Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2025 by Personal Blog & Google

Jumat, 13 Desember 2024

ANULIR (Part 2) Diki Hardiansyah

 


* Kapan pertama kali kenal dengan pewawancara, dan menurut kamu pewawancara orangnya bagaimana?


Waktu masih kecil. Saat aku berkunjung ke rumah Aki Abin. Mungkin waktu itu masih SD. 

Kita memang bersaudara, tapi pewawancara memang tidak mengingatku sebelumnya.



* Menurut kamu pewawancara orangnya bagaimana?


Pewawancara itu orangnya baik, perhatian tapi "goreng adat". 

(POV penulis: Bagaimana mungkin aku goreng adat? Aku 'kan orangnya baik hati dan tidak sombong, aku juga saleh, smart dan sangat tidak mungkin aku "goreng adat". Itu fitnah ya teman-teman).


* Ceritakan tentang diri kamu. 


Namaku Diki. Diki Hardiansyah nama lengkapku. Sekarang usiaku 20 tahun kurang 3 bulan. 

Aku mengikuti wawancara ini dengan sukarela, hanya ingin menjawab dan bercerita juga mempersilahkan pewawancara untuk menulis tentangku secara lugas. 

Aku sedang merintis usaha untuk membantu meningkatkan perekonomian keluarga. 

Aku sangat menyukai kerja keras. Tidak ada istilah menunda pekerjaan hanya karena hujan lebat, tidak ada alasan untuk istirahat hanya karena aku sedang sakit. 

Aku tidak menyukai obrolan berat. Karena aku bukan tipe orang yang terlalu serius. Mungkin ada saatnya untuk obrolan yang penting, tapi aku sudah terbiasa dengan hal-hal yang sederhana saja.


* Apa tujuan hidup kamu?


Saat aku ditanya tentang tujuan hidup, jujur saja aku merasa kosong secara jawaban tapi terasa penuh dalam pikiran. 

Tapi sederhananya aku hanya ingin membahagiakan kedua orang tua dan keluarga. Aku adalah anak terakhir dari 6 bersaudara. Bersyukur di usiaku yang belum genap 20 tahun ini aku bisa hidup sesuai keinginanku. Sukses? 

Kalau sukses adalah jawabanku yang ke sekian kalinya setelah pewawancara bertanya lagi apa tujuan hidupku. 

Tentu saja aku merasa kosong secara jawaban dan terasa penuh secara pikiran. Karena ternyata aku mempunyai keinginan untuk membahagiakan diri sendiri. Di balik membahagiakan mereka, aku juga berhak untuk membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu. 

Terkadang aku lupa bahwa ternyata tujuan hidupku adalah untuk membahagiakan diriku sendiri bukan untuk mereka. 


* Ceritakan hubungan kamu dengan Ayah dan Ibu. 


Hubunganku dengan Ayah rasanya cukup akrab tapi tidak terlalu dekat, karena aku lebih dekat dengan Ibu. 

Ayahku yang berkepribadian tegas dan keras. Sedangkan Ibu bisa keras dan lembut. 


* Apa rencana kamu untuk 5 tahun ke depan?


Menikah.

Ya, semua orang harus menikah menurutku. 

Aku ingin membangun sebuah rumah tangga dengan seseorang yang bisa menemaniku sampai tua nanti. 



* Apa yang kamu sesali dalam hidup?


Aku pernah memulai sesuatu yang tidak baik sejak sebelum remaja. Andai saja aku tidak pernah memulainya sejak dini, mungkin penyesalanku tidak akan sedalam ini. Dan sekarang sangat sulit untuk keluar dari zona itu.

Pewawancara sangat paham dan tahu hal buruk apa yang aku sesali. Dan mungkin ada persamaan antara aku dan pewawancara hingga membuat obrolan seperti ini terjadi. Padahal aku sangat tidak menyukai obrolan berat seperti ini. 



* Apa yang ingin kamu perbaiki dalam hidup?


Sebenarnya banyak. Tapi kalau bisa, aku ingin memperbaiki sekaligus menghilangkan kebiasaanku yang tidak baik. 

Kalau masalah perekonomian aku merasa sudah cukup. Tidak banyak tapi selalu ada.


* Jika ada kesempatan untuk bertemu dengan diri kamu yang berusia 5 tahun, apa yang akan kamu sampaikan?


Sekolah yang benar. Karena setelah melewati masa-masa remaja menuju dewasa ini kenyataannya pengetahuan sekolah itu memang dibutuhkan.


* Kamu ingin diperlakukan seperti apa oleh keluarga?


Aku ingin diperlakukan seperti anak. Anak yang sejatinya sebagai anak. Disayang, tidak perlu dimanjakan, tapi cukup dengan kelembutan saja. 

Aku selalu berharap untuk diperlakukan dengan baik oleh mereka. Sekarang mereka sudah cukup baik, tapi aku berharap untuk lebih baik lagi. 

Aku merelakan waktu bermainku untuk membantu perekonomian keluarga. Aku berharap mereka melihat semua itu. 


* Apakah kamu bahagia?


Alhamdulillah bahagia. 

Aku setuju dengan pewawancara saat dia bilang bahwa kebahagiaan itu bukan dicari tapi diciptakan. 

Uang adalah hal yang selalu aku cari. Aku selalu percaya bahwa materi akan menciptakan berbagai kebahagiaan. Segalanya butuh uang. Dengan uang aku bisa mencapai kebahagiaan. 

