Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Minggu, 17 November 2024

Nugraha is My Name (Part 43)



PERINGATAN!


Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


-------


Sekarang ini aku sedang berada di fase tidak tertarik untuk menjelaskan apa pun kepada siapa pun. Karena yang mau mengerti akan cepat paham tanpa diberitahu. Yang mau tahu akan bertanya dengan antusias tanpa kumulai. Yang mau datang dan menemaniku akan selalu menjadi orang yang pertama kali bertanya dan memberi kabar tanpa aku meminta ataupun memaksa. Yang benar-benar mau menghargai akan berubah lebih baik tanpa aku memohon kepadanya. Dan yang mau tinggal akan tetap berdiri entah berapa kali aku menyuruhnya untuk pergi. Suatu hubungan itu harus saling mengerti dan menerima tanpa perlu memohon apalagi sampai memaksa untuk lebih berjuang lagi. 


-------


Setelah aku bertemu dengan Psikiater, perasaan terdalam yang selama ini tersimpan mulai berani untuk kubuka dengan penuh kepercayaan bahwa aku sudah siap untuk memaafkan dan melupakan. 

Semua orang mempunyai masa lalu, buruk ataupun baik tidak lagi menjadi alasan untuk aku terjebak di ingatan itu. Karena sekarang aku sadar bahwa ternyata terus tinggal di masa lalu adalah hal yang paling menyedihkan dibanding menghadapi kenyataan terburuk yang pernah aku hadapi selama ini. 

Jujur saja untuk memaafkan masa lalu itu adalah hal tersulit bagiku. Karena aku sudah merasakan bagaimana dampak dari masa lalu itu untuk kehidupanku saat ini. Tapi aku mulai berpikir bahwa semuanya sudah berlalu dan tidak ada alasan untukku terus hidup di masa itu. 


Tentang orang tuaku yang memperlakukanku tidak sesuai dengan harapanku. Tapi aku akan memakluminya karena mungkin itu adalah hal yang baru untuknya sebagai orang tua. Aku akan berusaha menerima dan bersyukur karena sudah terlahir di tengah orang tua dan keluarga seperti mereka. Belum tentu aku bisa hidup lebih baik jika aku terlahir di tengah keluarga yang lainnya. 


***


Tentang perasaan. 

Aku sedang berusaha untuk menyadarkan diri sendiri bahwa tidak semua orang mau dan menerima perlakuanku kepadanya sekalipun rasa sayangku begitu besar dan sangat tulus untuknya.

Tidak semua orang sanggup menerima semua rasa yang aku miliki. Rasa peduli dan rasa sayangku tidak akan pernah tepat jika orang tersebut tidak pernah menginginkanku ada dalam hari-harinya. 

Mungkin sedikit klise dan berlebihan, tapi kenyataannya aku memiliki semua rasa itu. 

Aku tidak akan pernah mengatakan kalau aku sangat bodoh jika sedang mengenal pribadi orang yang baru. Karena tingkah lakuku sudah  di luar nalar jika bertemu dengan orang yang pada awalnya aku anggap tepat. 

Aku selalu melakukan banyak hal yang menurutku sudah yang paling terbaik. Tapi semuanya akan percuma, karena aku bukanlah orang yang dia mau. 

Tapi aku melakukannya untuk sebuah kebahagiaan. 


Tentang beberapa pengorbanan. 

Aku melakukannya bukan untuk orang lain, tapi untuk kebaikan dan kebahagiaan diriku sendiri. Kalau berdampak baik dan membuat orang lain menjadi senang apalagi bahagia, ya bersyukur juga. Mungkin itu nilai baik lebih lainnya.


Banyak hal dan kejadian yang menyelamatkanku dari situasi yang jika saja aku ada di sana maka hidupku tidak akan baik-baik saja.


Semua orang mempunyai kebiasaan buruk dan kepribadian yang tidak bisa diterima oleh orang lain. Dan aku sangat tidak menyukai dan tidak bisa menerima kepribadian yang drama dan problematik. Kenapa? Karena tanpa dibuat pun semua itu sudah pasti terjadi. Maka akan lebih membingungkan lagi jika hal-hal seperti itu dengan sengaja dilakukan atas rasa sadar dan juga pilihan. 

