Angga sudah belajar untuk berteman dengan sunyi, sampai dia tidak lagi peduli seandainya memang di akhir hidupnya tidak ada yang menemani.
Dan dia merasa tidak mengapa jika semua orang akan pergi, asalkan dia tidak kehilangan dirinya sendiri. Kerena baginya, manusia itu sudah terlahir sendiri dan dikubur pun akan sendiri. Lantas, kesunyian apalagi yang harus ditakutkan oleh manusia?
Mungkin dia belum bisa tinggal bersama anaknya lagi, tapi di tengah kesendiriannya dia bisa berdamai dan menerima kekosongan itu tanpa pernah berusaha untuk menempatkan siapa pun hanya agar memenuhi rasa kosongnya. Baginya, dengan menyendiri dia bisa menemukan bagian dari dirinya yang lain.
Bagi Angga, menyendiri adalah sebuah penerimaan dan kenyamanan untuk sebuah kebahagiaan yang tidak pernah dia dapatkan sebelumnya.
**
Rumah nomor 7D.
Rumah itu dihuni oleh sepasang suami istri beserta satu orang anak.
Suaminya bernama Pak Yuda dengan kesehariannya hanya berleha-leha di rumah saja. Karena dia merupakan residivis atas kasus kekerasan rumah tangga dan juga pelecehan terhadap anak tirinya. Istrinya bernama Bu Alma. Dia bekerja di sebuah kantor bersama Mita yang tinggal di rumah nomor 9D. Sedangkan anaknya bernama Dini yang kini sudah duduk di kelas 1 SMA.
**
2 tahun yang lalu.
Setelah perceraian dengan suami pertamanya, ayah dari Dini, Bu Alma pindah ke rumah kavling yang kebetulan pada saat itu sedang dalam proses pembangunan dengan promosi yang menarik untuk dibeli. Apalagi suami pertamanya tidak memiliki keuangan sebanyak Bu Alma. Makanya dengan kepindahannya dia ke rumah kavling itu menjadi sebuah pilihan tepat untuk dirinya. Selain karena dekat dengan tempat kerjanya, rumah kavling itu juga cukup dekat dengan sekolah Dini yang kala itu masih kelas 2 SMP.
Baru beberapa bulan kepindahan Bu Alma dan Dini ke rumah kavling itu, ada seorang pria paruh baya bernama Pak Yuda yang kebetulan mengontrak di rumah nomor 10D yang berseberangan langsung dengan rumah Bu Alma.
Entah karena memang sudah berjodoh atau hanya gejolak asmara di antara dua orang yang sama-sama sedang kesepian, karena tidak membutuhkan waktu yang cukup lama bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan seadanya.
Pak Yuda pada saat itu berkerja sebagai satpam di sebuah pabrik yang memproduksi sepatu terbaik di daerah itu. Dia pernah menikah juga tapi tidak memiliki anak.
Karena Pak Yuda dan Bu Alma sudah menjadi sepasang suami istri, akhirnya Pak Yuda pun pindah ke rumah di nomor 7D, rumah milik istri barunya itu.
*POV Angga.
Mungkin untuk bertemu dengan seseorang yang membuat nyaman itu tidaklah sulit jika memang keduanya sama-sama sedang mencari, sama-sama sedang kesepian, sama-sama sedang saling membutuhkan, dan sama-sama saling mencintai. Tapi cinta tidak bisa dilihat akan bagaimana ujungnya. Jangankan akan bagaimana ujungnya, bagaimana alur ceritanya saja sebagai manusia yang tidak pernah tahu akan bagaimana sebuah takdir berjalan, manusia harus dibuat was-was karena sebuah keyakinan yang diambil dalam keadaan bahagia. Karena waktu yang paling tepat untuk mengambil sebuah keputusan bukan di saat manusia itu bahagia, tapi ketika manusia sedang dalam keadaan tenang bukan perang antara perasaan dan pikiran.
Itulah yang pernah dialami oleh Angga 15 tahun yang lalu. Hingga pada akhirnya dia memilih untuk menyendiri dalam kurun waktu yang cukup lama.
**
Bu Alma yang fokus dengan rutinitasnya sebagai karyawan di sebuah kantor yang bergerak di bidang pembiayaan. Pak Yuda juga fokus dengan pekerjaannya sebagai satpam di sebuah pabrik. Sedangkan Dini yang masih kelas 6 SD juga melakukan rutinitasnya seperti anak sekolah pada umumnya.
Dini bukanlah anak yang sulit untuk bergaul dan berkenalan dengan teman-teman sebayanya di kavling itu. Terbukti dengan banyaknya teman Dini di lingkungan baru rumahnya.
Oleh karena itu, Dini bisa dengan cepat menerima kehadiran Pak Yuda sebagai ayah tirinya juga.
