Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Senin, 08 Januari 2024

Nugraha is My Name (part 19)

Nugraha is My Name (part 19)




PERINGATAN !



Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


- Nugraha is my name. 


-------


Aku masih belum tau apa itu rumah? 

Tapi aku tau satu hal tentang mereka yang memiliki rumah tapi menolak untuk dijadikan rumah atau lebih memilih untuk berlindung diluar rumah. 


-------


Belakangan ini aku selalu merayakan tahun baru bersama keluarga, entah itu keluarga besar atau keluarga inti saja. Kalau kemarin aku pergi ke rumah kakakku yang di Banjaran. Pada tanggal 1-nya baru berdatangan sepupu-sepupu yang lainnya. 

Seperti biasa, bakar-bakar daging, bercanda, ngobrol-ngobrol sampai larut, sederhana tapi selalu bermakna. 


Tanggal 2-nya aku kembali ke Lengkong. 

Ada rasa kurang enak badan juga, mungkin karena kurang istirahat dan kurang minum air putih juga. Tenggorokanku sedikit radang tapi tidak berlangsung lama karena aku selalu sedia obat jika sewaktu-waktu badanku terasa kurang sehat. 


Dari tanggal 2 sampai dengan tanggal 3 aku benar-benar istirahat, makan, tiduran, nonton film, intinya benar-benar menikmati masa kesendirian dan kebebasan tanpa adanya gangguan dari luar. Aku juga sengaja tidak membuka beberapa chat kecuali yang sekiranya lumayan penting. 

Apalagi tanggal 8 mendatang aku sudah dijadwalkan bertemu dokter di RSHS untuk konsultasi perihal operasi lanjutanku. 


Pada sore hari tanggal 3, ada suara langkah kaki menuju halaman rumahku. Terdengar suara "salam" dan beberapa kali ketukan pintu. Ketika dibuka, itu adalah orang yang seminggu lalu mengumpat dan mengeluarkan kata-kata kotor juga ucapan sombongnya yang cukup menyinggung perasaanku. Tapi itu sudah berlalu, aku pun mempersilahkannya untuk masuk. 


---


Kamis, 4 Januari 2024.


Sekitar jam 7 pagi aku harus sudah siap berangkat menuju pool travel di daerah Tamansari, padahal aku belum tau akan menuju kemana travel itu nanti, tapi dengan jadwal keberangkatan jam 9 yang sudah pasti. 

Aku hanya membawa ransel dengan baju dua stel saja, tidak lupa juga aku membawa obat-obatan yang mungkin saja akan diperlukan diperjalanan nanti. 

Ya, kami janjian untuk bertemu disana saja. 

Fz. Dia mengajakku untuk pergi ke suatu tempat yang dia rahasiakan. 

Kami memang sudah tidak terikat hubungan apa-apa lagi, tapi janjiku yang akan selalu ada untuknya harus aku tepati. Meskipun pada awalnya cukup berat, selain karena masih ada sedikit rasa sakit hati, aku juga tidak bisa terlalu santai untuk pergi jauh-jauh karena tanggal 8 sudah ada jadwal untuk bertemu dengan dokter. Apalagi sangat sulit untuk mendapatkan jadwal yang kosong. Aku pun memberi syarat kepadanya, aku bisa ikut asalkan Minggu sore sudah ada di Bandung lagi. 

Singkat cerita, dia pun setuju. 

Tapi aku masih ada perasaan was-was, akan dibawa kemanakah aku? "Namanya juga surprise." Jawabnya. 


Sekitar jam 8 kami bertemu di pool travel, dia langsung memberikan tiket atas namaku dengan tujuan Bandung - Pelabuhan Merak. 

Aku cukup terkejut tapi kucoba untuk menahan ekspresi itu, aku hanya mengambil napas yang dalam dan panjang disertai dengan senyuman yang sedikit kesal. 

"Mau kemana sih kita?" 


Diperjalanan, kami mengobrol dengan tenang. Karena semua kursi penuh, kami takut mengganggu penumpang yang lainnya kalau ke-random-an kami dikeluarkan. 

Dia mengajukan beberapa syarat yang tidak boleh dilakukan selama perjalanan 4 hari 3 malam kedepan. 

Boleh share story tapi kalau bisa jangan mengobrol dengan siapa pun kecuali kepada orang terdekat saja. 

Karena dia ingin perjalanan kami ini bermakna. 

Agar lebih saling mengenal satu sama lain lagi, mengerti dan memahami secara luar dan dalam, dan yang lebih penting adalah belajar menikmati momen yang mungkin tidak akan bisa diulangi lagi kedepannya. 