Ternyata tanpa dia pun aku bisa baik-baik saja. 

Pertama, karena sudah muak.

Kedua, karena sudah tahu watak.

Selebihnya adalah aku bukan tipe orang yang memaksa orang yang masih ingin kebebasan.

Jika ingin pergi, justru akan aku bukakan jalannya. 

Jika ingin kebebasan, akan aku lepaskan sepenuhnya.

Jika ingin sendiri, akan aku tinggalkan selamanya.


Hal paling baik yang bisa aku lakukan untuk diriku sendiri adalah membiarkan orang pergi ketika mereka ingin pergi.

Tidak mengejar apalagi harus memohon. Aku akan membiarkan itu sakit dan kemudian akan aku biarkan semuanya sembuh.

Karena ketika aku berhenti memaksa seseorang untuk memilihku, aku jadi memiliki ruang untuk orang-orang yang ditakdirkan untukku selanjutnya.


Apakah karena perbedaan usia yang jauh? 

Oh, ayolah!

Aku juga pernah berada di usianya. Dan aku sangat paham bagaimana semua keinginan dan harapan di usia itu. Cara berpikir, cara memandang dunia, cara menyikapi masalah, dan apa pun itu pasti tidak selalu baik-baik saja bahkan sampai sekarang pun ya hidup tidak ada yang lurus-lurus saja. 

Mungkin aku akan mengatakan, tetaplah menjadi dirimu dengan versi terbaik kamu, dengan apa adanya kamu. Dan jangan berubah karena orang lain, tapi jika kamu mau berubah, maka berubahlah atas keinginan dan kebaikan diri kamu sendiri. 


Tentang orang baru.

Ternyata tidak hanya yang harus se-frekuensi. Tapi kita juga harus mencari hingga menemukan seseorang yang mau sama-sama bersyukur karena memiliki satu sama lain. Karena rasanya setiap kurangnya kita akan dirangkul dan tidak ditekan untuk menjadi sempurna.

Orang sempurna itu tidak ada. Jangankan hubungan dengan orang yang baru ditemui beberapa bulan ke belakang, hubungan antara orang tua dan anak saja pasti ada yang tidak cocoknya. Tapi semuanya kembali lagi, apakah mau menerima atau ada niat untuk berubah menjadi lebih baik atau tidak. 

Semuanya bukan lagi tentang harus satu pemikiran dan keinginan, tapi apa tujuan akhir dari sebuah hubungan itu sendiri. Jangan sampai berjuang sendirian dalam sebuah hubungan. Hubungan itu dibangun bukan dibuat. Dan untuk membangun itu harus berdua bukan sendirian. 

Berguna bagi orang lain itu baik, tapi bukan berarti harus lelah sendiri.


Apakah aku sekarang bahagia?

Ya. Aku merasa cukup bahagia. 

Karena aku bisa dan mampu melewati banyak hal yang sebelumnya pernah terpikir bahwa aku tidak akan mampu. 

Tentang orang lain yang mencoba untuk mengomentariku. 

Jangan pernah coba untuk menghakimiku, jika memang mau, berdirilah di posisiku dan berjalanlah di kehidupanku yang sudah pernah aku lewati. Mungkin kamu akan merasakan sejauh apa, sepahit apa, dan sesakit apa yang aku rasakan dalam hidupku. 

Mungkin kamu juga akan tahu betapa sulitnya menjadi pribadi yang berusaha kuat sepertiku. Berada di posisiku, belum tentu kamu akan sekuat dan setegar aku. Jadi, berhentilah mempunyai niat untuk menghakimiku.

Karena aku pribadi pun tidak pernah berani untuk menghakimi apalagi mencoba untuk membetulkan pilihan hidup yang sudah orang lain buat. Karena aku selalu yakin untuk sampai ke tahap memilihnya saja membutuhkan waktu dan pemikiran yang tidak sederhana. 


***


"Aku sedang belajar tentang membiasakan diri.

Karena akan ada banyak keadaan yang tidak akan pernah bisa aku ubah, bagaimanapun caranya".