Sepanjang hidupku sejauh ini selalu berusaha untuk mencari kebahagiaan dengan berbagai cara. Tapi nyatanya bahagiaku adalah ketika bisa membahagiakan keluarga, terutama orang tua. 


* Kapan kamu merasa sendiri?


Saat semuanya harus sendiri. 

Ketika tidak ada satu orang pun yang bisa diajak bicara. Aku menyelesaikan masalahku sendiri. Aku hanya menggerutu berbicara kepada diriku sendiri dalam angan yang ditakdirkan aku tidak bisa berbagi semua rasa itu kepada orang lain.


* Kapan terakhir kali kamu merasa bahagia, dan karena apa?


Setiap hari aku merasa bahagia. 

Apalagi aku tipe orang yang mudah tertawa dengan hal-hal yang receh. 

Bahagiaku bisa dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah karena selalu ada untuk keluarga. 

Ketika mereka bahagia, aku lebih merasa bahagia. 


* Apa yang kamu tahu tentang cinta?


----------



* Apa yang kamu banggakan dari diri kamu?


Aku bangga karena di umurku yang mungkin bagi sebagian orang sepantaranku bisa mereka pergunakan untuk bermain dan dengan kebebasan bahkan berkelana mencari jati dirinya, sedangkan aku mampu melewati masa-masa itu dan menggunakan waktuku dengan lebih bermanfaat untuk membantu keluarga. 

Aku juga bangga kepada diriku, karena ternyata aku mampu menghadapi tantangan dan kenyataan hidup sampai sejauh ini. 



* Apa yang akan kamu sampaikan kepada dirimu sendiri?


Munafik jika aku mengatakan kalau hidupku selalu baik-baik saja. Jalan hidup semua orang tidak ada yang sempurna, begitupun jalan hidupku. 

Tapi dari yang tidak baik-baik itu aku bisa belajar dan bersyukur karena aku menemukan banyak hal yang mungkin tidak semua orang bisa mendapatkannya di umur yang sama sepertiku saat ini. 

Oleh karena itu aku ingin menyampaikan terima kasih kepada diriku sendiri, karena sudah mau bertahan sampai sejauh ini. 

Terima kasih juga karena tidak pernah menyerah. 

Aku mau mengatakan kalau aku cukup hebat untuk terus berperan dalam proses pembelajaran dan kenyataan hidup yang sebenarnya adakalanya aku masih mengeluh dan sesekali ingin menyerah. 

Aku cukup hebat untuk menjalani dan menghadapi semuanya. 

Jangan pernah menyerah ya diriku!


"Teruslah berjalan seperti air mengalir."

- Diki Hardiansyah 

Kamis, 05 Desember 2024

ANULIR (Part 1) Nugi Nugraha



* Kapan pertama kali kenal dengan pewawancara?


Karena yang diwawancara masih belum selesai menjawab semua pertanyaannya, jadi aku memutuskan part 1 ini aku isi dengan diriku sendiri. Pewawancara dan yang diwawancara adalah diriku sendiri. Jadi next part baru orang lain. Masih dalam proses tentu saja. Ribet dia. 


Pertama aku kenal dengan diriku sendiri adalah saat aku tahu bahwa ternyata menulis dan membaca juga mencari tahu tentang banyak hal adalah bagian dari diriku yang lain. Hingga aku bisa lebih mengenal sisi lain dari diriku dengan lebih dalam lagi. 


* Ceritakan tentang diri kamu. 


Aku itu orangnya cukup merasa pintar saat malam hari dan merasa bodoh saat siang hari. 

Aku mudah bergaul dengan berbagai macam orang dan semua kalangan kalau aku mau. Aku sangat tertarik kepada orang-orang dengan kepribadian yang unik dan biasa saja bagi orang lain. Karena aku selalu ingin mengetahui sisi terdalam yang ada dalam diri mereka secara mendalam. 

Aku bisa menjadi pendengar yang sangat baik. Pemberi nasihat dengan logika-logika yang besar kemungkinannya sulit diterima pada awalnya tapi jika dipikir lebih dalam lagi semua ucapanku akan bisa dimengerti oleh lawan bicaraku. 

Aku bukan pribadi yang membangkang. Tapi aku tidak pernah yakin dengan pendapat orang lain jika itu tidak masuk akal. Hal itu juga yang membuat diriku selalu mempunyai pemikiran-pemikiran dan pemahaman yang berbeda dari kebanyakan orang. Aku tidak pernah menutup pikiran jika mendengar masukan dari orang lain yang lebih baik dari diriku. Aku cukup terbuka untuk hal-hal yang menarik atau beberapa hal yang baru untuk pengetahuanku. Aku sangat menyukai obrolan yang ringan hingga yang berat. Rasanya energiku terus bertambah jika dihadapkan dengan berbagai macam pembicaraan selama itu bukan tentang agama dan politik.


* Apa tujuan hidup kamu?


Jujur saja aku belum tahu. 

Karena aku hidup pun hanya karena aku masih hidup saja. Aku belum mempunyai tujuan hidup yang sebenarnya. Aku menjalani kehidupan ini hanya dengan memulai sebuah hubungan yang dalam dengan diriku sendiri. Aku masih mencari jati diriku yang lain yang sempat hilang. Mencoba menyatukan bagian-bagian diriku yang dulu pernah berantakan. Aku sedang berusaha menata ulang langkah kakiku yang sempat terjatuh karena salah langkah. 