Sempat terpikirkan olehku dan bertanya-tanya bahkan sedikit waspada, "Ada apa nih? Apakah karena dia mempunyai penyesalan? Ataukah ada maksud dan tujuan lainnya yang sejauh ini masih belum aku perkirakan? Atau mungkin ini kebiasaannya yang seperti dulu nothing to lose saja?" Ah ya sudahlah. Aku mencoba untuk ikut serta menikmati perjalanan ini. 


Sekitar jam 2 siang kami baru sampai ke pelabuhan Merak. 

Setelah istirahat untuk makan siang dan pergi ke toilet sebentar, kami melanjutkan perjalanan menuju kapal feri yang sudah bisa dipastikan bahwa kami akan pergi ke pulau Sumatera, pelabuhan Bakauheni - Lampung. 


Jam 4 kapal kami baru berangkat. Mungkin karena terkendala banyaknya antrian mobil besar yang masuk dan cuaca yang kurang baik, makanya jadwal keberangkatannya menjadi lebih lama. 

Diperjalanan juga cukup lama. 


Sekitar jam 7 kami baru berlabuh di pelabuhan Bakauheni. Untuk pertama kalinya aku memasuki pulau Sumatera bersama orang yang aku pikir penuh dengan kejutan tapi cukup  mengkhawatirkan. Karena aku memberanikan diri untuk mempercayakan perjalananku bersama dia yang baru beberapa hari kebelakang cukup merusak perasaanku. 

Tapi mau bagaimana lagi, aku sudah telanjur berjanji, aku juga sudah tidak bisa kembali selain ikut serta menikmati perjalanan ini dengan penuh kepercayaan dan keterpaksaan. 


Begitu sampai di pelabuhan Bakauheni, kami langsung makan malam sambil sedikit membicarakan hal-hal tidak penting seperti biasanya. 

Jam 9 lebih aku diajak berjalan kurang lebih 5 menit menuju sebuah pool travel. 

Mulai saat itu aku berhenti bertanya kepadanya, karena sudah hampir ratusan kali aku bertanya kita akan pergi kemana tapi jawabannya tidak pernah ada, aku pun hanya fokus untuk istirahat saja. 


Sesekali aku terbangun karena jalan yang bergelombang. Aku juga beberapa kali melihat jam di HP, jam 2, jam 3, jam 4 pagi mobil berhenti di sebuah tempat makan yang tidak terlalu besar. Semua penumpang turun untuk ke kamar mandi, ada yang sekedar merokok, ada juga yang sholat subuh, sedangkan aku hanya tertunduk lesu di kursi sendirian. Dia entah pergi kemana. Ada sedikit rasa menyesal, tapi "ah ya sudahlah". 

Aku membuka map dan memberanikan diri untuk menekan "my location". Tring! JALAN MUARA DUA - LIWA. Lokasi terdekat ada SMPN 1 Sukau. 

Aku tidak mau stres, aku keluar mobil, mencari dia, aku melihatnya sedang merokok dan mengobrol bersama orang-orang. Aku lambaikan tangan, tidak butuh waktu lama dia langsung menghampiriku sambil cengengesan khas-nya yang menyebalkan. 


"Kita mau kemana?" Tanyaku setengah marah. 


---


Jum'at, 5 Januari. 


Tiba-tiba pundakku ditepuk-tepuk oleh dia. Mengganggu waktu istirahatku saja. 

Jam 6:30 pagi.

Ketika aku membuka mata, tenyata kami berdua adalah penumpang terakhir dengan tujuan paling akhir juga. 

Ketika turun dari mobil, kami sudah berada di depan sebuah penginapan yang cukup sederhana. Meskipun pada akhirnya aku baru tau bahwa itu adalah satu-satunya tempat menginap terbaik yang ada di daerah itu. 


Karena aku sudah mengetahui rencana perjalanan kami akan pergi kemana saja, sekalipun aku ada di antah berantah dan jauh dari jangkauan manapun, setidaknya overthinking-ku cukup berkurang, meskipun merusak rencana kejutan yang dia sudah susun, aku ada di tahap sangat tidak peduli lagi, dalam artian salah dia sendiri kenapa main rahasia-rahasiaan segala. Sudah tau kalau aku paling tidak suka "elemen kejutan" yang membuat jantungku ini menjadi kacau balau bukan malah senang gembira bak anak kecil dikasih balon. 

Sorry. 


Setelah sarapan, kami beristirahat sampai jam 12 siang dan skip sholat Jum'at. 


Lagi dan lagi mataku tidak bisa diajak kompromi, rasa lelah karena perjalanan dan mungkin karena efek obat tidur yang aku minum, aku kurang bisa mengimbangi antusias dia yang betapa hebohnya mempresentasikan awal mula terbentuknya daerah itu. 


