Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2025 by Personal Blog & Google

Sabtu, 22 Maret 2025

Jatuh Hati (Fase 7)




Setelah semua yang terjadi, di balik sikapku yang terkadang berlebihan, di antara responmu yang selalu membingungkan, di mana semuanya menjadi jelas bahwa aku sedang dihadapkan beberapa pilihan antara harus tetap menunggumu mengekpresikan perasaanmu entah itu menolakku, menyuruhku untuk pergi, melarangku untuk menemuimu bahkan untuk sekadar memegang tanganmu lagi, entah aku yang sudah lelah mengejarmu, atau mungkin aku bertemu dengan orang yang baru juga kamu yang mungkin sudah menemukan yang lebih baik dariku. 

Karena memang sejauh ini kamu masih tidak melarangku untuk datang kepadamu, dekat denganmu, kamu yang tidak pernah menghindar dariku, bahkan kamu tidak pernah sekalipun membiarkanku untuk merasakan sendirian.

Meskipun benar adanya bahwa kamu hanya memberi respon yang seadanya, tapi aku melihat wajah itu dan merasakan perasaan yang tetap tersimpan rapat di dalam hati yang begitu sulit untuk kamu ungkapkan. 

Berkali-kali aku bertanya kepadamu tentang kejelasan kedekatan dan hubungan kita, berkali-kali juga kamu berusaha untuk merusak banyak pertanyaan itu dari obrolan kita. 


Apakah aku akan tetap egois agar mendengar jawaban itu darimu? 

Setelah dipikir-pikir lagi rasanya tidak perlu. 

Karena yang penting adalah aku akan tetap selalu ada untukmu entah dalam keadaan apa pun dirimu sekalipun kamu menghubungiku hanya dalam keadaan terdesak saja. Tapi setidaknya kamu tahu bahwa aku yang akan selalu berlari ketika kamu memanggil namaku. 

Dan rasanya yang jauh lebih penting adalah kamu yang akan tetap bersedia ada ketika kamu tahu bahwa aku sesederhana hanya sedang butuh tanganmu untuk sekadar bisa menenangkan perasaanku, kamu sudah tahu itu. 


Ketika kita hanya duduk berdua dan sibuk melakukan kegiatan masing-masing pun, aku tetap merasakan ada energi yang positif setelah itu semua terjadi. Bahkan tidak pernah ada obrolan yang penting ketika kita bersama. Sesekali mungkin ada, tapi itu hanya bisa dihitung dengan jari. Selebihnya adalah benar-benar tentang duduk berdua dan berlalu begitu saja. 

Dulu aku selalu sibuk mencari yang nyambung ketika mengobrol dan bisa membahas banyak topik. Karena aku bisa mendapatkan energi dan kebahagiaan setelahnya. Tapi setelah aku dekat denganmu lagi, dengan kita hanya duduk berdua dengan diam saja pun aku tetap merasa bahagia bahkan merasa jauh lebih aman dan nyaman bahkan lebih tenang. Karena ternyata tidak semua di dunia ini penuh dengan percakapan.


Seperti yang pernah kamu katakan kepadaku, satu hal lagi yang tidak kamu suka diriku adalah karena aku yang terlalu banyak bicara. Dan setelah ada ucapan itu darimu, aku tidak pernah lagi menyampaikan banyak kalimat seperti sebelumnya. 

Tapi aku akan tetap menyampaikannya melalui tulisan ini. 


Jaga kesehatan dan semangatmu. Semoga setiap harimu diisi dengan kebahagiaan yang membuatmu merasa bersyukur dan tersenyum. 

Aku mungkin tidak akan selalu menemanimu, tapi dukunganku untukmu tidak akan pernah hilang. Teruslah berjalan dengan percaya diri. Percayalah akan ada banyak hal baik yang menunggumu di depan dan aku selalu yakin bahwa kamu akan bisa melewati setiap tantangan dengan kuat.