Mungkin ke depannya aku baru bisa menemukan tujuan hidupku yang sesungguhnya. 


* Ceritakan hubungan kamu dengan Ayah dan Ibu. 


Jujur saja aku menghela napas panjang untuk berpikir sejenak dan mencoba mengingat sejauh mana hubunganku bersama Ayah dan Ibu. 

Aku sudah pernah menulisnya di part "Nugraha is My Name". 

Sejauh ini hubungan aku bersama mereka baik-baik saja. Tapi cukup jauh. Bahkan aku akan mengakuinya bahwa hubungan kami memang baik-baik saja tapi tidak pernah sedekat yang dibayangkan. 

Psikiater pun bertanya hal yang sama saat terakhir aku bertemu untuk sesi kontrol. 

Aku tidak merasa ada masalah dengan mereka. Tapi faktanya ada satu hal yang tidak pernah selesai di antara kita. Mungkin karena kami tidak pernah saling berkomunikasi. Aku yang sudah menganggap bahwa aku bisa hidup sendiri tanpa mereka. Mungkin mereka pun yang berpikir bahwa mereka tidak lagi diperlukan untuk langkah hidupku sekarang ini. Aku yang sudah terbiasa sendiri. Dan mereka yang tidak pernah merasa untuk ada dalam perjalanan panjang hidupku juga. 

Seperti yang kalian baca 'kan? Hubungan kami cukup rumit ternyata. 


* Apa rencana kamu untuk 5 tahun ke depan?


Aku selalu percaya bahwa apa yang aku lakukan saat ini adalah bagian dari masa depan. Jadi rencana untuk 5 tahun ke depanku adalah lebih baik dari perjalananku saat ini. Apa pun dan bagaimanapun itu, 5 tahun ke depan adalah sebuah harapan yang lebih baik lagi untuk hidupku. Karena aku selalu merasa baik-baik saja jika mengurangi jumlah harapan untuk sesuatu yang tidak pasti. 

Aku selalu takut dengan banyaknya harapan. Aku takut mati dengan harapan. Apalagi jika harus berencana untuk sesuatu yang besar dan lebih. Aku sudah pernah berkali-kali terjerembab oleh harapanku sendiri. Meskipun nyatanya aku masih hidup karena beberapa harapan. 


* Apa yang kamu sesali dalam hidup?


Aku ingin menjawab tidak ada tapi semua orang juga pasti punya. 

Mungkin aku akan menjawab satu hal yang sangat aku sesali dalam hidup adalah ketika aku pergi dari rumah untuk pertama kalinya dan berpikir bahwa hidupku akan lebih baik sejak saat itu. 

Diriku saat ini baik-baik saja. Tapi untuk kembali mencapai baik-baik saja seperti saat ini adalah perjuangan yang berat dan sangat panjang. 


* Apa yang ingin kamu perbaiki dalam hidup?


Setiap hari dan setiap detik juga setiap hembusan napasku dalam hidup adalah yang terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku. 

Tidak ada satu hal pun yang ingin aku perbaiki. 

Jika ada yang salah mungkin itu kebodohanku. Dan aku tidak perlu memperbaiki hal yang sudah pernah aku lakukan. Justru aku mensyukuri semua yang sudah terjadi. Aku akan membiarkan semuanya terlihat salah jika itu memang salah di mata manusia. 

Aku hidup bukan untuk terlihat baik.


* Jika ada kesempatan untuk bertemu dengan diri kamu yang berusia 5 tahun, apa yang akan kamu sampaikan?


Jangan bodoh. 

Kamu harus pintar dalam segala hal.

Harus rajin membaca dan belajar menulis dengan baik. 

Pokoknya jangan bodoh! 

Logika - logika - logika.

Dan mungkin aku akan menyampaikan, kalau bisa, tolong lebih dekat dengan Ayah. Meskipun tidak mungkin lagi, tapi karena terlalu berjarak hubungan kita bersama Ayah, dampaknya aku rasakan hingga saat ini. Tapi tidak apa-apa kok, aku sudah baik-baik sekarang. 


* Kamu ingin diperlakukan seperti apa oleh keluarga?


Sejauh ini keinginanku tidaklah banyak. Terutama dari keluarga, aku hanya ingin didengar dan lebih sering mengobrol saja. Aku tidak membutuhkan pendapat atau masukan. Aku bisa mengatur hidupku sendiri. 

Keluarga bagiku adalah rumah kedua setelah diriku sendiri saat aku sedang tidak baik-baik saja aku ingin ada tempat dan orang-orang yang menyediakan telinganya untuk mendengarkan ceritaku. Itu saja. 


* Apakah kamu bahagia?


Hidup semua orang tidak selalu baik-baik saja, begitupun hidupku. 

Apakah aku bahagia? 

Aku tidak pernah bisa mendapatkan kebahagiaan dari luar kendaliku. Karenanya aku hanya mampu menciptakan berbagai kebahagiaan dengan caraku sendiri. Banyak hal yang meskipun pada awalnya menyakitkan, aku bisa merubah semua itu menjadi hal yang cukup membahagiakan untuk diriku sendiri.

Jadi, aku cukup bahagia dengan hidupku saat ini.


* Kapan merasa sendiri?


Saat malam hari.

Apakah aku bisa hidup sendiri? 

Pada kenyataannya tidak bisa. 

Aku mencari kebebasan agar bisa hidup sendiri. 

