Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2025 by Personal Blog & Google

Rabu, 12 Maret 2025

Jatuh Hati (Fase 6)




Cukup sekali saja aku pernah merasa

Betapa menyiksa kehilanganmu

Kau tak terganti, kau yang selalu kunanti

Takkan kulepas lagi

Pegang tanganku bersama jatuh cinta

Kali kedua pada yang sama

(Lirik lagu "Kali Kedua" - Raisa)


.....


Aku benci saat harus bertemu denganmu lagi dalam keadaan sadar ataupun tidak. Karena akan ada banyak cerita yang menarik untuk aku simpan entah dengan tulisan ataupun lisan bersama mereka orang-orang yang aku percaya. 

Kebiasaan kita yang selalu menghabiskan waktu bersama dengan cara kita berdua saja yang tahu, entah itu direncakan atau memang dadakan seperti perasanku kepadamu yang tidak pernah aku kira sebelumnya. 

Aku enggan mengakui bahwa aku sudah ada di tahap jatuh cinta kepadamu. Karena bagiku cinta itu berada pada saat menjalin sebuah hubungan dan dalam keadaan harus berlanjut atau berakhir. Jika hubungan itu berlanjut maka aku akan menyebutnya itu cinta. 

Dalam sebuah hubungan akan ada yang namanya saling menerima, saling mendukung, saling memahami, saling berbagi, saling memaafkan dan banyak hal yang inti dari keduanya adalah sama-sama bertahan untuk sebuah hubungan, maka itu sudah dikatakan cinta. Sedangkan aku denganmu tidak ada di tahap itu. 


Antara aku dan kamu seperti sekarang ini aku bisa dengan tetap teguh dan sangat yakin menyebutnya masih dalam tahap jatuh hati saja. 

Aku benar-benar menjatuhkan hatiku kepadamu. 

Kamu, ketika aku sudah mencari penggantimu tapi akhirnya tetap kembali tertuju padamu.

Kamu, semarah dan sekecewa apa pun aku kepadamu, aku akan tetap memaafkan dan memaklumimu.

Kamu, yang sudah tahu kelemahanku ketika kesepian dan benar-benar merasa sendiri, maka aku akan segera menghubungi dan menemuimu. 

Kamu, kamu yang sudah tahu ketika aku sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja akan mencari tanganmu untuk sekadar saling berpegangan saja pun maka duniaku akan kembali baik-baik saja seolah tanganmu mempunyai kekuatan super. 

Kamu, ketika aku sedang dalam keadaan gelisah dan tidak menentu, semuanya akan kembali membaik hanya dengan cara memelukmu. 

Kamu, dari tiga tahun lalu pun sudah menjadi obat untuk segala rasa sakit yang aku rasakan. 


Aku memposisikan dirimu di atas orang-orang yang mungkin bisa memperlakukanku dengan lebih baik. 

Teman-temanku memang tidak terlalu banyak, saudara-saudaraku tidaklah sedikit seperti yang sudah kamu tahu, tapi aku tetap selalu merasa sendirian ketika aku jauh darimu.

Kamu sudah ada di titik standar dasar bagi orang-orang yang jika aku bertemu dengan mereka orang yang baru sekali pun minimal harus sepertimu. Bukan fisik dan materi tapi kepribadiannya. Karena sejauh ini orang dengan kepribadian yang membuatku jatuh hati adalah kamu. Di balik sikapmu yang menyebalkan dan membuatku kesal, tapi kamu adalah pemenang dari mereka orang-orang yang sudah aku temui, bahkan dari diriku sendiri.


Selama aku hidup sampai saat ini, aku tidak pernah mengejar dan berlari untuk seseorang yang ketika sudah dapat pun aku tidak tahu akan memperlakukannya seperti apa. Tapi aku pernah mengatakannya kepadamu bahwa ada masanya semua itu harus berakhir. Yaitu ketika kamu menyuruhku pergi atau aku yang dengan suka rela ataupun terpaksa meninggalkanmu dengan atau tanpa alasan. 

Aku benar-benar muak saat harus kembali bertanya kepadamu dengan lantang. Apakah kamu bisa menyuruhku pergi dan melupakanmu? 

Bisakah kamu berkata agar aku tidak lagi mendekatimu? 

Aku hanya butuh itu semua agar aku bisa dengan mudah untuk merasa terjatuh dan bersedih sesaat lalu bisa dengan leluasa untuk bertemu dengan orang yang baru tanpa membandingkannya denganmu lagi. 

Bukannya aku tidak tahu diri atau tidak peka akan semua respon yang kamu tunjukkan. Hanya saja aku juga selalu bingung atas apa yang kamu lakukan untukku. Aku yang tidak boleh bersama orang yang baru, tapi kamu sendiri juga tidak memberi jawaban yang pasti meskipun kamu pernah berkata bahwa semuanya terserah padaku. 