Dan mungkin kamu tidak akan mendengar bahwa aku mencintaimu, karena memang pada kenyataannya aku belum sampai ke tahap itu. Entah tahap itu akan tercapai ataupun tidak, tapi aku juga ingin tetap mengatakannya, bahwa: 


Aku mau kamu sehat, tertawa, tersenyum, baik-baik saja, selalu terpenuhi, selalu diliputi bahagia, tak perlu merasa ditinggalkan dan aku mau kamu bisa menggapai semua keinginanmu. 

Kalau kamu sakit, segeralah sembuh.

Kalau kamu bersedih, segeralah pulih. 

Kalau kamu kacau, segeralah berdamai. 

Kalau kamu kecewa, segeralah tertawa. 

Kalau kamu merasa gelap, aku siap menjadi penerang. 

Kalau merasa dingin, aku siap menjadi perapian. 

Kalau kamu merasa terserat, aku siap menjadi penuntun. 

Kalau kamu merasa kesepian, aku siap ada, meskipun hanya sebagai suara jangkrik. 

Jangan pernah merasa menyakitiku, mengasihiku, merasa berdosa terhadapku dan merasa melakukan salah kepadaku.

Aku ada untukmu karena memang aku mau. 

Aku memprioritaskan kamu karena memang kamu pantas untuk diprioritaskan. 

Aku memilih untuk tinggal karena kamu memang tidak layak untuk sendirian. 

Jangan pernah bertanya kenapa, bagaimana bisa, kenapa aku rela, dan jangan pernah bertanya kenapa harus selalu kamu. 

Tugasmu cukup sebagai seseorang yang membuatku selalu merasa cukup.

Bahkan ketika nanti masa-masa kebersamaan kita ini sudah habis, aku akan tetap mengingat bahwa kamu sebagai orang baik yang telah mengisi perjalanan panjangku juga mengajariku banyak hal sesederhana bagaimana membuat orang lain bahagia itu tidak harus selalu dengan kata-kata ataupun banyak usaha, karena hanya dengan meluangkan waktu bersama saja rasanya melebihi batas harga yang mungkin sangat sulit untuk orang lain dapatkan dari orang-orang yang mereka inginkan. 


Kembali lagi tentang hubungan kita yang tidak pernah pasti dan tanpa ada kejelasan, bahkan kini pun selain tanpa status, kita juga berusaha untuk tetap backstreet. 

Dan kini aku sudah menerima semuanya dengan perasaan yang pada awalnya memang terasa berat. Sekarang aku akan benar-benar menerima juga tidak lupa untuk tetap menikmati kebersamaan yang akan mudah untuk kita lakukan. 

Entah ke depannya ada sedikit perubahan ke arah yang lebih baik atau mungkin semesta yang malah memisahkan kita dengan rasa yang tega, yang pasti aku akan tetap menerima semua kenyataan yang akan terjadi nanti. 

Karena dengan aku bisa menerima kenyataan itu, aku sudah bisa bertahan untuk hidup dan diriku sendiri. 

Tenyata kunci bertahan hidup bukanlah selalu berpikir positif, melainkan kemampuan untuk menerima keadaan dan menerima kalau hidup ini tidak selamanya tentang bahagia. Suatu saat aku akan sedih, akan gagal, akan kehilangan, akan jatuh cinta lagi, mungkin? Aku yang akan patah hati atau bahkan akan mengalami hari-hari yang sangat pahit sampai rasanya ingin mengakhirinya saja. 

Dan rasanya bagiku semua itu tidak apa-apa. 

Karena itulah hidup. 

Sebuah seni untuk terus memaksa diriku agar bisa menerima segala apa yang sudah dan bahkan akan terjadi. Aku tidak akan pernah membiarkan hidup memaksaku untuk tumbuh menjadi orang yang akan diriku sendiri benci.