Tapi pada akhirnya aku tetap mencari orang lain agar aku tidak merasa sendiri. 

Malam yang sunyi senyap sepi sendiri. 

Aku merasa kosong tanpa henti. 

Apakah aku kesepian sendiri?

Terkadang. 

Tapi dalam kesendirian aku bisa melakukan banyak hal seperti yang aku mau dan aku inginkan.

Apakah kesendirian membuatku tenang?

Orang yang sudah meninggal saja masih didoakan agar dia tenang. Lantas, ketenangan seperti apa yang aku harapkan? 


* Kapan terakhir kali kamu merasa bahagia, dan karena apa?


Tadi sore. 

Aku merasa bahagia karena selalu ada kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang ketika aku bertemu dengan mereka ada rasa bahagia di dalamnya.


* Apa yang kamu tahu tentang cinta?


Cinta adalah bagian yang tidak pernah mudah untuk aku gapai. 

Bahkan ketika aku bertemu dengan seseorang pun cinta belum tentu bisa aku berikan. Karena memang sesulit itu untuk aku rasakan.

Plot twist-nya adalah aku tidak pernah mencintai mereka. Semuanya hanya sebatas mengagumi dan menyayangi tanpa pernah lagi aku memberikan cintaku yang sudah habis terkuras pada satu anak yang bahkan bukan darah dagingku sendiri.

Mungkin aku bisa mengartikan bahwa cinta adalah sebuah rasa ketika kamu melakukan sesuatu untuk orang lain tidak pernah berharap ada balasan di dalamnya.


* Apa yang kamu banggakan dari diri kamu?


Aku bisa melakukan semuanya sendiri. 

Aku bisa mengandalkan kekuatan pikiran untuk bertahan hidup sampai sejauh ini. 

Aku mempunyai otak yang bisa diandalkan dalam keadaan apa pun. 

Aku bangga kepada diriku sendiri karena benar-benar bisa memperlakukan diriku dengan cukup baik. 


* Apa yang akan kamu sampaikan kepada dirimu sendiri?


Aku ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada diriku yang sudah mau belajar banyak tentang kehidupan, atas perjalanan dan perjuanganmu, ke sana kemari mencari pengalaman. Mungkin pernah melakukan banyak kesalahan, tapi terima kasih karena aku bisa belajar dan melihat mana yang baik dan mana yang buruk. Mau dan berani mengenal banyak orang dengan karakter yang berbeda yang bisa dijadikan contoh untuk diriku di masa sekarang. Terima kasih juga atas banyaknya ilmu yang bermanfaat untuk kehidupanku ke depannya. Bagaimana cara menghadapi setiap masalah, bagaimana cara memperlakukan orang dengan baik, bagaimana caranya bersyukur dengan hal-hal yang sederhana, menunjukkan betapa indahnya dunia tanpa harus menyingkirkan dan menjatuhkan orang lain. Dan terima kasih juga sudah mau bertahan hingga saat ini. 

Aku berjanji akan menjaga diriku sebaik mungkin. 

Aku juga mau mengingatkan diriku. Jangan pernah berubah untuk terus berbagi pesan kebaikan, harus selalu sabar dan tawakal, perbanyak bersyukur, jangan pernah tinggalkan orang-orang yang membutuhkanmu sekalipun perlakuanmu disalah artikan. Teruslah menjadi pribadi yang lebih baik, jaga kesehatan, perbanyak membaca, tetaplah bertahan apa pun dan bagaimanapun keadaannya nanti, jangan pernah sekalipun membandingkan dirimu dengan orang lain, tetaplah menjadi dirimu sendiri. Dan tolong teruslah untuk menjaga anak itu, berusahalah untuk selalu ada untuknya, tepati janjimu yang akan berlari kapan pun dia memanggil namamu.



Minggu, 17 November 2024

Nugraha is My Name (Part 43)




PERINGATAN!


Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


-------


Sekarang ini aku sedang berada di fase tidak tertarik untuk menjelaskan apa pun kepada siapa pun. Karena yang mau mengerti akan cepat paham tanpa diberitahu. Yang mau tahu akan bertanya dengan antusias tanpa kumulai. Yang mau datang dan menemaniku akan selalu menjadi orang yang pertama kali bertanya dan memberi kabar tanpa aku meminta ataupun memaksa. Yang benar-benar mau menghargai akan berubah lebih baik tanpa aku memohon kepadanya. Dan yang mau tinggal akan tetap berdiri entah berapa kali aku menyuruhnya untuk pergi. Suatu hubungan itu harus saling mengerti dan menerima tanpa perlu memohon apalagi sampai memaksa untuk lebih berjuang lagi. 


-------


Setelah aku bertemu dengan Psikiater, perasaan terdalam yang selama ini tersimpan mulai berani untuk kubuka dengan penuh kepercayaan bahwa aku sudah siap untuk memaafkan dan melupakan. 

Semua orang mempunyai masa lalu, buruk ataupun baik tidak lagi menjadi alasan untuk aku terjebak di ingatan itu. Karena sekarang aku sadar bahwa ternyata terus tinggal di masa lalu adalah hal yang paling menyedihkan dibanding menghadapi kenyataan terburuk yang pernah aku hadapi selama ini. 

Jujur saja untuk memaafkan masa lalu itu adalah hal tersulit bagiku. Karena aku sudah merasakan bagaimana dampak dari masa lalu itu untuk kehidupanku saat ini. Tapi aku mulai berpikir bahwa semuanya sudah berlalu dan tidak ada alasan untukku terus hidup di masa itu. 


