23:30 06-07-25
Aku sedang dalam perjalanan dengan keadaan yang cukup baik-baik saja kali ini. Tidak sedang dalam perasaan yang gundah atau ada sesuatu yang perlu disampaikan kepada dunia bagaimana keadaaanku seperti biasanya. Mungkin ada sedikit drama dan hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana, tapi aku berhasil memulai perjalanan ini dengan penuh keyakinan bahwa aku akan bertemu dengan banyak hal yang membuat diriku lebih baik dari sebelumnya. Entah mungkin dari orang-orangnya, mungkin dari makanan, suasana dan kehidupan masyarakat di kota tujuan, atau mungkin aku menemukan sisi lain dari diriku yang belum aku temukan sejauh ini. Tidak ada yang tahu 'kan? Mungkin saja aku bisa lebih mengenal diriku sendiri lebih dalam lagi atau mungkin mengenal diri orang lain yang belum aku ketahui sebelumnya.
Baiklah, perjalanan pun dimulai.
Aku berangkat berdua saja dari rumah terpisah dari anggota keluarga yang lainnya. Sebelum ke stasiun, kami mampir dulu ke tempat kopi besama teman-teman juga bocah yang rumahnya tidak begitu jauh dari stasiun sambil menunggu anggota keluarga yang lainnya sampai ke stasiun.
Setelah bertemu dengan anggota keluarga yang lainnya, aku check-in ini itu dan duduk di kursi dengan gerbong yang rasanya aku sedikit dejavu karenanya.
Ini pertama kalinya aku bepergian bersama keluarga besar, berdelapan.
Menatap banyak mata yang terlihat berbinar dan penuh warna. Aku bercermin lewat pantulan kaca jendela dengan hasil yang alakadarnya. Aku melihat diriku yang sebanding dengan diriku tanpa berkaca, yang tanpa dusta, tanpa drama, tapi masih penuh cerita dengan diriku yang apa adanya, diriku yang penuh dengan perasaan bahagia seperti biasanya. Aku melihat ada wajah yang berseri dan jauh dari kata pias tapi ada sedikit kantung mata yang terlihat memudar. Kulihat wajah yang tidak sempurna tapi tetap berusaha untuk mencoba seolah pandai untuk tersenyum jujur tapi terkadang berpura-pura untuk sekadar berbalas kata. Aku melihat diriku yang jauh dari kata sempurna tapi tetap luar biasa karena mampu tetap berdiri dan berjalan hingga berlari dari semua trauma dan masa lalu yang mungkin saja jika orang lain yang ada di posisiku bisa saja seutas tali sudah ada di lehernya.
Salah satu kebahagiaanku adalah tidak pernah lagi membandingkan keadaanku dengan orang lain. Aku tidak lagi peduli dengan kehidupan dan keadaan orang lain. Aku tidak berambisi untuk bersaing dengan pencapaian orang lain. Selebihnya adalah aku yang terlalu bersyukur dengan banyak hal yang aku miliki walaupun tidak sebaik orang lain.
Karena jika mencari kebahagiaan dengan membandingkan keadaaanku bersama orang lain, rasanya akan cukup sulit untuk mendapatkan rasa bahagia yang sebenarnya.
01:12 07-07-25
Kutatap wajah mereka yang menikmati perjalanan kereta api tujuan Bandung - Kediri ini. Terlihat wajah-wajah yang begitu antusias, ada wajah yang begitu bahagia, ada pula wajah-wajah yang murung karena akan adanya sebuah perpisahan di depan sana, terlihat juga wajah yang berseri seolah bisa lari dari banyaknya beban di belakang sana, dan aku melihat satu wajah dengan ekspresi yang mengusahakan diri agar tetap ikut alunan suara hati yang entah apa yang akan terjadi nanti, dan wajah itu adalah wajahku.