Rabu, 12 Maret 2025

Jatuh Hati (Fase 6)




Cukup sekali saja aku pernah merasa

Betapa menyiksa kehilanganmu

Kau tak terganti, kau yang selalu kunanti

Takkan kulepas lagi

Pegang tanganku bersama jatuh cinta

Kali kedua pada yang sama

(Lirik lagu "Kali Kedua" - Raisa)


.....


Aku benci saat harus bertemu denganmu lagi dalam keadaan sadar ataupun tidak. Karena akan ada banyak cerita yang menarik untuk aku simpan entah dengan tulisan ataupun lisan bersama mereka orang-orang yang aku percaya. 

Kebiasaan kita yang selalu menghabiskan waktu bersama dengan cara kita berdua saja yang tahu, entah itu direncakan atau memang dadakan seperti perasanku kepadamu yang tidak pernah aku kira sebelumnya. 

Aku enggan mengakui bahwa aku sudah ada di tahap jatuh cinta kepadamu. Karena bagiku cinta itu berada pada saat menjalin sebuah hubungan dan dalam keadaan harus berlanjut atau berakhir. Jika hubungan itu berlanjut maka aku akan menyebutnya itu cinta. 

Dalam sebuah hubungan akan ada yang namanya saling menerima, saling mendukung, saling memahami, saling berbagi, saling memaafkan dan banyak hal yang inti dari keduanya adalah sama-sama bertahan untuk sebuah hubungan, maka itu sudah dikatakan cinta. Sedangkan aku denganmu tidak ada di tahap itu. 


Antara aku dan kamu seperti sekarang ini aku bisa dengan tetap teguh dan sangat yakin menyebutnya masih dalam tahap jatuh hati saja. 

Aku benar-benar menjatuhkan hatiku kepadamu. 

Kamu, ketika aku sudah mencari penggantimu tapi akhirnya tetap kembali tertuju padamu.

Kamu, semarah dan sekecewa apa pun aku kepadamu, aku akan tetap memaafkan dan memaklumimu.

Kamu, yang sudah tahu kelemahanku ketika kesepian dan benar-benar merasa sendiri, maka aku akan segera menghubungi dan menemuimu. 

Kamu, kamu yang sudah tahu ketika aku sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja akan mencari tanganmu untuk sekadar saling berpegangan saja pun maka duniaku akan kembali baik-baik saja seolah tanganmu mempunyai kekuatan super. 

Kamu, ketika aku sedang dalam keadaan gelisah dan tidak menentu, semuanya akan kembali membaik hanya dengan cara memelukmu. 

Kamu, dari tiga tahun lalu pun sudah menjadi obat untuk segala rasa sakit yang aku rasakan. 


Aku memposisikan dirimu di atas orang-orang yang mungkin bisa memperlakukanku dengan lebih baik. 

Teman-temanku memang tidak terlalu banyak, saudara-saudaraku tidaklah sedikit seperti yang sudah kamu tahu, tapi aku tetap selalu merasa sendirian ketika aku jauh darimu.

Kamu sudah ada di titik standar dasar bagi orang-orang yang jika aku bertemu dengan mereka orang yang baru sekali pun minimal harus sepertimu. Bukan fisik dan materi tapi kepribadiannya. Karena sejauh ini orang dengan kepribadian yang membuatku jatuh hati adalah kamu. Di balik sikapmu yang menyebalkan dan membuatku kesal, tapi kamu adalah pemenang dari mereka orang-orang yang sudah aku temui, bahkan dari diriku sendiri.


Selama aku hidup sampai saat ini, aku tidak pernah mengejar dan berlari untuk seseorang yang ketika sudah dapat pun aku tidak tahu akan memperlakukannya seperti apa. Tapi aku pernah mengatakannya kepadamu bahwa ada masanya semua itu harus berakhir. Yaitu ketika kamu menyuruhku pergi atau aku yang dengan suka rela ataupun terpaksa meninggalkanmu dengan atau tanpa alasan. 

Aku benar-benar muak saat harus kembali bertanya kepadamu dengan lantang. Apakah kamu bisa menyuruhku pergi dan melupakanmu? 

