* Kapan pertama kali kenal dengan pewawancara, dan menurut kamu pewawancara orangnya bagaimana?
Waktu masih kecil. Saat aku berkunjung ke rumah Aki Abin. Mungkin waktu itu masih SD.
Kita memang bersaudara, tapi pewawancara memang tidak mengingatku sebelumnya.
2021 berteman di Facebook, tapi kalau pertama kali mengobrol secara langsung itu pas tahun 2022.
* Menurut kamu pewawancara orangnya bagaimana?
Pewawancara itu orangnya baik, perhatian tapi "goreng adat".
(POV penulis: Bagaimana mungkin aku goreng adat? Aku 'kan orangnya baik hati dan tidak sombong, aku juga saleh, smart dan sangat tidak mungkin aku "goreng adat". Itu fitnah ya teman-teman).
* Ceritakan tentang diri kamu.
Namaku Diki. Diki Hardiansyah nama lengkapku. Sekarang usiaku 20 tahun kurang 3 bulan.
Aku mengikuti wawancara ini dengan sukarela, hanya ingin menjawab dan bercerita juga mempersilahkan pewawancara untuk menulis tentangku secara lugas.
Aku sedang merintis usaha untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga.
Aku sangat menyukai kerja keras. Tidak ada istilah menunda pekerjaan hanya karena hujan lebat, tidak ada alasan untuk istirahat hanya karena aku sedang sakit.
Aku tidak menyukai obrolan berat. Karena aku bukan tipe orang yang terlalu serius. Mungkin ada saatnya untuk obrolan yang penting, tapi aku sudah terbiasa dengan hal-hal yang sederhana saja.
* Apa tujuan hidup kamu?
Saat aku ditanya tentang tujuan hidup, jujur saja aku merasa kosong secara jawaban tapi terasa penuh dalam pikiran.
Tapi sederhananya aku hanya ingin membahagiakan kedua orang tua dan keluarga. Aku adalah anak terakhir dari 6 bersaudara. Bersyukur di usiaku yang belum genap 20 tahun ini aku bisa hidup sesuai keinginanku. Sukses?
Kalau sukses adalah jawabanku yang ke sekian kalinya setelah pewawancara bertanya lagi apa tujuan hidupku.
Tentu saja aku merasa kosong secara jawaban dan terasa penuh secara pikiran. Karena ternyata aku mempunyai keinginan untuk membahagiakan diri sendiri. Di balik membahagiakan mereka, aku juga berhak untuk membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu.
Terkadang aku lupa bahwa ternyata tujuan hidupku adalah untuk membahagiakan diriku sendiri bukan untuk mereka.
* Ceritakan hubungan kamu dengan Ayah dan Ibu.
Hubunganku dengan Ayah rasanya cukup akrab tapi tidak terlalu dekat, karena aku lebih dekat dengan Ibu.
Ayahku yang berkepribadian tegas dan keras. Sedangkan Ibu bisa keras dan lembut.
* Apa rencana kamu untuk 5 tahun ke depan?
Menikah.
Ya, semua orang harus menikah menurutku.
Aku ingin membangun sebuah rumah tangga dengan seseorang yang bisa menemaniku sampai tua nanti.
* Apa yang kamu sesali dalam hidup?
Aku pernah memulai sesuatu yang tidak baik sejak sebelum remaja. Andai saja aku tidak pernah memulainya sejak dini, mungkin penyesalanku tidak akan sedalam ini. Dan sekarang sangat sulit untuk keluar dari zona itu.
Pewawancara sangat paham dan tahu hal buruk apa yang aku sesali. Dan mungkin ada persamaan antara aku dan pewawancara hingga membuat obrolan seperti ini terjadi. Padahal aku sangat tidak menyukai obrolan berat seperti ini.
* Apa yang ingin kamu perbaiki dalam hidup?
Sebenarnya banyak. Tapi kalau bisa, aku ingin memperbaiki sekaligus menghilangkan kebiasaanku yang tidak baik.
