Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Senin, 25 Maret 2024

Nugraha is My Name (part 23)

 

Nugraha is My Name (part 23)



PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


-------



Laki-laki adalah logika,

sedangkan perempuan adalah perasaan.

(I don't know who by - lupa)


-------


Tidak akan sulit ataupun malu apalagi menolak untuk mengakui bahwa aku adalah orang yang selalu menggunakan keduanya, logika dan perasaan. 

Tentu saja bagi yang sudah membaca dari part 1 sampai sekarang akan tau bagaimana kehidupanku berjalan secara garis besar. 

Mungkin banyak kartuku yang sudah diketahui oleh orang lain, tapi mereka tidak tau kapan kartu selanjutnya akan keluar. 

Tapi percayalah, ketika aku bertanya satu hal kepada siapapun, maka bukan lagi tentang permainan kartu selanjutnya yang akan berjalan. 


Dulu, ketika tubuh ini masih dikendalikan oleh logika dan perasaan.

Ketika ada hal buruk yang jika menimpa hidupku maka semuanya terasa hancur, berantakan bahkan seolah hancur-lebur, seolah tak ada lagi kehidupanku untuk kedepannya. 

Aku selalu menganggap bahwa semuanya berhenti dikala mendapat ujian yang rasanya berat sekali, hanya melihat sisi terburuk dari yang ada, seperti hanya aku satu-satunya orang yang paling teraniaya oleh keadaan. 

Mendramatisir keadaan bagaikan nasib buruk itu akan terus menerus menyertaiku. 


Tapi sekarang, ketika aku sudah mampu mengendalikan logika dan perasaan. 

Semuanya hanya terasa seperti desiran angin yang berhembus lembut seraya berbisik:

itu bukan apa-apa, itu tidak seberapa, dan apapun yang terjadi aku akan tetap baik-baik saja, selalu ada hal baik dari semua yang sudah, sedang dan bahkan yang akan terjadi dikemudian hari. 


Hidupku tidak akan berhenti hanya karena aku salah melangkah. 

Perasaanku tidak akan hancur hanya karena aku salah menilai.

Pikiranku tidak akan berantakan hanya karena aku salah memilih. 

Aku masih bisa berjalan dan memulai langkah yang baru. 

Aku masih bisa merasakan bahagia dengan tidak lagi berasumsi bahwa semua orang akan tetap baik ataupun akan terus berbuat buruk terhadapku. 

Aku masih bisa berpikir positif ketika banyak hal buruk dari apa yang aku lihat, yang aku dengar dan bahkan yang aku terima seburuk apapun itu. 


Apakah aku pernah merasa takut?

Terkadang iya.

Tapi ketika aku merasa takut, aku mencoba untuk fokus pada satu hal yang nyata. Sesuatu yang benar-benar bisa dipahami dan dimengerti secara langsung.

Dulu aku sangat takut ketika menyembunyikan jati diriku kepada mereka, terutama keluarga.

Takut ditolak, takut diusir, takut dikucilkan, takut tidak diakui lagi, dan banyak ketakutan-ketakutan yang pada kenyataannya itu semua hanya ada dalam pikiranku saja. 

Karena semua itu tidak pernah terjadi. 

Mungkin ada sedikit yang tidak bisa menerima, tapi pada akhirnya mereka baik-baik saja dengan pilihan hidupku. Apalagi aku sangat bertanggung jawab dengan apa yang sudah aku pilih. 

Aku juga tidak pernah menunjukkannya di depan mereka secara langsung. Mereka tau tapi tidak pernah sekalipun melihat apa yang aku akui. 

Lagi pula aku tidak terlalu peduli bagaimana orang lain menilaiku, aku akan terus berjalan maju dengan apa yang aku yakini selama itu tidak merugikan diriku ataupun orang lain. 


Mungkin aku terlihat seperti orang yang gagal dan tidak berarti bagi orang lain, dan itupun mungkin bagi mereka yang tidak tau kebenarannya. Dan bukan tugasku untuk memperlihatkan apalagi membuktikannya kepada mereka. 

Tapi aku tidak pernah merasa bahwa aku tidak pernah ada pencapaian apapun dalam hidup, karena aku mampu bertahan sampai hari ini pun itu lebih dari apapun. 

Jika perjalanan ini ditukar, belum tentu juga mereka bisa bertahan seperti aku saat ini. 

Aku selalu yakin bahwa aku akan mampu.

Saat aku berjalan di atas tanah yang licin aku tidak takut terjatuh, karena kepercayaanku bukan pada tanah yang licin, tapi pada kemampuan kakiku yang mampu berjalan. 


Selain belajar memahami dan mengerti diri sendiri, aku juga belajar mengerti dan memahami orang lain. 

Ketika aku bisa mengerti dan sangat memahami keadaan orang lain, sesalah dan semenjengkelkannya mereka, tidak ada alasan untuk aku merasa kesal apalagi marah kepada mereka.

Karena kenyataannya marah hanya merusak keadaan dalam diriku, mungkin dengan melepaskan emosi itu ada sisi baiknya, tapi itu diluarnya saja dan bahkan hanya sementara, karena akan ada marah-marah yang lainnya. 

Dan memarahi tidak membantu mereka mengerti  dan apalagi sampai berubah sama sekali, mereka hanya takut jika aku marah lagi dan lagi. 

Dan itu pernah aku rasakan dulu. 

Dulu, bertahun-tahun yang lalu. 

Dulu disaat aku menyimpan harapan pada angan bukan kenyataan. 


-------


Dan pada akhirnya bukan tentang laki-laki atau perempuan, bukan tentang logika dan perasaan lagi, tapi tentang langkah apa dan bagaimana respon kita untuk menerima, mensyukuri dan mengambil sisi baik setelahnya.


- Nugraha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