukan seperti orang bodoh seolah baru terlahir kemarin sore oleh orang-orang yang baru bisa berjalan menjelang malam. 

Rasanya ingin berteriak, "hey, aing geus apal arah pembicaraan sia rek ka mana jeung naon hayang na sia!" 

Tapi aku juga harus merendam semua itu dan berpura-pura berjalan mengikuti garis dan alur yang mereka ciptakan sendiri.


Dari semua itu bukan berarti aku menutup mata dan telinga juga hati bahkan segala hal pemikiran untuk hal-hal yang baru. Karena setiap orang selalu tumbuh berbeda setiap saatnya bahkan jika ada kesempatan. Aku masih tertarik dengan tulisan-tulisan baru, dengan orang-orang baru dan karakter-karakter yang mereka miliki, juga beberapa cerita yang mengalur tanpa pernah aku tahu sebelumnya. 

Aku selalu berusaha menjadi gelas yang kosong untuk semua itu. Karena banyak hal yang belum aku ketahui di dunia ini. Ilmu-ilmu baru, pengetahuan yang menarik, cerita-cerita yang sangat menyenangkan untuk didengar, dan tidak pernah bosan untuk bertemu dengan orang-orang yang baru lagi. 


Hal positifnya sudah aku katakan di atas.

Hal negatifnya bagi diriku especially kehidupanku adalah aku seperti berjalan di dalam kolam berlumpur dengan mata yang tetap terbuka tapi isi kepala seperti dipenuhi benang yang kusut. Sangat rumit untuk aku jelaskan di sini. Tapi intinya adalah aku membutuhkan waktu untuk beristirahat dari segala hal bentuk apapun itu jika dimulai dengan pemikiran. 

Makanya belakangan ini aku sedang belajar menggunakan hati dan dengan segala perasaan yang ada di dalamnya untuk berbagai hal yang ingin aku mulai dan aku lakukan. 

Apakah lebih baik? 

Aku tidak tahu. Tapi orang-orang di sekitarku yang memang peka pasti melihat dan merasakan perubahan itu. 


Menyangkut tentang orang yang baru, rasanya untuk sesuatu yang lebih mendalam lagi aku pikir tidak akan pernah bisa. Kecuali orang itu cara berpikirnya di atas cara berpikirku atau aku yang memang menurunkan bahkan berusaha menyamai cara berpikirnya.

Tapi, apakah aku bersedia? 


Selama setahun ke belakang ini aku merasa lebih damai dan harmonis dengan keadaan diriku yang cepat menyesuaikan dalam keadaan dan segala situasi. Aku mulai mempunyai keinginan dan harapan juga sedikit ambisi yang selama bertahun-tahun terkubur. Dulu aku terlalu bahagia dengan segala hal yang aku miliki yang padahal aku sendiri saja sadar bahwa aku belum memiliki apa-apa. 


Ya, kini rasa itu mulai bangkit kembali.

Aku tidak ingin merusaknya atau terhalang oleh orang-orang juga keadaan yang sebenarnya hanya penghalang bukan yang membantuku menyertai proses langkahku kedepannya untuk menjadi lebih baik dari kehidupanku sebelumnya. 

Aku tidak akan melupakan orang-orang itu. 

Jika dia menuntunku maka suatu saat aku akan menggandengnya, jika dia menggandengku maka aku akan memangkunya suatu saat nanti, jika dia mengangkatku maka aku akan mendorongnya jika dia dalam kesulitan nantinya. 


-------


"Yang membedakan itu bukan keadaan tapi perasaan, karena di hadapan-Nya kita semua sama."

Jumat, 17 Mei 2024

Nugraha is My Name (Part 31)




PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 

 

-------


Karena aku sedang membuat image blog yang dulunya berisi tentang review yang berakhir dengan penolakan pihak Google Adsense agar menjadi lebih baik lagi, jadi di sana aku menulis tentang perjalanan hidupku khusus untuk cerita Jatuh Hati saja. 


Sedewasa ini aku masih bisa jatuh hati dengan mudahnya. Aku bukan pribadi yang mudah untuk jatuh cinta, karena kalau aku sudah jatuh cinta berarti aku sudah melewati beberapa tahapan dan besar kemungkinannya itu tidak akan pernah mudah untuk aku alami lagi. Biasanya berakhir dengan langkahku yang terhenti karena banyak hal dan faktor hingga cukup mengaguminya saja sudah lebih dari cukup.

Terkadang aku jatuh hati kepada orang dengan kepribadian yang spesifik, yaitu orang yang memiliki kehidupan atau kepribadian yang tidak bisa orang lain lihat pada umumnya. 