Kalau masalah perekonomian aku merasa sudah cukup. Tidak banyak tapi selalu ada.
* Jika ada kesempatan untuk bertemu dengan diri kamu yang berusia 5 tahun, apa yang akan kamu sampaikan?
Sekolah yang benar. Karena setelah melewati masa-masa remaja menuju dewasa ini kenyataannya pengetahuan sekolah itu memang dibutuhkan.
* Kamu ingin diperlakukan seperti apa oleh keluarga?
Aku ingin diperlakukan seperti anak. Anak yang sejatinya sebagai anak. Disayang, tidak perlu dimanjakan, tapi cukup dengan kelembutan saja.
Aku selalu berharap untuk diperlakukan dengan baik oleh mereka. Sekarang mereka sudah cukup baik, tapi aku berharap untuk lebih baik lagi.
Aku merelakan waktu bermainku untuk membantu perekonomian keluarga. Aku berharap mereka melihat semua itu.
* Apakah kamu bahagia?
Alhamdulillah bahagia.
Aku setuju dengan pewawancara saat dia bilang bahwa kebahagiaan itu bukan dicari tapi diciptakan.
Uang adalah hal yang selalu aku cari. Aku selalu percaya bahwa materi akan menciptakan berbagai kebahagiaan. Segalanya butuh uang. Dengan uang aku bisa mencapai kebahagiaan.
Sepanjang hidupku sejauh ini selalu berusaha untuk mencari kebahagiaan dengan berbagai cara. Tapi nyatanya bahagiaku adalah ketika bisa membahagiakan keluarga, terutama orang tua.
* Kapan kamu merasa sendiri?
Saat semuanya harus sendiri.
Ketika tidak ada satu orang pun yang bisa diajak bicara. Aku menyelesaikan masalahku sendiri. Aku hanya menggerutu berbicara kepada diriku sendiri dalam angan yang ditakdirkan aku tidak bisa berbagi semua rasa itu kepada orang lain.
* Kapan terakhir kali kamu merasa bahagia, dan karena apa?
Setiap hari aku merasa bahagia.
Apalagi aku tipe orang yang mudah tertawa dengan hal-hal yang receh.
Bahagiaku bisa dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah karena selalu ada untuk keluarga.
Ketika mereka bahagia, aku lebih merasa bahagia.
* Apa yang kamu tahu tentang cinta?
* Apa yang kamu banggakan dari diri kamu?
Aku bangga karena di umurku yang mungkin bagi sebagian orang sepantaranku bisa mereka pergunakan untuk bermain dan dengan kebebasan bahkan berkelana mencari jati dirinya, sedangkan aku mampu melewati masa-masa itu dan menggunakan waktuku dengan lebih bermanfaat untuk membantu keluarga.
Aku juga bangga kepada diriku, karena ternyata aku mampu menghadapi tantangan dan kenyataan hidup sampai sejauh ini.
* Apa yang akan kamu sampaikan kepada dirimu sendiri?
Munafik jika aku mengatakan kalau hidupku selalu baik-baik saja. Jalan hidup semua orang tidak ada yang sempurna, begitupun jalan hidupku.
Tapi dari yang tidak baik-baik itu aku bisa belajar dan bersyukur karena aku menemukan banyak hal yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkannya di umur yang sama sepertiku saat ini.
Oleh karena itu aku ingin menyampaikan terima kasih kepada diriku sendiri, karena sudah mau bertahan sampai sejauh ini.
Terima kasih juga karena tidak pernah menyerah.
Aku mau mengatakan kalau aku cukup hebat untuk terus berperan dalam proses pembelajaran dan kenyataan hidup yang sebenarnya adakalanya aku masih mengeluh dan sesekali ingin menyerah.
Aku cukup hebat untuk menjalani dan menghadapi semuanya.
Jangan pernah menyerah ya diriku!
"Teruslah berjalan seperti air mengalir."
- Diki Hardiansyah