Aku yang sejak dulu menginginkan perjalanan bersama keluarga. Karena hampir dari seluruh perjalananku hanya diisi seorang diri. Ke sana kemari berjalan tanpa arah dan tujuan sejak dini. Diriku yang sejak pertama bisa melihat dan belajar memahami dunia pun hanya sendiri. Hampir semua kota sudah aku datangi. Dulu memang niatnya melarikan diri dan hanya ingin mencari jati diri, hingga pada akhirnya aku benar-benar menemukan jati diriku yang sebenarnya. Aku yang seperti sekarang dibentuk oleh banyaknya perjalanan yang sudah aku lalui.
Dulu, perjalanan seperti ini sebegitu menakutkannya hingga untuk tidur di tengah perjalanan pun aku tidak bisa.
Tapi sekarang aku sedang benar-benar menikmati perjalanan ini dengan perasaan yang tidak menakutkan dan penuh was-was akan terasing kembali.
02:01 07-07-25
Aku cukup bahagia kali ini.
Bagiku bahagia itu sederhana, karena tidak memerlukan banyak hal untuk mencapainya. Seperti ketika aku bisa berdamai dengan diriku sendiri, pikiranku dan hatiku, itu sudah cukup untuk membuatku merasa bahagia. Tidak ada lagi konflik internal yang membuatku merasa tidak tenang, tidak ada lagi pikiran negatif yang menghantuiku.
Ketika aku bisa melepaskan beban pikiran dan rasa sakit, iri hati dan kebencian di dalam hatiku, aku akan merasa lebih ringan dan lebih bebas. Aku bisa menjalani hidup dengan lebih mudah dan lebih santai tanpa harus membawa beban yang berat.
Aku bisa menikmati setiap momen dengan lebih penuh dan lebih bahagia sendiri ataupun bersama orang-orang yang memang selalu ada bersamaku.
Bahagia juga ada di dalam diriku sendiri, tidak perlu dicari di luar. Ketika aku bisa menerima diriku sendiri apa adanya, dan mencintai diriku sendiri tanpa syarat, aku akan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya. Aku tidak perlu lagi mencari validasi dari orang lain, karena aku sudah merasa lengkap dan bahagia dengan diriku sendiri.
Selain rasa bahagia, aku juga terkadang merasakan rasa sakit, dan itu tidak bisa dihindari.
Rasa sakit itu seperti api yang membakar, tapi juga seperti api yang memurnikan. Ketika aku mengalami rasa sakit, aku belajar untuk menghargai kebahagiaan dan keindahan hidup. Aku belajar untuk tidak mengambil segala sesuatu sebagai kepastian, dan untuk selalu bersyukur atas apa yang aku miliki.
Rasa sakit itu juga mengajarkanku untuk menjadi lebih kuat dan lebih bijak. Aku belajar untuk menghadapi tantangan dengan lebih berani, dan tidak takut untuk menghadapi kesulitan. Aku belajar untuk mempercayai diri sendiri, dan untuk membuat keputusan yang tepat bagi diri sendiri. Rasa sakit itu seperti guru yang keras, tapi juga seperti guru yang bijak.
Aku juga terkadang kesepian.
Ketika kesepian menghampiri, rasanya seperti badai yang tidak kunjung reda. Tapi, aku selalu ingat bahwa ada satu orang yang selalu peduli padaku, yang menjadi pelabuhan aman di tengah badai. Orang itu mungkin tidak selalu menunjukkannya, tapi dia ada di sana, menunggu saat aku membutuhkannya.
Aku tidak pernah meremehkan kehadiran orang yang peduli padaku ketika aku kesepian. Walaupun dia terlihat baik-baik saja, mungkin aku tidak terlalu tahu bagaimana rasa sakit yang dialaminya. Mungkin dia sedang berjuang dengan masalahnya sendiri, tapi dia tetap ada di sana untukku. Aku akan selalu berusaha untuk menghargai dia dengan tulus dan memberikan kasih sayang yang sama seperti yang dia berikan padaku.