Bisakah kamu berkata agar aku tidak lagi mendekatimu? 

Aku hanya butuh itu semua agar aku bisa dengan mudah untuk merasa terjatuh dan bersedih sesaat lalu bisa dengan leluasa untuk bertemu dengan orang yang baru tanpa membandingkannya denganmu lagi. 

Bukannya aku tidak tahu diri atau tidak peka akan semua respon yang kamu tunjukkan. Hanya saja aku juga selalu bingung atas apa yang kamu lakukan untukku. Aku yang tidak boleh bersama orang yang baru, tapi kamu sendiri juga tidak memberi jawaban yang pasti meskipun kamu pernah berkata bahwa semuanya terserah padaku. 

Aku yang membutuhkan sebuah kepastian dari apa yang sedang kita jalani. 

Bahkan aku tidak pernah membuat perjanjian terbodoh dalam hidupku seperti denganmu. 

Kamu yang sudah tahu bagaimana perasaanku, kamu yang sudah paham alasan atas apa yang selalu aku lakukan untukmu, kamu yang sudah begitu mengerti kenapa aku tetap memilihmu di antara miliaran manusia yang ada di dunia ini. 


Tapi aku sendiri sudah tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa. Aku yang sudah memberikan apa pun yang aku punya. Entah itu materi, nasihat, bagaimana bersikap dan bertindak juga berperilaku bahkan tidak jarang aku memperlakukan dan mempedulikanmu dengan lebih baik dibandingkan mereka orang-orang yang pernah ada dalam perjalanan hidupku sebelumnya. 

Sedangkan aku yang hanya menginginkanmu atas waktu yang kamu miliki. 

Aku yang harus terus bertaruh dengan banyak hal hanya agar kamu lebih paham dan mengerti bahwa aku benar-benar jatuh hati padamu atas dasar kepribadian baik yang kamu miliki yang belum pernah aku temukan di diri orang lain selain kamu. 


Jatuh hati padamu adalah hal terbaik sekaligus terburuk yang pernah aku rasakan. 

Terbaik, karena aku jatuh hati padamu atas dasar kepribadian kamu. 

Terburuk, karena pada kenyataannya aku harus menunggu begitu lama untuk jawaban tanpa keraguan darimu. 


Pernah pada suatu kesempatan aku bercerita tentang orang-orang yang pernah memperlakukanku dengan tidak baik. Itu berarti aku berharap agar kamu tidak memperlakukanku dengan buruk seperti mereka. 

Aku juga pernah bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan bersama orang-orang sebelum aku mengenalmu. Itu tandanya aku cukup menginginkan akan ada banyak hal yang lebih membahagiakan setelah aku dekat denganmu. 

Ini semua tentang ekpektasi yang aku ciptakan sendiri. 

Aku yang tidak bersyukur ketika hanya dekat denganmu dan bisa menemuimu kapan saja seharusnya sudah lebih dari cukup. 

Aku yang tidak merasa cukup hanya karena aku bisa bersandar di bahumu dan memegang tanganmu. 

Aku yang tetap egois agar kamu mengatakan bahwa kita sedang menjalin sebuah hubungan pasti dan jelas di antara kita berdua. 

Aku yang tetap dengan keinginan atas waktu-waktu yang bisa kamu berikan kapan saja aku membutuhkanmu untuk berada di sisiku sedang dalam keadaan baik-baik saja atau sebaliknya. 


Seharusnya aku bersyukur hanya karena adanya kamu di dalam hidupku saja sudah lebih sangat berarti melebihi harapan-harapan yang kuinginkan. 

Aku yang lupa dan tidak mengerti bahwa kamu juga memiliki kehidupan selain denganku. 

Kebahagiaanku yang hanya ada di kamu, sedangkan kebahagiaanmu yang bukan hanya denganku. 

Sudah berkali-kali aku mengatakannya kepadamu dengan apa yang aku rasakan sekaligus alasannya. Tapi berkali-kali pula kamu dengan respon yang membingungkan. 