Tentang orang tuaku yang memperlakukanku tidak sesuai dengan harapanku. Tapi aku akan memakluminya karena mungkin itu adalah hal yang baru untuknya sebagai orang tua. Aku akan berusaha menerima dan bersyukur karena sudah terlahir di tengah orang tua dan keluarga seperti mereka. Belum tentu aku bisa hidup lebih baik jika aku terlahir di tengah keluarga yang lainnya. 


***


Tentang perasaan. 

Aku sedang berusaha untuk menyadarkan diri sendiri bahwa tidak semua orang mau dan menerima perlakuanku kepadanya sekalipun rasa sayangku begitu besar dan sangat tulus untuknya.

Tidak semua orang sanggup menerima semua rasa yang aku miliki. Rasa peduli dan rasa sayangku tidak akan pernah tepat jika orang tersebut tidak pernah menginginkanku ada dalam hari-harinya. 

Mungkin sedikit klise dan berlebihan, tapi kenyataannya aku memiliki semua rasa itu. 

Aku tidak akan pernah mengatakan kalau aku sangat bodoh jika sedang mengenal pribadi orang yang baru. Karena tingkah lakuku sudah  di luar nalar jika bertemu dengan orang yang pada awalnya aku anggap tepat. 

Aku selalu melakukan banyak hal yang menurutku sudah yang paling terbaik. Tapi semuanya akan percuma, karena aku bukanlah orang yang dia mau. 

Tapi aku melakukannya untuk sebuah kebahagiaan. 


Tentang beberapa pengorbanan. 

Aku melakukannya bukan untuk orang lain, tapi untuk kebaikan dan kebahagiaan diriku sendiri. Kalau berdampak baik dan membuat orang lain menjadi senang apalagi bahagia, ya bersyukur juga. Mungkin itu nilai baik lebih lainnya.


Banyak hal dan kejadian yang menyelamatkanku dari situasi yang jika saja aku ada di sana maka hidupku tidak akan baik-baik saja.


Semua orang mempunyai kebiasaan buruk dan kepribadian yang tidak bisa diterima oleh orang lain. Dan aku sangat tidak menyukai dan tidak bisa menerima kepribadian yang drama dan problematik. Kenapa? Karena tanpa dibuat pun semua itu sudah pasti terjadi. Maka akan lebih membingungkan lagi jika hal-hal seperti itu dengan sengaja dilakukan atas rasa sadar dan juga pilihan. 

Ternyata tanpa dia pun aku bisa baik-baik saja. 

Pertama, karena sudah muak.

Kedua, karena sudah tahu watak.

Selebihnya adalah aku bukan tipe orang yang memaksa orang yang masih ingin kebebasan.

Jika ingin pergi, justru akan aku bukakan jalannya. 

Jika ingin kebebasan, akan aku lepaskan sepenuhnya.

Jika ingin sendiri, akan aku tinggalkan selamanya.


Hal paling baik yang bisa aku lakukan untuk diriku sendiri adalah membiarkan orang pergi ketika mereka ingin pergi.

Tidak mengejar apalagi harus memohon. Aku akan membiarkan itu sakit dan kemudian akan aku biarkan semuanya sembuh.

Karena ketika aku berhenti memaksa seseorang untuk memilihku, aku jadi memiliki ruang untuk orang-orang yang ditakdirkan untukku selanjutnya.


Apakah karena perbedaan usia yang jauh? 

Oh, ayolah!

Aku juga pernah berada di usianya. Dan aku sangat paham bagaimana semua keinginan dan harapan di usia itu. Cara berpikir, cara memandang dunia, cara menyikapi masalah, dan apa pun itu pasti tidak selalu baik-baik saja bahkan sampai sekarang pun ya hidup tidak ada yang lurus-lurus saja. 

Mungkin aku akan mengatakan, tetaplah menjadi dirimu dengan versi terbaik kamu, dengan apa adanya kamu. Dan jangan berubah karena orang lain, tapi jika kamu mau berubah, maka berubahlah atas keinginan dan kebaikan diri kamu sendiri. 


Tentang orang baru.

Ternyata tidak hanya yang harus se-frekuensi. Tapi kita juga harus mencari hingga menemukan seseorang yang mau sama-sama bersyukur karena memiliki satu sama lain. Karena rasanya setiap kurangnya kita akan dirangkul dan tidak ditekan untuk menjadi sempurna.

Orang sempurna itu tidak ada. Jangankan hubungan dengan orang yang baru ditemui beberapa bulan ke belakang, hubungan antara orang tua dan anak saja pasti ada yang tidak cocoknya. Tapi semuanya kembali lagi, apakah mau menerima atau ada niat untuk berubah menjadi lebih baik atau tidak. 

Semuanya bukan lagi tentang harus satu pemikiran dan keinginan, tapi apa tujuan akhir dari sebuah hubungan itu sendiri. Jangan sampai berjuang sendirian dalam sebuah hubungan. Hubungan itu dibangun bukan dibuat. Dan untuk membangun itu harus berdua bukan sendirian. 

Berguna bagi orang lain itu baik, tapi bukan berarti harus lelah sendiri.


Apakah aku sekarang bahagia?

Ya. Aku merasa cukup bahagia. 

Karena aku bisa dan mampu melewati banyak hal yang sebelumnya pernah terpikir bahwa aku tidak akan mampu. 