Mungkin orang lain akan melihat si orang ini biasa saja dengan berbagai macam perilaku dia yang biasa saja. Tapi aku selalu mempunyai cara tersendiri untuk melihat dan mengulik juga merasakan hal terdalam yang tidak bisa orang lain lakukan kepada orang tersebut. Aku bisa dengan mudah menyatukan antara pikiran dan perasaan agar bisa lebih tahu karakter dan kepribadian dari seseorang sampai ada di tahap apakah aku akan jatuh hati atau tidak. 


Apakah aku pernah berlanjut sampai ke tahap jatuh cinta? 


Selama ini (2017-2024) aku belum pernah sampai jatuh cinta, semuanya masih sebatas jatuh hati saja. 


Aku punya perspektif tersendiri tentang perbedaan antara jatuh hati dan jatuh cinta. 


Secara garis besar, jatuh hati adalah perasaan yang cenderung hanya rasa ketertarikan terhadap seseorang. Entah karena fisiknya yang menarik, penampilan, atau kepribadiannya. Tapi sejauh ini aku hanya jatuh hati karena melihat kepribadiannya saja. Tertarik karena fisik dan penampilan belum pernah.


Sedangkan jatuh cinta adalah sebuah perasaan yang lebih dalam lagi. Orang yang jatuh cinta tidak hanya tertarik dengan fisik dan penampilan juga kepribadiannya saja, melainkan sudah ada keterlibatan emosional. Orang yang jatuh cinta sudah pasti melibatkan koneksi antara dua orang. 

Untuk jatuh cinta ada beberapa hal yang bisa dibilang suatu ketertarikan karena cinta, yaitu ketertarikan fisik atau seksual, kedekatan satu sama lain dan kecocokan emosional bahkan sebuah komitmen. Jatuh cinta lebih luas dan sangat mendalam lagi. Jadi harus ada komunikasi antara dua orang. Dan biasanya kalau orang yang sudah jatuh cinta akan lebih sulit untuk pindah ke lain hati lagi. Hal seperti itu tidak bisa dirasakan oleh orang dengan perasaan hanya jatuh hati. Karena dalam perasaan jatuh hati hanya satu, yaitu ketertarikan saja dan tidak ada perihal komitmen di dalamnya. Jadi satu orang bisa jatuh hati pada beberapa orang sekaligus. 

Sederhananya, jatuh hati ini lebih ringan daripada jatuh cinta. 


Aku pribadi yang mudah jatuh hati kepada orang dengan kepribadian yang unik, tapi sejauh ini belum pernah berakhir dengan jatuh cinta.

Dan karena belum tentu berakhir dengan jatuh cinta, aku bisa dengan leluasa untuk jatuh hati lagi kepada orang lain, bahkan dalam waktu yang bersamaan sekaligus.


Beberapa kali aku jatuh hati dan beberapa kali juga berakhir dengan hilang rasa. 

Semua itu terjadi karena ada hal yang tidak bisa aku terima dari pribadi dia yang lain yang baru aku ketahui setelah mengenalnya lebih jauh. 

Beda halnya dengan orang yang sudah ke tahap jatuh cinta, keadaaan atau kondisi juga kekurangan apapun akan diterima dan ditoleransi karena orang tersebut akan lebih fokus pada kelebihannya saja.



Apakah keduanya bisa menyakitkan?

Bisa jadi, tapi menurutku rasa sakitnya berbeda. 

Karena tergantung sejauh mana perasaan itu.


Aku akan membahasnya dengan analogi saja. Mana yang lebih menyakitkan, luka gores yang hanya ada di permukaan kulit atau luka tusuk yang sudah sampai menembus ke dalam? 

Sudah pasti luka tusuk yang menembus organ karena masuk terlalu dalam. 

Hal serupa juga berlaku untuk jatuh cinta dan jatuh jati. Jatuh cinta merupakan perasaan yang lebih dalam.

Jika ada peristiwa yang tidak mengenakkan terjadi saat jatuh cinta, maka efeknya bagi mental akan lebih kuat. 


Sudah punya pasangan lalu jatuh cinta dengan orang lain bisa dikatakan sebagai hal yang salah. Sementara itu, jatuh hati dengan orang lain saat sudah punya pasangan, tidak bisa langsung dikatakan “bersalah”. Menurutku seperti itu. 

Karena jatuh cinta sudah melibatkan emosional yang lebih dalam. Pasti seseorang yang sudah memiliki pasangan ada niat untuk memiliki dan menduakan pasangannya. Kalau jatuh hati, itu sekadar kekaguman dan biasanya tidak sampai ingin memiliki dan hal-hal lebih lainnya.