Bu Alma adalah sosok yang cukup perhatian terhadap anak dan suami barunya. Terbukti dengan kegiatannya yang cukup padat setiap harinya. Jam 4 subuh sudah bangun untuk menyiapkan kebutuhan anaknya pergi ke sekolah. Selain itu dia juga tidak lupa sebagai seorang istri yang harus melayani suaminya dengan sepenuh hati. Meskipun harus kembali memulai sebuah pernikahan di usia yang sudah tidak muda lagi cukup sulit bagi sebagian orang, tapi tidak berlaku bagi Bu Alma. Apalagi dia juga melihat Pak Yuda yang perhatian bukan kepada Bu Alma saja, tapi kepada Dini yang notabennya adalah anak tirinya.
Beberapa bulan pun berlalu.
Kehidupan sepasang suami istri itu berjalan dengan cukup baik. Tidak pernah ada permasalahan yang sulit untuk mereka selesaikan bersama. Apalagi keduanya juga tidak pernah memiliki permasalahan finansial. Mereka hidup dengan cukup rukun dan terlihat saling menyayangi satu sama lain.
Tapi keharmonisan rumah tangga itu tidak berlangsung lama. Karena ada sebuah kejadian yang membuat pernikahan mereka menjadi goyah bahkan hampir pisah. Bukan hanya di antara keluarga mereka saja, tapi seluruh warga kavling di sana menjadi gempar karena kejadian itu sampai diliput oleh media massa dan masuk ke beberapa TV nasional juga.
Pada suatu pagi, Bu Alma dengan rutinitasnya sebagai karyawan yang berangkat di pagi hari dan baru pulang di malam hari. Karena dia juga menjabat sebagai pimpinan cabang di kantornya. Hari itu Pak Yuda sedang mendapat jadwal shift malam. Jadi dia mendapat tugas untuk mengantar dan menjemput Dini ke sekolah.
Entah apa yang pernah dilalui dan menjadi trauma bagi Pak Yuda, karena kejadiannya begitu cepat terjadi.
Sepulangnya Dini dari sekolah, Pak Yuda memfokuskan matanya ke pintu kamar anak tirinya yang sedikit terbuka. Entah setan apa yang kala itu merasuki jiwa Pak Yuda, hingga pada akhirnya dia melecehkan dan melakukan kekerasan fisik kepada Dini. Dini pun langsung berteriak meminta tolong hingga membuat para tetangga di kavling itu pun mendatangi rumahnya.
Kejadian itu menjadi viral dan disaksikan oleh banyak pasang mata. Apalagi diperkuat dengan pengakuan dari Dini yang membuat kejadian itu menjadi sebuah kasus yang berujung Pak Yuda dibawa oleh kepolisian.
Atas kejadian itu, bukan hanya Dini yang merasa disakiti. Tapi ada Bu Alma sebagai istri Pak Yuda itu sendiri. Bukan hanya Bu Alma, tapi ada ayahnya Dini yang menuntut agar Pak Yuda dihukum seberat-beratnya.
Tapi hukuman yang diterima Pak Yuda tidak seberat itu. Karena Bu Alma menggunakan kekuatan finansialnya untuk melobi para petugas dan memilih untuk menitipkan Dini kepada mantan suaminya hanya agar dia dan Pak Yuda bisa segera bersama lagi.
**
Setelah kejadian itu mereka berdua hanya terlihat batang hidungnya sesekali saja. Sedangkan Dini hanya datang sesekali untuk bertemu dengan ibunya dikala ayah tirinya sedang tidak ada di rumah.
**
Kadang rasa cinta yang buta membuat manusia lupa bahwa dia sudah rela mengorbankan banyak perasaan hingga membuat kekecewaan bagi orang di sekitarnya. Padahal pada kenyataannya tidak ada cinta yang abadi. Kata-kata dan kalimat cinta di sebuah puisi dan lagu itu hanya untaian tanpa kepastian.
Sama halnya dengan Bu Alma yang malah memilih suami barunya yang sudah jelas telah menyakiti perasaan dan mental anaknya sendiri hanya untuk rasa yang kapan saja semua itu akan musnah dan bahkan akan menyakiti perasaan Bu Alma sendiri. Karena ada istilah akan ada yang namanya mantan suami tapi tidak akan pernah ada yang namanya mantan anak. Tapi Bu Alma tetap tidak peduli dengan perasaan sang anak yang sudah dipenuhi oleh kekecewaan yang bahkan bukan hanya kepada ayah tirinya, tapi rasa kecewa itu kini berlalu untuk ibunya. Mungkin Dini akan memaafkannya, tapi Dini tidak akan pernah melupakannya.
To be continued.