Aku yang membutuhkan sebuah kepastian dari apa yang sedang kita jalani. 

Bahkan aku tidak pernah membuat perjanjian terbodoh dalam hidupku seperti denganmu. 

Kamu yang sudah tahu bagaimana perasaanku, kamu yang sudah paham alasan atas apa yang selalu aku lakukan untukmu, kamu yang sudah begitu mengerti kenapa aku tetap memilihmu di antara miliaran manusia yang ada di dunia ini. 


Tapi aku sendiri sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa. Aku yang sudah memberikan apa pun yang aku punya. Entah itu materi, nasihat, bagaimana bersikap dan bertindak juga berperilaku bahkan tidak jarang aku memperlakukan dan mempedulikanmu dengan lebih baik dibandingkan mereka orang-orang yang pernah ada dalam perjalanan hidupku sebelumnya. 

Sedangkan aku yang hanya menginginkanmu atas waktu yang kamu miliki. 

Aku yang harus terus bertaruh dengan banyak hal hanya agar kamu lebih paham dan mengerti bahwa aku benar-benar jatuh hati padamu atas dasar kepribadian baik yang kamu miliki yang belum pernah aku temukan di diri orang lain selain kamu. 


Jatuh hati padamu adalah hal terbaik sekaligus terburuk yang pernah aku rasakan. 

Terbaik, karena aku jatuh hati padamu atas dasar kepribadian kamu. 

Terburuk, karena pada kenyataannya aku harus menunggu begitu lama untuk jawaban tanpa keraguan darimu. 


Pernah pada suatu kesempatan aku bercerita tentang orang-orang yang pernah memperlakukanku dengan tidak baik. Itu berarti aku berharap agar kamu tidak memperlakukanku dengan buruk seperti mereka. 

Aku juga pernah bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan bersama orang-orang sebelum aku mengenalmu. Itu tandanya aku cukup menginginkan akan ada banyak hal yang lebih membahagiakan setelah aku dekat denganmu. 

Ini semua tentang ekpektasi yang aku ciptakan sendiri. 

Aku yang tidak bersyukur ketika hanya dekat denganmu dan bisa menemuimu kapan saja seharusnya sudah lebih dari cukup. 

Aku yang tidak merasa cukup hanya karena aku bisa bersandar di bahumu dan memegang tanganmu. 

Aku yang tetap egois agar kamu mengatakan bahwa kita sedang menjalin sebuah hubungan pasti dan jelas di antara kita berdua. 

Aku yang tetap dengan keinginan atas waktu-waktu yang bisa kamu berikan kapan saja aku membutuhkanmu untuk berada di sisiku sedang dalam keadaan baik-baik saja atau sebaliknya. 


Seharusnya aku bersyukur hanya karena adanya kamu di dalam hidupku saja sudah lebih sangat berarti melebihi harapan-harapan yang kuinginkan. 

Aku yang lupa dan tidak mengerti bahwa kamu juga memiliki kehidupan selain denganku. 

Kebahagiaanku yang hanya ada di kamu, sedangkan kebahagiaanmu yang bukan hanya denganku. 

Sudah berkali-kali aku mengatakannya kepadamu dengan apa yang aku rasakan sekaligus alasannya. Tapi berkali-kali pula kamu dengan respon yang membingungkan. 


Tapi mulai saat ini aku akan mencoba menghapus banyak ekpektasi yang hingga akhirnya malah membuatku kecewa karenanya. 

Aku yang akan mencoba memberikan banyak waktu untukmu tanpaku dan aku yang akan berusaha untuk mengisi banyak waktu tanpa adanya kamu. 

Aku tahu bahwa hidupmu akan tetap baik-baik saja meskipun tanpa diriku. Tapi aku tidak tahu akankah hidupku lebih baik tanpa kepastian dan kehadiranmu lagi.

Tapi aku juga tahu dan sangat paham bagaimana diriku. 

Aku yang tidak tahan akan rasa rindu untuk menghubungi dan menemuimu. Aku yang selalu menantikan kabar darimu. Aku yang pasti akan tetap kembali padamu ketika sudah bertemu dengan jalan yang buntu.

Hingga pada akhirnya kita akan tetap menjalani hubungan tanpa status bahkan ucapan sesederhana aku sayang padamu. 

Hingga saat kita menyadari bahwa banyak kalimat yang tidak perlu diungkapkan tapi cukup hanya dengan perlakuan. 

Hingga kita harus tetap menjaga sikap di depan semua orang hanya agar kita tetap bisa dekat walaupun tanpa adanya ikatan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar kamu disini!👇✌️😁