Yang membuat aku bahagia ketika bersama mereka bukanlah hal-hal yang membingungkan ataupun sesuatu yang akan membuat semuanya menjadi buruk, tapi aku hanya sebatas menyukai kebersamaan, berbagi cerita, meminta solusi, saling membantu, saling mendoakan, dan hal-hal yang dilakukan oleh orang lain pada umumnya. Lagi pula aku masih mempunyai akal sehat dan memiliki kontrol atas apa yang akan dan harus aku lakukan. 

Aku mempunyai perasaan yang bisa aku simpan dan aku kendalikan, juga perilakuku yang tetap dalam aturan. 

Selama tidak keluar dari situasi dan hal yang seharusnya, rasanya tidak perlu untuk dipermasalahkan. 


Semuanya masih dalam pikiran dan juga perasaan bukan perbuatan.


---


Tidak ada seorang pun yang boleh dihukum karena apa yang dia pikirkan dan dia rasakan. 

Minggu, 12 Mei 2024

Nugraha is My Name (Part 30)




PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 

 

-------


"Tidak ada seorang pun yang boleh dihukum karena apa yang ada dipikirkannya."


---



Aku bukan tipe orang yang bisa beraktifitas di pagi hari. Tapi bukan berarti tidak pernah bisa melakukan kegiatan yang dikerjakan oleh orang lain pada umumnya, hanya saja aku terlalu menyukai suasana tenang ketika bangun tidur. Sebenarnya hanya kebiasaan kecil tapi akhirnya terus menerus aku lakukan sampai sekarang. 

Ada momen ketika pagi yang seharusnya otakku masih dalam keadaan tenang tanpa sebuah pemikiran dan perasaan juga tindakan-tindakan berat lainnya, aku mendengar sebuah obrolan tentang bagaimana kita bisa tidak terlihat oleh orang lain. Sebenarnya pendek, tapi aku menjabarkannya dengan seluas mungkin. 


Tentang apa yang ingin kita perlihatkan kepada mereka sebagai pemerhati dan pengkritik juga sedikit mengambil alih pekerjaan Tuhan yaitu menghakimi. 

Obrolannya pendek tapi inilah aku dengan keahlianku yang dengan cara berpikirku otomatis mengolah kata itu menjadi rangkaian kalimat bahkan berbagai paragraf.


Mungkin kalimatnya akan sedikit rancu, karena ucapan yang aku dengar hanya, "naon rokok kitu, nya ge aing miskin teu hayang rokok kitu patut...."

Bapaknya si H.


Semisal kita hanya menyukai rokok merek Esse dan varian lainnya, ketika ditawari rokok merek lain yang harga dan kualitasnya tidak sekelas seperti Djarum Coklat dan beberapa merek sekelasnya kita bisa menolaknya. Meskipun rokok kesukaan kita sedang habis. Karena kita punya standar dan level tersendiri untuk sesuatu yang kita sukai atau bahkan sudah menjadi bagian yang tidak boleh kita ganti hanya karena keadaan kita sedang tidak mampu untuk memilikinya. 

Lebih baik tidak merokok. 


Mungkin bisa didebat, tapi ini bukan tentang rokok. 


Intinya adalah jangan pernah terlihat seperti keadaan kita yang sebenarnya.

Marah atau sedih, bahagia atau susah, miskin atau kaya, dan apapun itu terlihatlah lain dari pada kenyataannya. Istilahnya adalah ada standar atau tidak sembarangan untuk sesuatu yang kita perlihatkan. 


Lalu aku kembali berpikir tentang pribadiku yang apa-apa selalu ditulis dan diungkapkan dengan kata-kata.


Kesedihan, kebahagiaan, keresahan, kemarahan, kekecewaan juga perasaan-perasaan yang mungkin bisa saja orang lain akan menyimpannya dengan rapat. 

Sedangkan aku? 

Tidak ada satu bagian pun yang aku tutupi dari diriku. Aku memang memakai baju, tapi orang lain bisa dengan jelas melihat bagian demi bagian yang ada dalam diriku bahkan sampai isi hatiku. 

Apalagi jika sudah ditanya, "kenapa?".


Orang-orang melihatku bertingkah, berbicara dan tertawa seperti biasa. Tidak ada yang kurang, hidupku memang nyaman dan istimewa. Tapi jika seseorang berkenan untuk mendengarkan dengan seksama, dia akan tahu bahwa ada suara isak tangis jiwaku yang sebenarnya tidak pernah berhenti. Jika seseorang memperhatikan dengan benar-benar jeli, dia akan melihat bagaimana kesenduan dan kegelisahan hati ini yang terus timbul semakin besar. Meskipun dengan berbagai cara aku sembunyikan di dalam batin akan tetap terlihat dan timbul tanpa perlu sebuah cahaya hanya dengan pancaran wajah dan tatapan mata.

