Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Kamis, 11 Agustus 2022

Selepas Senja (Part 4)



Senja adalah waktu terindah yang aku syukuri. Kehadirannya membuat luka, pedih dan rasa sakit dalam jiwaku memudar. 
Tidak ada kata yang bisa dipaksa, langkah kaki seakan terarah tanpa sengaja, penglihatanku menjadi jelas tanpa berbayang, bersama senja hidupku terasa lebih berarti. 

(POV: Penulis)

***

Selepas Senja (4)

POV: Rangga

Setelah kelahiran Senja, kami tinggal di sebuah rumah kontrakan yang sangat jauh dari keluarga kami. Bukan ingin menjauhkan atau mengasingkan diri, tapi menjaga agar keluarga kami tidak perlu lagi menanggung malu karena perbuatan yang sudah kami lakukan.
Memulai kehidupan baru bersama keluarga kecilku, Anggun sudah menjadi istriku, Senja adalah hal istimewa yang merubah kehidupan kami berdua. 
Anggun belajar merawat Senja dengan baik, aku lebih fokus mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga kecil kami. 
Tidak ada lagi uang jajan harian, tidak ada lagi motor bagus, tidak ada lagi tempat tidur yang nyaman, pakaian juga seadanya. 
Untuk modal awal aku menjual motor kesayangakku. 
Setelah beberapa Minggu mencari pekerjaan, aku mendapat kesempatan untuk bekerja di sebuah toko bangunan. 
Pada awalnya sangat membuat tubuhku tidak karuan, mungkin memang pertama kali, tapi lama kelamaan menjadi terbiasa. 
Lelah karena bekerja seharian, tapi saat pulang ke rumah bertemu dengan Anggun dan terutama Senja semua itu hilang. 

Keluarga kami jauh dari yang namanya berkecukupan, wajar saja karena aku hanya bekerja di toko bangunan, tanpa adanya bantuan dari keluarga kami, kami hidup dengan apa yang mssih kami miliki, tapi kami merasa bahagia. Kami belajar bersyukur atas apa yang sudah kami miliki. Apalagi kehadiran Senja membuat hari-hari kami semakin bertambah bahagia. 

Masih ingat saat Senja belajar berbicara dan pertama kalinya memanggilku "Ayah". Tidak bisa digambarkan betapa bahagianya saat itu. 

Saat memasuki usia sepuluh bulan, Senja sudah bisa berjalan, pintar bicara, tawa tanpa alasan menjadikan rumah kami semakin dipenuhi keceriaan.
Satu tahun berlalu.
Kami merayakan ulang tahunnya hanya dengan kue kecil yang dihiasi gambar Angry Bird kesukaan Senja, lilin merah dengan angka 1. Kami mengundang anak-anak kecil di sekitar rumah. Cukup meriah kala itu. Meskipun tidak mewah tapi bisa membuat Senja senang. 

Masih ingat juga saat kami mengantarnya berangkat ke sekolah untuk pertama kali. 
Wajah polosnya yang berteriak tidak ingin jauh dari kami. Kami berdua melambaikan tangan dari luar gerbang sekolah mengisyaratkan bahwa, "Kamu bisa, Nak! Kamu bisa lebih baik dari kami, masa depanmu akan bahagia". 

Senja tumbuh menjadi anak yang baik dan pintar, dia sangat mengerti dengan keadaan keluarga kami. Tidak pernah rewel jika ada sesuatu yang dia inginkan. Sabar saat meminta apa yang dia mau. 

Enam tahun berlalu. 
Rasanya waktu terlalu cepat beranjak. 
Usia pernikahan kami sudah 12 tahun. 12 tahun pula kami sudah bersama. Melewati banyak kesedihan dan kebahagiaan.
Aku lupa bahwa kebahagiaan itu akan kembali memudar bahkan akan tergantikan oleh sesuatu yang tidak pernah diduga sebelumnya. Aku lupa kalau aku pernah mengalami hal seperti itu.

Suatu pagi aku mendapati pesan mesra antara Anggun dengan seorang pria. Dan yang lebih buruknya, pria itu adalah teman kami sewaktu sekolah dulu. Ini bukan pertama kalinya Anggun seperti itu. Tapi aku mencoba memaafkan dan memakluminya berkali-kali.
Mungkin setelah hidup bersamaku kehidupan Anggun terbatas, terutama pergaulannya. Harus mengurus Senja setiap hari, membantu perekonomian keluarga, apalagi penghasilanku yang tidak seberapa. 
Tapi apapun keadaannya, dia sudah berselingkuh dan mengkhianati keluarga kami. 
Semuanya menjadi membesar saat hal-hal yang tidak pernah terungkap dan tersampaikan menambah pertengkaran kami. 
Apalagi dia berkata bahwa aku sudah membawanya ke kehidupan yang menyedihkan ini. 
Saat itu aku hilang kontrol.
Anggun bersimbah darah dan tidak lagi bernapas. 
Aku panik dan...

Dan sekarang aku berada di sebuah kota yang sangat jauh dari tempat tinggalku. Meninggalkan Senja dan semua kehidupanku sebelumnya. 
Aku berlari dari apa yang harus aku pertanggung jawabkan. 

Aku tahu Senja tidak akan pernah memaafkanku, aku menghilangkan nyawa Ibunya dan membiarkannya hidup sendirian di usianta yang masih muda. 

Maafkan Ayah, Senja.

Next.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