Tapi mulai saat ini aku akan mencoba menghapus banyak ekpektasi yang hingga akhirnya malah membuatku kecewa karenanya. 

Aku yang akan mencoba memberikan banyak waktu untukmu tanpaku dan aku yang akan berusaha untuk mengisi banyak waktu tanpa adanya kamu. 

Aku tahu bahwa hidupmu akan tetap baik-baik saja meskipun tanpa diriku. Tapi aku tidak tahu akankah hidupku lebih baik tanpa kepastian dan kehadiranmu lagi.

Tapi aku juga tahu dan sangat paham bagaimana diriku. 

Aku yang tidak tahan akan rasa rindu untuk menghubungi dan menemuimu. Aku yang selalu menantikan kabar darimu. Aku yang pasti akan tetap kembali padamu ketika sudah bertemu dengan jalan yang buntu.

Hingga pada akhirnya kita akan tetap menjalani hubungan tanpa status bahkan ucapan sesederhana aku sayang padamu. 

Hingga saat kita menyadari bahwa banyak kalimat yang tidak perlu diungkapkan tapi cukup hanya dengan perlakuan. 

Hingga kita harus tetap menjaga sikap di depan semua orang hanya agar kita tetap bisa dekat walaupun tanpa adanya ikatan. 


Sabtu, 01 Maret 2025

Nugraha is My Name (Part 45)



PERINGATAN !


Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 

 

-------


Terkhusus untuk kalian, A Erus, Teh Nani, Teh Omah, A Yadi, Usi, dan beberapa orang yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. 


Sepanjang perjalanan hidupku sejauh ini sudah banyak hal yang aku alami dan aku lalui juga aku rasakan dan tidak pernah lupa untuk aku syukuri hingga membentuk diriku yang seperti saat ini. Kalian adalah orang-orang yang sudah tahu bagaimana aku bisa bertahan sampai sekarang. Di balik masa laluku yang seperti kalian sudah mengetahuinya. Buruk dan baiknya aku, kalian bisa melihatnya dengan jelas tanpa perlu lagi aku menyembunyikannya dari kalian. Aku tidak ragu untuk mengungkapkan apa pun di depan kalian tanpa ada rasa akan dihakimi ataupun dijauhi. Aku bisa menjadi diriku sendiri di hadapan kalian tanpa takut untuk ditinggalkan apalagi dibiarkan. Aku benar-benar bisa telanjang di depan mata kalian atas apa yang tengah aku rasakan dan aku alami hingga benar-benar tidak harus ada bagian yang perlu ditutupi lagi dari diriku. Ya, kalian sudah mengetahuiku sepenuhnya. 


Aku mau berterima kasih kepada kalian. 

Ya mungkin aku juga perlu berterima kasih kepada orang-orang yang tidak bisa aku sebutkan di sini. Tapi pada kesempatan kali ini keseharianku adalah bersama kalian. 

Aku bisa datang kapan saja kepada kalian dalam keadaan diriku yang tidak pernah menentu. Aku tidak menyimpan rasa malu dan tidak enak untuk mengunjungi rumah kalian entah itu pagi, siang, sore bahkan pada malam hari. Pintu rumah kalian akan selalu terbuka untukku kapan pun aku mau datang. Tempat tidur akan selalu tersedia jika aku mau tidur di rumah kalian. Makanan yang akan selalu kalian tawarkan dengan kedatanganku yang sesering bersama tangan kosong tanpa membawa apa-apa. Telinga kalian akan selalu tersedia jika aku ingin bercerita tentang hal apa pun. Sampai saat ini kalian adalah orang terdekatku yang ketika aku dalam keadaan terpuruk dan sedang tidak baik-baik saja pun akan tetap menerimaku dengan lapang. 

Kalian yang tidak akan meninggalkanku jika suatu saat aku mungkin membutuhkan badan kalian untuk ada di sampingku ketika tubuh lelahku menjadi lemah terbaring dan tidak berdaya. 