Tentang orang lain yang mencoba untuk mengomentariku. 

Jangan pernah coba untuk menghakimiku, jika memang mau, berdirilah di posisiku dan berjalanlah di kehidupanku yang sudah pernah aku lewati. Mungkin kamu akan merasakan sejauh apa, sepahit apa, dan sesakit apa yang aku rasakan dalam hidupku. 

Mungkin kamu juga akan tahu betapa sulitnya menjadi pribadi yang berusaha kuat sepertiku. Berada di posisiku, belum tentu kamu akan sekuat dan setegar aku. Jadi, berhentilah mempunyai niat untuk menghakimiku.

Karena aku pribadi pun tidak pernah berani untuk menghakimi apalagi mencoba untuk membetulkan pilihan hidup yang sudah orang lain buat. Karena aku selalu yakin untuk sampai ke tahap memilihnya saja membutuhkan waktu dan pemikiran yang tidak sederhana. 


***


"Aku sedang belajar tentang membiasakan diri.

Karena akan ada banyak keadaan yang tidak akan pernah bisa aku ubah, bagaimanapun caranya".







Senin, 04 November 2024

Nugraha is My Name (Part 42)



PERINGATAN !


Sebelum membaca artikel ini, diharapkan agar pembaca sudah berusia 17 tahun, mempunyai kemampuan untuk menghargai dan menerima juga open minded. 

Karena artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan terdapat konflik secara mendalam dari konteks, paradigma, opini dan juga akan menyertakan orang-orang yang pernah ada di kehidupan pribadi sang penulis secara jujur yang bisa dikonfirmasi secara komprehensif. 


-------


Dari sekian banyak manusia yang pernah aku temui, aku bisa kembali belajar bahwa perilaku dan sikap setiap orang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan yang berawal dari harapan mereka. Karena ketika harapan itu terwujud, maka keinginan dan kebutuhan akan terpenuhi. Dan semua itu tergantung bagaimana sikap orang tersebut. 

Banyak orang yang berpura-pura, entah itu baik atau bahkan berpura-pura jahat. Tentang kebiasaan baik dan buruk seseorang juga tergantung di mana mereka berada. Kalau aku pribadi, semuanya tergantung lingkungan termasuk orang-orang yang ada di dalamnya bukan lagi tentang keinginan apalagi sebuah harapan. 

Masalahnya, aku adalah orang yang bisa membaur dan cepat beradaptasi dalam keadaan apa pun. Tidak sulit bagiku untuk menyesuaikan diri jika harus disatukan dengan berbagai macam kalangan. Semuanya aku pelajari dari orang yang selama ini tidak pernah aku sukai, yaitu Ayahku. Bahkan kalau boleh mengakuinya, aku banyak mengambil sifat-sifat Ayahku untuk diterapkan dalam kehidupanku sehari-hari. Entah itu caranya bersosialisasi, berbicara, berargumen, berdebat, menyangkal, memberi arahan dan saran, berpendapat berdasarkan logika-logika yang pada awalnya memang sulit untuk diterima tapi pada akhirnya jika dipikir lebih dalam lagi ternyata memang benar seperti itu seharusnya. Aku jadi berpikir kembali, sebenarnya aku ini tidak menyukainya atau justru malah mengaguminya?

Kalau banyak sifat yang sama di antara kita, kenapa aku selalu tidak ada rasa nyaman jika berada di dekat dia? 

Ketika menulis ini aku malah menjadi bingung dan sedikit berpikir, jangan-jangan aku ini adalah gambaran kegagalan dari dalam dirinya? Versi lain dari dirinya? 

Tapi aku tidak pernah ingin seperti dia. Aku tidak pernah ingin menjadi dia. Aku tidak mau disebut mirip seperti dia. 

Terbukti aku bisa memperlakukan anak dengan lebih baik, tidak seperti dia. Eh, tapi anak itu bukan darah dagingku. Apakah ketika aku mempunyai anak dari darah dagingku sendiri aku akan memperlakukan anakku seperti Ayahku memperlakukanku? Tidak mungkin. Yang bukan darah dagingku saja aku bisa memperlakukannya dengan sangat baik. Bahkan melebihi rasa sayangku kepada orang-orang sebelum dia juga kepada orang-orang setelah dia yang pernah aku temui. 


Aku bisa benar-benar mengakui dengan rasa percaya diri yang tinggi bahwa pada kenyataannya aku memang orang yang gagal menjadi seperti dia. Tapi aku lebih baik dari dia, karena aku bisa menyempurnakan apa yang pernah gagal dia lakukan kepadaku, dulu, dengan cara memperlakukan anak bukan sesuai keinginanku melainkan keinginan anak itu sendiri tapi atas dukungan penuh dariku. Ya, sebagai seorang anak, kami hanya membutuhkan dukungan dari orang tua secara menyeluruh dan penuh juga tulus. 

Tapi semuanya sudah berlalu. Meskipun membekas, tapi aku sudah melupakan apa yang aku inginkan dulu. 


***


Dokter bertanya tentang perjalanan hidupku sejak usia 21 tahun sampai sekarang. 


*Flashback.

Masa remajaku sudah berakhir dan perjalanan masa dewasaku baru dimulai.


Pada saat usiaku yang ke-21 itu tahun 2013. 