Setelah makan siang, datang 2 orang yang mengantarkan motor untuk kita kendarai menuju sebuah tempat wisata yang tidak begitu jauh dari sana. Tentu saja dia sudah mengatur semuanya. Aku hanya tinggal duduk manis dan diharuskan memakai kacamata hitam karena kelopak mataku sedikit menghitam karena kebanyakan minum obat tidur itu. Selain kantung mataku yang menghitam, pikiranku juga mengawang. Aku benar-benar seperti orang jompo yang mabuk perjalanan. Dia mah asyik-asyik saja. 


Setelah berkendara kurang lebih 20 menit, sampailah kami disebuah danau yang menurutku cukup indah, namanya Danau Ranau. 

Setengah eling aku mencoba untuk membuka mata dan hati juga pikirkan agar ada kesempatan untuk healing from anything meskipun bingung juga kesakitan aku karena apa, ya. Karena sejauh ini aku tidak merasakan beban atau trauma apalagi harus ada yang perlu disembuhkan. Mungkin aku mengikuti istilah healing saja seperti kebanyakan orang pada umumnya. 


Kami menaiki perahu, tapi aku tidak berani berdua karena takut mati tenggelam. Mana jauh ke kampung halaman pula. Akhirnya bertiga sama si bapaknya dan bodo amat dengan reaksinya yang mungkin dan pasti juga mendengarkan beberapa pertengkaran aku bersama dia mengenai hal-hal yang tidak penting untuk diperdebatkan ditengah danau yang bisa kapan saja ditenggelamkan oleh si bapaknya. Sungguh tidak tau malu memang, dasar. 


Kami juga menyempatkan waktu untuk membicarakan hal-hal yang belakangan ini menjadi masalah diantara kami, tentu saja setelah kami sampai di darat karena tidak mungkin juga kami membahas hal seperti itu di tengah danau bersama pemilik perahu juga. Oh Tuhan!


Jam 3 sore kami kembali ke penginapan untuk bersiap-siap melanjutkan perjalanan menuju kota Palembang. 

Aku masih belum tau tujuan utama kesana selain harus mencoba makan pempek kapal selam yang selalu dia katakan. 

Aku hanya duduk manis ditengah rasa "ngawangku" dan sesekali tertawa seperti orang tolol yang suka mabok di terminal. Aku tidak tau bagaimana reaksi penumpang yang lainnya. Untungnya aku memakai masker dan kacamata hitam, padahal sudah 2 kali minum kopi atas rekomendasi dari Neng Nia. 


Sekitar jam 5 sore kami berangkat dari Danau Ranau yang tepatnya baru aku ketahui berada di di Kecamatan Sukau, Lampung Barat. Kalau salah ya maaf, harap maklum. 


Kami 1 kali istirahat di sebuah rest area Tol Palembang - Indralaya. Tentu saja aku hanya pergi ke toilet dan kembali masuk ke mobil. Ada rasa takut tertinggal di antara pelosok negeri entah dimana pikirku. 


---


Sabtu, 6 Januari.


Sebenarnya kota Palembang adalah tempat asal keluarga ayahnya. Dulu dia pernah diajak melakukan perjalanan darat bersama keluarganya dengan rute yang sama persis seperti saat ini. Mungkin dia ingin bernostalgia?


Jam 1 dini hari kami sampai di sebuah hotel yang  tidak jauh dari universitas Muhammadiyah. 


Kami tidak langsung beristirahat, karena mungkin selama perjalanan kami sudah merasa cukup untuk tidur. Akhirnya kami memesan beberapa makanan termasuk pempek kapal selam yang selalu dia katakan. 

Sejujurnya sangat amat enak sekali. Sangat beda dari pempek yang ada di Bandung. Tapi ya sudah, it's just a food. 


Rencananya pada pagi harinya dia mau pergi ke rumah salah satu kerabatnya, mengajakku tentu saja. Tapi jiwa "plin-plan" yang semula ada di aku rupanya mulai mengakar kepadanya.

Tiba-tiba saja dia merubah rencana awalnya dan jam 11 aku diajak siap-siap untuk pergi ke bandara karena dia sudah memesan tiket untuk penerbangan jam 12:40

Penerbangan kemana? 


Untungnya jarak dari hotel ke bandara kurang dari setengah jam. 


Setelah boarding baru diketahui kalau kita akan pergi ke Solo. 

Di ruang tunggu bandara kami mengobrol seperti biasanya. Pada kesempatan itu aku bertanya dengan cukup serius alasan kenapa dia tidak jadi berkunjung ke rumah keluarganya. 

Jawabannya simple tapi aku cukup mengerti apa maksudnya. 

"Aku takut penerimaan mereka tidak seperti saat ayah masih ada." 


Aku sangat mengerti bagaimana rasanya, karena aku juga ada di posisi yang hampir sama. 