Aku akan merasa hampa jika benar-benar jauh dari kalian. Jauh dalam artian emosi bukan raga. 

Aku benar-benar bersyukur bisa dekat dengan kalian sampai detik ini. 

Mungkin banyak sikap buruk yang aku lakukan di hadapan kalian. Aku yang belum bisa membalas kebaikan-kebaikan kalian. Aku juga pernah membuat kecewa kalian atas ucapan dan banyak pengakuan yang besar kemungkinannya hal seperti itu tidak akan pernah kalian terima sepenuhnya. Tapi aku yakin bahwa kalian juga akan sangat mengerti dan paham kenapa semua itu terjadi dan menjadi bagian dari diriku. 

Besar harapanku untuk bisa membuat kalian senang atas apa yang bisa aku lakukan dengan hal-hal kecil yang aku lakukan dan aku tunjukkan. Meskipun sudah bisa dipastikan tidak akan pernah sebanding dengan apa yang selalu kalian berikan kepadaku sejauh ini. Tapi setidaknya aku selalu berusaha untuk tidak pernah membuat kalian kecewa atas apa yang aku perbuat. 


Saat bulan lalu aku bertemu dengan Psikiater dan ditanya tentang siapa saja orang-orang yang membuatku bahagia ketika aku bertemu mereka, kalian adalah jawabannya. 

Memang benar. Aku tidak berkata berlebihan atau menceritakan yang terlalu bagaimana. Intinya aku merasa bahagia karena masih ada kalian di dalam hidupku. 

Sebenarnya ada orang lain yang tidak bisa aku sebutkan namanya di sini. Dia adalah orang yang tidak bisa aku buka identitasnya dan aku bicarakan di depan kalian. Alasannya adalah karena aku tetap menjaga bagian mana yang harus aku bagi kepada kalian dan menjaga bagian-bagian yang perlu tertutup rapat yang hanya aku saja yang bisa menyimpannya dengan sedikit rahasia. Ya mungkin aku mempunyai kebebasan untuk bercerita apa saja kepada kalian. Tapi aku tidak ingin membuat kalian merasa tidak nyaman atas cerita pribadiku yang tidak layak untuk aku ceritakan bersama kalian. 

Jadi, ya begitulah. Ah jadi random begini ya. 


Intinya, aku bersyukur dan berterima kasih kepada kalian. 

Aku akan selalu mendoakan agar kalian mempunyai kehidupan yang damai dan sejahtera juga tetap dalam lindungan. Semoga selalu diberi kesehatan, diberi umur yang berkah juga selalu diberi kelancaran dalam segala urusan. 

Jangan pernah berubah. Tetaplah menjadi orang baik versi kalian. Jangan pernah bosan dengan kehadiranku dalam kehidupan kalian. Semoga kita semua diberi banyak kesempatan untuk menikmati hidup yang bahagia dan damai sampai satu persatu dari kita pergi duluan. 


Di umurku yang mungkin sudah bisa dibilang cukup untuk disebut dewasa, pada kenyataannya aku masih membutuhkan orang-orang yang bisa memperlakukanku seperti anak kecil. Aku yang mempunyai kepribadian acak, entah bisa terlihat dewasa dalam bersikap dan bersosialisasi, dan terkadang aku juga masih bisa seperti anak-anak seumuran anak kalian. Jadi aku akan merasa senang jika mungkin ada kalanya sikapku yang kurang dewasa bahkan seperti anak-anak lalu kalian menegurku dan menasehatuku sebagaimana mestinya. 

Mungkin umurku tidak terlalu jauh dengan kalian. Tapi kedewasaanku hanya bisa aku kendalikan di saat berhadapan dengan orang-orang selain kalian saja. Aku hanya bisa dewasa di luar sana. Di hadapan kalian aku hanya berusaha untuk tidak menunjukkan sisi inner child-ku saja. Aku juga ingin terlihat dewasa seperti kalian. 


So, terima kasih banyak ya untuk kalian.