Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Rabu, 10 Agustus 2022

Selepas Senja (Part 3)



Mungkin dia bukan yang seharusnya aku temukan, tapi dia adalah orang yang seharusnya tidak pernah aku lupakan. 
Karena secara tidak langsung dia menyelamatkan hidupku. 

(POV Penulis)

...

Selepas Senja (3)

POV: Rahadi

Mungkin banyak orang yang sejak lahir sudah jelas dengan masa depannya, tidak perlu lagi memikirkan tentang ekonomi atau masalah keluarga lainnya.
Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang sekecewa itu dalam hidupnya. Aku juga tidak pernah bertemu dengan orang yang bertahun-tahun menyalahkan dirinya terus menerus. Tapi dia bukan orang dewasa, dia hanyalah seorang anak. 

Hidupku dipenuhi dengan banyak penyesalan dan rasa bersalah, tapi setelah aku bertemu dengan anak itu aku merasa bahwa aku harus menghapus semua itu dari diriku, dari hidupku.
Agar dia tahu dan melihat bahwa hidup ini bukan hanya tentang kekecewaan, karena masih banyak tentang kebahagiaan.

...

Rahadi Sucipto
Namaku sangat tersohor dikalangan para Dokter. Spesialis nefrologi adalah keahlianku. 
Latar belakang keluargaku sangat lekat dengan dunia pendidikan. Tidak akan heran jika aku dan semua orang disekitarku juga demikian. 

...

Setelah lulus kuliah kedokteran dan mulai membuka praktik juga menjadi Dokter spesialis di sebuah rumah sakit, tiba saatnya aku menikahi perempuan yang sudah lama aku cintai. 
Pernikahan kami begitu bahagia. Lima tahun berjalan dipenuhi dengan berbagai anugerah yang terus tanpa henti. Kami mempunyai 2 anak yang sudah berumur 4 dan 2 tahun. Keduanya laki-laki. 
Aku sangat menyayangi mereka, seperti tidak ada lagi yang patut aku sayangi di dunia ini selain keluargaku. 
Tidak pernah ada pertengkaran yang berarti, anak-anak kami sehat dan sudah terlihat pintar sejak dini. Mungkin keluargaku adalah anugerah terindah yang pernah ada. 
Tapi semua itu tidak berlangsung lama. 

...

Suatu ketika saat hari raya tiba, kami sekeluarga mau mengunjungi sanak saudara di sebuah kota yang hanya berjarak 3 jam saja.
Pagi itu seperti tidak ada firasat buruk apapun, semua perlengkapan dan persiapan sudah selesai.
Dengan menggunakan mobil, kami sekeluarga mulai bergegas berangkat, takut keburu macet kami pikir. 
Beberapa menit berlalu kami memasuki jalan tol yang cukup lengang. 
Kami mengobrol dan bercanda seperti biasa, sesekali si bungsu bernyanyi "Naik Naik Ke Puncak Gunung", kebetulan keluarga kami rumahnya dikawasan pegunungan.
Akan sangat menyenangkan meninggalkan hiruk pikuk perkotaan meksipun hanya sesaat. 
Di tengah perjalanan, si kecil merengek ingin ke toilet. Dengan sabar istriku menenangkannya dan berkata sebentar lagi Ayah akan menepi ke rest area. 
Aku pun mulai menginjak gas dan menaikkan kecepatnn. 
Tapi aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.
Sampai......

...

Saat aku terbangun ternyata sudah berada di rumah sakit dengan selang infus di tangan kiri juga perban di kepala dan kaki. Beberapa bagian tubuhku juga sangat terasa sakit. 
Pikiran terburukku adalah yang tidak ingin aku dengar, tapi semakin aku menghindari pikiran itu semakin terasa nyata saat ada petugas yang menyampaikan bahwa seluruh anggota keluargaku meninggal di tempat. 
Ya, istri dan kedua anakku meninggal karena kecelakaan yang aku sebabkan. 
Seketika aku kembali tak sadarkan diri 

...

Setelah satu tahun aku dipenjara atas kelalaian yang aku lakukan hingga menyebabkan keluargaku meninggal, kini aku mulai menata hidupku kembali. Meskipun tidak mudah, tapi hidupku harus tetap berjalan tanpa mereka yang selama ini sudah menjadi penyemangat dalam hidupku, dalam hari-hariku. 

Selain rasa penyesalan yang aku temui, aku juga menyimpan rasa bersalah yang sangat mendalam. Andai saja waktu itu aku tidak menaikkan kecepatan mobil, mungkin anak bungsuku hanya akan menangis atau hanya mengotori mobil saja. 

...

Aku memutuskan untuk pindah rumah dan meninggalkan semua kenangan. Kini aku tinggal di sebuah kota yang tidak terlalu jauh dari rumah anggota keluargaku yang lainnya.

Tapi tetap saja setiap hari rasa sesal dan rasa bersalah itu ada hingga terus menerus menghantuiku. Membuat semuanya tidak fokus lagi, hidupku sedikit berantakan. Minuman keras adalah pelarianku. 
Hingga akhirnya ada adikku yang dengan sabarnya mengingatkan bahwa hidup ini bukan hanya tentang penyesalan. 
Disela-sela kesibukkanku, dia mengajakku untuk mengunjungi panti asuhan yang dikelola oleh sahabatnya. Di sana, katanya aku bisa bertemu dengan anak-anak dengan latar dan permasalah yang berbeda pula. 
Mungkin bisa mengalihkan apa yang sudah terjadi dalam kehidupanku belakangan ini. 

Pagi itu aku tidak bekerja seperti biasanya. Aku bersama adikku berangkat ke sebuah panti asuhan yang tidak terlalu jauh dari rumah. 
Bertemu dengan banyak pasangan yang sepertinya sangat antusias seperti akan menghadiri sebuah pesta yang meriah. Aku tidak terlalu paham karena ini pertama kalinya aku ke sini. Dan lebih buruknya lagi aku tidak tahu acara apa yang sedang berlangsung. 

Ketika aku memasuki ruangan itu, aku melihat banyak mata yang berbinar memancarkan cahaya harapan. 
Tapi dari sekian banyak anak yang terlihat ceria, terlihat seorang anak yang tertunduk dan seolah tidak mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Aku dan adikku mulai memperhatikannya. Terlihat apa yang terpendam di dalam sana. Meskipun tersimpan rapat tanpa ucap, tapi aku bisa melihat dari raut wajah yang mulai memperhatikan kami yang sedari tadi tanpa berkedip. 
Kami saling bertatap.

Nama anak itu adalah Senja Sadewa. 

Next.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