Setiap aku berkunjung ke Sumedang untuk ziarah ke makam mamah, beberapa kali menyempatkan waktu untuk mampir ke rumah nenek dan saudara-saudara yang lainnya. Rasanya memang beda saja. Aku tidak tau kenapa, entah memang karena keadaan atau adanya perubahan. Tapi aku tidak selalu memasukkan hal seperti itu untuk disimpan dalam bentuk apapun, aku menganggapnya seperti angin berlalu saja. Makanya aku lebih fokus kepada keluarga yang masih menanyakan kabarku, bertanya tentang kesehatanku, dan mereka yang masih bersedia untuk menerima kedatanganku dalam keadaan apapun.

Hal itu juga yang aku katakan kepadanya. 


Jam 3:30an kita baru landing di Solo. 


Kenapa Solo? 


Solo AKA Surakarta adalah salah satu kota yang bersejarah bagiku. Terakhir aku berkunjung pada tahun 2015 akhir sebelum medical check-up pertama. Sudah pernah aku tulis juga di blog ini entah di part berapa. 

Beberapa waktu yang lalu aku pernah bercerita tentang Solo yang menjadi destinasi jika suatu saat ada kesempatan lagi. 

Makanya dia memutuskan untuk menjadikan Solo sebagai kota terakhir untuk kita singgahi. 


Begitu sampai di bandara, kami menuju hotel hanya untuk menyimpan barang saja dan berlanjut ke sebuah tempat yang menurutku cukup indah. Mall? Bukan dong. 

Tapi ke sawah dan layang-layang juga mampir ke waduk Cengklik karena kebetulan terlewati juga. 

Aku menuju sebuah tempat namanya desa Senting, perum Mahkota Alam jalan Sutera untuk bertemu seseorang disana. 

Aku juga diajak bermain layangan oleh Yuda yang sewaktu 2015 umurnya baru 3 tahun. Sekarang dia sudah kelas 6 SD. 

Itu seru banget sih. 


Pada malam hari kita kembali ke hotel untuk beristirahat karena keesokan harinya kita harus pulang ke Jakarta dengan pesawat jam 9 pagi. 


---


Minggu, 7 Januari. 


Jam 6 kami bangun lanjut siap-siap, kemudian turun untuk sarapan. 

Jam 7 kami kembali ke kamar untuk mengambil barang dan lanjut berangkat ke bandara Adi Soemarmo. 


Jam 10:30 kami sudah sampai di bandara Halim Jakarta untuk berlanjut ke stasiun Gambir menuju ke Bandung. Tadinya mau memakai travel tapi tidak ada yang ke daerah Bandung Barat, karena tidak mungkin juga dia harus ke Bandung Kota dulu. Kalau memakai kereta dia bisa turun di stasiun Padalarang. 


---


Sekarang hari Senin tanggal 8 Januari. 


Aku sedang berada di RSHS untuk bertemu dengan dokter spesialis lagi. 

Kantung mataku masih sedikit hitam, terlihat sebam dan sayu, tapi tidak terlalu parah. 


Banyak hal yang bisa aku pelajari dari perjalanan singkat tapi jauh kemarin itu. 

Jangan pernah ragu untuk mengungkapkan perasaan dan keinginan kepada semua orang yang pantas untuk mendengarnya, bagaimana reaksi dan responnya nanti jangan terlalu dipikirkan diawal, karena bagaimana bisa tau kalau keberaniannya saja belum ada. 

Tentang menjadi diri sendiri. Tidak lagi menjadi suatu beban atau penghalang untuk mengekpresikan juga membuka jati diri kepada semua orang yang memang seharusnya mereka ketahui. Entah itu kurang baik di mata orang lain, selama kamu nyaman dan bahagia maka semua itu tidak perlu dipermasalahkan. Lagipula orang yang menyayangi kita tidak akan pernah melihat sisi tergelap yang kita miliki. Meraka akan tetap menerima kita apa adanya. 

Tetaplah menembus batas dan aturan yang ada. Tidak perlu berjalan ditengah landasan jika memang itu tidak membuatmu nyaman. Kamu bisa memilih jalanmu sendiri, kamu bisa menentukan pilihan atas dasar keinginan terdalam untuk hidup kamu. Kamu adalah kamu bukan tentang apa yang dilihat dan dipikirkan oleh orang lain. 


Selebihnya mungkin jika mau bepergian jangan mengkonsumsi obat tidur yang berlebihan. 


---


Terimakasih atas perjalanan singkat ini ya. 

Bandung, Banten, Lampung, Palembang, Solo, Jakarta dan Bandung. 


---


Orang yang membenci kita tanpa alasan, sebenarnya dia sedang membenci diri mereka sendiri.


To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