Aku kembali mengingat banyak hal yang aku lakukan pada masa itu. Bertemu dengan banyak orang, pergi ke berbagai tempat, mencoba melakukan banyak hal, tentu saja sedang belajar tentang bagaimana dunia ini berjalan. Mungkin sedikit berlebihan jika aku tulis di sini. Tapi pada kenyataannya sejak 2013 sampai tahun 2017 adalah masa di mana aku benar-benar menikmati keindahan dunia yang sesungguhnya tanpa memperdulikan banyaknya risiko dan hal-hal yang akan merugikan. Aku terlalu fokus untuk kebahagiaan yang menurutku pada saat itu benar-benar membahagiakan. 

Uang yang selalu ada, cinta yang mungkin tidak pernah bisa disebut cinta,  teman-teman yang hampir dari semua kalangan aku memilikinya, tapi aku jauh dari keluarga. Karena tujuan utamaku pada saat itu adalah memang ingin jauh dari keluarga. 


Tinggal di berbagai kota dan sudah pasti bertemu dengan orang-orang yang selalu berbeda pula. Hingga akhirnya pada tahun 2017 aku bertemu dengan seseorang yang hingga saat ini masih ada ikatan dengannya. 

Fokusku mulai tertuju kepada satu orang sejak saat itu. 

Kami hidup dengan lika-liku hubungan percintaan pada umumnya. Menjalani semuanya dengan mengalir. Tapi aku tetap hidup dengan menjadi diriku sendiri, menjalani kehidupan dengan apa adanya diriku. Sebenarnya banyak perubahan yang terjadi dalam hidupku, dan tentu saja ada banyak hal pula yang membuatku semakin matang untuk berpikir, berperilaku, menerima banyaknya kenyataan hidup yang mungkin jika itu terjadi beberapa tahun sebelumnya belum tentu aku sanggup untuk menerimanya. Aku juga bisa dengan cepat beradaptasi dan menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada. Karena hidupku dalam setiap fasenya sudah pasti berkembang dalam hal berpikir dan memutuskan juga penerimaan. Dia sudah tahu itu semua. Hingga pada akhirnya fungsi seorang pasangan selain untuk memenuhi sebuah hasrat sebenarnya sudah tidak dibutuhkan lagi. Karena apa-apa aku bisa sendiri pada saat itu. Apa-apa bisa sendiri di sini bukan berarti aku mengabaikannya. Justru dengan segala sesuatu yang aku bisa, bukan hanya diriku sendiri yang bisa aku urus, dia pun sebagai pasangan bisa aku kendalikan dalam artian cara dia berpikir, memutuskan dan apa pun itu pasti ada andil aku di dalam hidupnya. 

Karena kemampuan yang aku miliki, bagaimanapun keadaanku dan apa pun masalah yang sedang aku hadapi, dia selalu menganggap bahwa aku mampu untuk menerima dan menyelesaikannya seorang diri. Hingga pada akhirnya dia terlalu asyik dengan kehidupan dia bersama teman-temannya. 


Benar, aku bisa apa-apa sendiri. Tapi pada saat itu aku sedang patah hati oleh Ayahku sendiri. Tahun 2022 adalah tahun di mana aku merasakan sakit hati oleh seseorang yang seharusnya menjadi penyemangat dan pemberi support untukku, yaitu Ayahku. 

Patah hati oleh gebetan tidak akan ada apa-apanya, bahkan bisa diobati dengan cara mencari gebetan lainnya. Kalau sudah patah hati dan kecewa oleh seorang Ayah, aku harus berbuat apa? Apakah aku harus mencari Ayah yang baru? Aku menyebutnya patah hati terberat selama hidupku kala itu. 

Dan yang membuat perasaanku semakin hancur adalah sosok pasangan yang seharusnya menjadi orang yang bisa membantuku melewati masa-masa itu malah menganggap bahwa aku akan kembali baik-baik saja dengan cara dan kebiasaanku yang bisa mengatasinya seorang diri. Aku tidak paham kenapa semua itu bisa terjadi.

Aku tidak akan membahas tentang pengorbanan. Karena yang namanya sebuah hubungan pasti akan ada yang namanya saling berkorban untuk satu sama lain. Tapi sejak saat itu perasaanku terhadapnya tidak lagi sama seperti sebelumnya.


Setelah kejadian itu kami tidak lagi tinggal bersama. 

2022 - 2024. Selama 2 tahun aku berusaha dan terus mencoba untuk menumbuhkan kembali perasaan itu. Tapi aku tidak pernah bisa. Aku tidak membohonginya tentang sebuah perasaan, karena dia sendiri pun sudah mengetahui dan menyadari apa yang membuat perasaanku tidak lagi sama seperti dulu. 

Dan semakin ke sini semakin aku tidak bisa melihat perubahan yang selama ini aku harapkan darinya. Aku mempunyai seorang pasangan, tapi aku malah merasa semakin kesepian.


Fungsi seorang pasangan untuk apa lagi? 


Bertahun-tahun kita hidup bersama dalam satu atap. Apakah dia sadar dengan gangguan tidurku yang tidak baik? Apakah dia peduli dengan kesehatan mentalku yang sedari dulu hancur? Selain aku harus menurunkan standar cara berpikirku hanya agar bisa menyamainya, apakah dia pernah mendengarkan apa yang aku sampaikan? Bahkan semuanya bukan asal ucap atau pendapat dan pandangan belaka tanpa logika, tapi aku selalu mencurahkan segala pemikiran terbaikku untuknya. Dan semua itu sia-sia. 