Karena ketika aku menghargai orang yang peduli padaku, aku tidak hanya membuat dia merasa dihargai, tapi juga aku sendiri merasa lebih bahagia dan terhubung. Aku tidak akan pernah ragu untuk menunjukkan rasa syukur dan kasih sayangku kepada orang yang peduli padaku. Karena di tengah kesepian, kehadiran dia adalah anugerah yang sangat berharga. Meskipun orang itu hanyalah diriku sendiri.
Aku sedang di tahap menikmati hidup sendiri.
Indahnya menikmati hidup sendiri adalah ketika aku bisa menjadi diri sendiri tanpa harus memikirkan apa yang orang lain pikirkan. Aku bisa melakukan apa yang aku sukai, pergi ke tempat yang aku inginkan, dan menikmati setiap momen tanpa harus memikirkan pendapat orang lain.
Ketika aku tidak peduli dengan persepsi buruk orang lain, aku bisa merasa lebih bebas dan lebih bahagia.
Aku tidak perlu lagi memikirkan bagaimana orang lain melihatku, dan aku bisa fokus pada apa yang membuatku bahagia. Aku bisa menjadi lebih percaya diri.
Menikmati hidup sendiri juga berarti aku bisa lebih fokus pada diri sendiri dan kebutuhanku. Aku bisa mengejar passion-ku, mengembangkan bakatku, dan menjadi versi terbaik dari diriku sendiri. Aku tidak perlu lagi terikat dengan pendapat orang lain, dan aku bisa hidup dengan lebih bebas dan bahagia.
16:25 07-07-25
Perjalanan ini cukup panjang.
Bandung - Kediri ditempuh dengan waktu tiga belas jam.
Tidak terasa aku sudah sampai di kota Kediri ini dengan begitu menyenangkan tapi juga sedikit melelahkan.
Seperti rencanaku dari awal, aku hanya ingin melakukan perjalanan bersama keluarga. Kebetulan ada anggota keluarga yang akan memulai pendidikan di kota Kediri ini.
Tapi aku akan tetap menjadi diriku sendiri yang mau menikmati setiap perjalanan dengan petualangan.
Aku mempunyai beberapa rencana untuk menikmati perjalanan pendek di kota Kediri ini.
Pertama, aku akan pisah dari yang lainnya. Aku hanya akan jalan bersama salah satu saudaraku saja.
Aku tidak akan ikut menginap di Pondok, tapi aku akan menginap di hotel yang cukup bagus di kota Kediri ini. Lalu aku akan mandi air hangat, rebahan sebentar di kasur yang begitu empuk, makan ke restoran ayam goreng yang ada di sebrang hotel, dan akan berkeliling ke beberapa mall juga.
Pada sore harinya aku akan nongkrong di coffee shop yang cukup bagus sambil menikmati suasana kota Kediri ini. Lalu pulang sebentar ke hotel untuk beristirahat.
Sedangkan pada malam harinya aku akan pergi ke beberapa tempat yang mungkin cukup unik untuk aku datangi.
Begitulah rencana awalku.
Saat ini aku sedang rebahan di kasur sambil mengetik ditemani suara TV yang sedari tadi terus dipindah-pindah programnya oleh orang yang seperti baru pertama kali ke hotel. Beruntung aku sudah tidak peduli akan hal itu dan lebih fokus menikmati dinginnya AC setelah perjalanan berputar-putar dari pondok pesantren ke hotel ini karena terjebak oleh beberapa polisi yang sedang berpatroli. Aku ada SIM dan dari pihak penyewa motor pun memberikan STNK, tapi yang jadi masalah adalah helm hanya ada satu.
Akhirnya kami berputar arah dan mencari jalan alternatif dengan mengandalkan map yang dipegang oleh saudaraku. Untungnya proses check-in tidak terlalu lama, jadi aku bisa segera masuk ke kamar ini.