Ada sedikit kepercayaan bahwa akan ada orang-orang yang cukup peka untuk menyadari semua itu dalam diriku, tapi aku juga telah belajar bahwa yang peka belum tentu peduli, hingga pada akhirnya aku memilih untuk tahu diri.


Aku pernah merasa bahwa hidupku sudah selesai. Aku sudah mengerti dan memahami, tidak ada yang bisa aku ekspektasikan lagi di dunia ini. Aku mengerti bahwa memang ada sebagian orang yang dilahirkan untuk hidup dalam cita-cita, impian, dan cerita cinta dambaan mereka. Tapi aku bukan bagian dari orang-orang itu. Aku dilahirkan hanya untuk bermimpi, mendamba tapi tidak untuk mengalaminya secara nyata. Aku pernah ada di tahap untuk garis hidupku memiliki yang aku angankan saja adalah terlalu berlebihan. 

Dan jalan takdirku tidak memiliki yang aku impikan adalah sebuah berkecukupan.

Mungkin aku terlalu merendah dan tanpa ambisi, tapi pada kenyataannya separuh jiwaku sudah rapuh perlahan hilang tanpa tersisa. 

Butuh waktu yang tidak sebentar untuk membangkitkan semangat yang sudah sekian lama terkubur kaku entah di mana. 


Tentang cinta?

Bukan tahap suka atau peduli dan sayang dengan percuma, tapi ini tentang cinta. 


Hari Selasa tanggal 11 Mei 2010.


Seketika dalam lamunan aku teringat pada saat pernah diguyur hujan. Aku sempat takut meriang dan demam. Aku mencoba berteduh di sebuah rumah yang kebetulan pada saat itu sedang dalam berantakan tapi kosong tak berpenghuni. Mencoba untuk berlindung, tapi hujan kala itu semakin deras dan sesekali disertai petir. Sehingga tetap saja membuat badanku terkena air hujan yang semakin lama semakin tidak bisa aku hindari.

Dan ini bukan tentang rumah kosong.

Aku pernah mencintai orang yang sejatinya cinta sedalam-dalamnya tanpa melihat sisi lain darinya. Terlalu gelap untuk melihat bagian darinya yang semestinya aku perhatikan sedari awal dengan segala risiko dan kemungkinannya.

Hingga pada akhirnya aku harus merasakan bagaimana sakitnya terbuang oleh sang pemilik rumah itu sendiri. 

Sejak saat itu aku tidak pernah merasakan bagaimana rasanya mencintai dengan tulus lagi. Dan mungkin tidak akan pernah bisa untuk aku berani mendekatinya dengan tidak ataupun secara sadar. Aku lebih memilih untuk sendiri seumur hidupku daripada harus merasakan sakitnya dikhianati cinta, janji dan rasa yang timbul karenanya lagi.


Aku memang masih memiliki cinta, tapi bukan untuk sebuah hubungan apalagi untuk aku berikan kepada seseorang yang besar kemungkinannya akan mengecewakan atau bahkan meninggalkan. Hidupku tidak ingin melibatkan orang lain hanya karena masalah tuntutan atau yang katanya tertulis dalam kitab. Mungkin secara syarat yang lainnya aku bisa, tapi lahir dan batinku hanya aku yang tahu. 

Aku tidak akan pernah menyentuh yang namanya pernikahan lagi. 


Lebih baik aku mencurahkan cintaku untuk orang-orang yang ketika aku memberikannya kepada mereka, dalam diriku tidak ada perasaan apa-apa selain bahagia karena melakukannya. 

Bagiku, cinta itu bisa dengan peduli dan memperlakukan orang dengan baik. Ketika aku mampu memberi solusi, sedikit rezeki, mendengarkan, atau mungkin beberapa perlakuan baik lainnya. Tidak harus selalu ada dan memberi, setidaknya dengan mundur menjauh dan membiarkan dia bersama pilihan dan keinginannya saja itu sudah sebuah bukti cinta bagiku untuknya dan untuk orang-orang yang ingin langkah hidupnya tidak ada diriku lagi. 

Banyak hal yang bisa aku lakukan dengan cinta yang aku miliki. 


Apakah aku sudah setenang itu?

Aku tidak setenang itu, aku hanya belajar mengendalikan segala perasaanku.


Apakah aku sudah sesabar itu?

Aku tidak sesabar itu, aku hanya belajar tidak memelihara benci dan dendam yang bisa menghancurkanku.


Apakah aku sudah sekuat itu?

Aku tidak sekuat itu, aku hanya belajar menerima semua yang menjadi takdirku.


Apakah aku sudah seikhlas itu?

Aku tidak seikhlas itu, aku hanya menerima sesuatu yang tidak dapat aku ubah.