Lalu, untuk apa lagi sebuah hubungan ini berjalan?


Apakah aku memiliki kekurangan? Tentu saja ada. 

Aku sudah bertanya kepadanya. Dari semua kekurangan yang aku miliki, kekurangan apa yang menurut dia paling  "oh ini kekurangan kamu". 

Jawabannya: 

"Menurut aku segala sesuatu yang kamu inginkan musti buru teruturuti dalam artian bukan masalah materi ya,,.

Kamu ga bisa hidup sendiri

Kamu butuh orang buat orang buat cerita ini itu."

"Kekurangan yang paling aku takut kamu ga respek lagi,, kamu orangnya ga bisa kesepian".


Ya, yang pertama nyambung. Aku memang apa-apa selalu ingin segera dilakukan. Aku tidak tahan jika segala sesuatu harus ditunda-tunda. Entah hal-hal sederhana atau mungkin itu sesuatu yang besar. 

Tapi baca geura nu kedua, geus teu nyambung kan? 

Tah, kebayang teu cape na abi kumaha? 


Aku suka menyendiri tapi ya memang benar juga aku tidak suka kesepian. 

Tapi bukan itu yang aku maksud. 


Aku yang selalu memiliki cara berpikir cepat dan mencari solusi juga cara menyelesaikannya, sedangkan dia? 


Itu salah satu contoh. 


Skip.


***


Dalam sebuah hubungan itu tidak ada yang sempurna. 


Aku beberapa kali bertemu dengan orang-orang yang baru. Dalam kurun waktu 2 tahun ini setelah kejadian di 2022, aku bertemu dengan beberapa orang. Tapi hanya ada 4 orang yang sampai saat ini pun mungkin kalau aku mau mencoba untuk memulai sebuah hubungan dengan mereka ya bisa saja. 


Pertama, si 2022. 

Dia adalah seseorang yang membantuku melewati masa-masa sulit pada saat aku patah hati oleh Ayahku dan kecewa karena pasanganku yang malah asyik dengan dunianya sendiri. 

Sempat renggang tanpa sapa bahkan beberapa saat menjadi asing. Tapi sejak 7 bulan ke belakang kami kembali akrab dan beberapa kali menghabiskan waktu bersama. Dan dia adalah saudara jauhku. Dia tahu bagaimana perasaanku kepadanya sejak dulu, tapi aku meyakinkan dia bahwa perasaanku kepadanya yang sekarang sudah tidak sama seperti dulu. Itu suara bibirku, suara hatiku? Hanya Tuhan dan orang-orang tertentu saja yang tahu. 


Kedua, si 2023. 

Dia hadir dalam keadaanku yang sedang tidak baik-baik saja karena aku kembali dijauhkan dari anak lagi dan patah hati kedua kalinya oleh Ayahku. Itu bulan September. Kita sering bertemu secara tidak sengaja dan sudah pasti kita sudah saling mengenal sebelumnya. Tapi baru 2 kali kita menghabiskan waktu bersama. September 2023 dan bulan September 2024 ini. Hubungan kami baik-baik saja. Dia juga sudah pernah tahu bagaimana perasaanku kepadanya, dulu. Sekarang? 


Ketiga, si awal 2024.

Dia adalah seorang pengajar dan sarjana S2. 

Tentu saja kami sangat nyambung saat mengobrol. Bahkan tidak pernah ada satu topik pun yang ketika kami membahasnya menjadi basi. Kita bisa sama-sama saling mengimbangi. Tapi ketika dia mengatakan bahwa aku hanya akan menjadi seseorang yang sementara di perjalanan hidupnya, aku tidak bisa untuk berpura-pura setuju dengan rencananya itu. Meskipun bisa saja aku sekarang menemuinya lagi, tapi aku sudah terlanjur mengecewakannya. 


Keempat, si bulan lalu.

Aku sedang mencoba untuk mengenal pribadinya lebih dalam. Aku juga sedang berusaha untuk membuka diri dengan kejujuran yang sedikit demi sedikit aku ungkapkan kepadanya. 

Sejauh ini berjalan dengan baik. Tapi aku tidak berharap banyak kepada orang yang baru. Aku sudah tahu dan sudah paham bagaimana dunia ini berjalan. Jadi aku sedang mempelajari juga agar aku tidak kecewa dengan sikap yang sejatinya sangat penting untuk aku lakukan. 

Lagi pula dia bukanlah orang yang pertama. 

Aku sudah mengenal banyak orang dengan berbagai macam karakter unik yang mereka punya. 


***


Dokter pun bertanya, dari kelima orang ini, yang manakah orang yang membuat hidupku bahagia pada saat ini?


Jujur saja, untuk saat ini si 2022 masih menjadi orang yang pertama. Karena aku merasa berhutang kepadanya karena pernah membantuku melewati masa-masa itu. 

Selajutnya si 2023 dengan alasan yang sama. 

Terakhir si bulan lalu. 


Padahal Dokter hanya meminta satu nama saja.


-----


Ternyata, dengan siapa kita saat ini tidak berarti apa-apa tanpa dampak positif yang dia berikan. Karena bukan tentang seberapa lama waktu bersama, melainkan seberapa jauh dia membantumu untuk menjadi pribadi yang lebih baik entah dari cara berperilaku dan berpikir dengan penuh rasa dan asa juga karsa. 


-----


Dampak positif dan negatif setelah bertemu psikiater dan pengobatannya.