Setelah membersihkan badan dan ganti pakaian, aku minum obat tidur dengan tujuan agar tidur lebih cepat. Tapi efek obat tidurnya kurang "nyentang" hingga kami pun pergi ke seberang hotel untuk membeli kaos dan makan sambil nongkrong. Mengobrol hal-hal yang tidak pernah penting, sedikit penting, sampai hal yang hampir penting dan diakhiri dengan suara adzan. Hingga kami pun kembali ke hotel untuk sholat dan kembali rebahan.
23:56 07-07-25
Ada obrolan yang mungkin tidak pernah dilakukan oleh saudaraku yang satu ini kepada orang-orang yang lainnya, diawali dengan pertanyaanku,
"Cape teu?"
"Cape lah na kereta teu tibra sare. Tatadi geus hayang sare kalah ngajak ulin wae!!!".
Tapi bukan aku kalau bertanya hanya untuk basa basi semata.
Aku tanya lagi, "cape teu maneh menjalani kahirupan seperti kitu?".
Actually, pertanyaan seperti ini biasa aku tanyakan hanya kepada orang-orang yang aku anggap sudah cukup dekat. Cukup dekat dalam artian sudah seperti adik dan kakak. Ya meskipun kami berdua sering bertemu dan bahkan seperti musuh "guntreng" terus menerus, tapi aku selalu melihat dia berbeda dari saudara-saudaraku yang lainnya.
Karena mungkin semua orang yang sudah tahu dia akan melihat itu biasa saja. Tapi bagiku ini adalah momen baik untuk bertanya dari hati kepada hati bukan dijawab dengan nada yang berdasarkan pada bibir yang bisa mengelak menghindari logika dan rasa.
Mungkin akan aku sensor banyak isi obrolannya. Karena dia tahu aku penulis, jadi aku akan memegang janjiku.
Tapi intinya, semua orang memang mempunyai batas tenaga. Tapi tidak semua orang harus memilih menyerah dan mengalah untuk tetap terus berjalan meskipun tanpa arah. Karena meskipun tidak tahu arahnya akan ke mana, jika memilih berhenti dan mengalah, maka semua pengorbanan selama ini akan percuma dan sia-sia.
Mungkin akan ada orang yang lebih baik berhenti dari pada menuju yang tidak pasti, tapi dia adalah lelaki yang mempunyai tanggung jawab yang mungkin tidak terlalu besar, tapi pilihan tetaplah pilihan. Walaupun mungkin banyak pengalaman yang akan dia temui di jalan yang lain, tapi dia tetap teguh di satu jalan yang mau tidak mau harus tetap dia jalani.
Malam pun kita lalui dengan makan mie gorengku yang terlalu manis, mie kuah dia yang tidak ada rasanya, tapi dengan banyak obrolan panjang bermakna dari hati seseorang yang tidak pernah dia ungkapkan kepada siapa pun. Dan aku bangga ketika masih menjadi tempat aman untuk orang berbagi cerita. Ya walaupun tetap aku tulis di sini. Kan disensor!
00:21 10-07-25
Aku mengitari kota Kediri dengan cukup senang. Meskipun lumayan panas, tapi cukup membuat diriku takjub walaupun harus diakhiri dengan sebuah perpisahan orang tua bersama anaknya yang harus melanjutkan pendidikan.
Seperti yang sudah-sudah, kalau aku ke suatu kota entah untuk liburan atau apa pun itu, pasti mengunjungi tempat-tempat wisata di kota itu akan menjadi sebuah beban. Karena aku tim mager yang benar-benar males keluar. Berfoto di tempat wisatanya saja hampir terlewatkan.
Dari perjalanan kemarin aku mengambil banyak hikmah. Aku bisa lebih mengenal pribadi orang lain, dan aku juga lebih mengenal dan memahami diriku lagi. Dan aku ya begini saja yang apa adanya seperti yang mereka tahu dan sudah biasa mereka lihat seperti biasanya.
Semoga ada kesempatan untuk melakukan perjalanan jauh lagi besama keluarga nantinya.