Official Blog of Nugi Nugraha || Member of Google Corp & Blogger - Since 2011 || Copyrights 2011 - 2024 by Personal Blog & Google

Senin, 30 Januari 2017

Cerita dari Negeri Amerika (Part 11)



Sekarang aku tinggal di kota kecil dengan hamparan pantai yang begitu indah. 

Tentu saja tidak ada seorang pun yang tau. Setelah sekian lama aku bekerja di kantor intelijen terbesar di Amerika itu, aku mengalami banyak perubahan dalam hidup. Selain memang pekerjaannya yang tidak pernah aku inginkan, lingkungannya pun sangat terlalu jauh diluar nalar yang dipikirkan manusia normal. 

Seperti tidak ada lagi privasi yang aku miliki, rasanya seperti hidup disebuah layar monitor dengan disaksikan oleh jutaan orang, kemana pun rasanya ada yang mengikutiku, bahkan di kamar mandi sekalipun. 


***


Aku masih ingat saat mendapatkan tugas kesekian kalinya. 


Saat itu aku sudah mendapatkan fasilitas pekerjaan yang menunjang. Kendaraan yang terbilang cukup bagus, ponsel yang canggih bahkan belum pernah ada di pasaran. Memang, itu ponsel yang khusus dibuat di tempatku bekerja saja. Selain bisa dengan mudahnya menerima pemberitahuan dari server pusat, ponselku juga bisa dijadikan selayaknya penjaga pribadi. 

Entahlah, intinya itu hanya satu dari kesekian benda ajaib yang pernah aku dapatkan. 


*


Pada suatu malam, aku sedang berada di apartemenku karena setelah seharian mengurusi masalah di kantor. Tentu saja dengan berbagai laporan dari hasil kerjaku selama beberapa bulan terkahir. Aku pernah menjadi asisten penyelidikan, asisten peneliti laboratorium, hingga aku sendiri yang terjun langsung ke lapangan. Aku juga pernah menjadi mata-mata untuk orang-orang tertentu, dari orang biasa hingga orang-orang yang terbilang cukup penting keberadaan dan pekerjaannya.


Hidup memang tidak pernah bisa diprediksi. Aku yang awalnya hanya seorang anak kampung dari kota pinggiran di Indonesia, kini aku harus bekerja pada sebuah lembaga besar di Amerika.


Aku sudah mempunyai segalanya. Uang, tabungan, tempat tinggal yang cukup nyaman, relasi yang banyak, dan yang terpenting adalah keterampilan.

Cinta?


*


Tiba-tiba ponselku bergetar, ada pesan masuk dari server pusat. Ternyata aku harus menyelidiki identitas seseorang yang baru tinggal di negara ini. Tentu saja dia sama sepertiku dulu, dia pendatang. 


Aku melihat profilnya dengan sangat rinci. Ternyata dia berasal dari negara yang sama denganku. Dia adalah seorang ahli IT untuk sebuah perusahaan ternama di Washington DC. Usianya 10 tahun lebih tua dariku. Dia datang bersama keluarga kecilnya. 

Malam itupun aku lanjutkan dengan mencoba membuka semua info tentangnya. 


Aku baru sadar, apakah aku dulu juga diperlakukan seperti ini? Entahlah.

Aku harus tidur. Besok aku harus segera mencari tahu tentang dia lebih lanjut. Memata-matai?

Apalagi dia adalah ahli dalam bidang yang aku sendiri kurang kuasai. Ya, aku benci kemajuan teknologi. 


Aku pun tertidur.


*


Pagi hari.


Namanya sangat tersohor di Indonesia.

Dari beberapa data yang aku baca, salah satunya dia pernah menyelesaikan pendidikannya di sebuah universitas ternama di Indonesia dan menyandang gelar sarjana S.Kom, yaitu jurusan cyber security. 

Dia bekerja pada pemerintah dan perusahaan swasta. Selain menjadi konsultan keamanan cyber, dia juga bekerja sebagai analis, arsitek teknologi, hingga menjadi dosen tetap di kampus ternama di Indonesia dan sering diundang ke berbagai negara termasuk kedatangannya kali ini ke Amerika. 


Pantas saja jika sebuah lembaga ternama tempatku bekerja harus ikut serta menjadi bagian terpenting untuk memantau pergerakannya selama di sini. 


*


Oh iya, dua hari yang lalu aku sudah berada di California. Tepatnya di Palo Alto. Di sini ada sebuah universitas terbesar dan ternama yaitu Standford University. 

Meskipun swasta, tapi banyak orang yang mau menempuh pendidikannya di sini. Karena sudah sangat terkenal menelurkan banyak orang sukses dan terkenal. 


Di sebuah tempat kopi yang tidak jauh dari kampus, aku duduk sambil pura-pura sibuk membaca buku dan sesekali meminum vanilla latte juga menghisap rokok mentol kesukaanku.

Aku memperhatikan seorang pria bersama pasangannya yang terlihat sedang asyik berfoto. Sudah bisa dipastikan jika itu adalah istrinya. Jangankan istrinya, anak berserta nama-nama keluarga dan teman-temannya saja aku sudah mengetahuinya.


Aku menyalakan rokok untuk kesekian kalinya, sedangkan kopiku sudah tinggal setengah gelas lagi. Buku yang dari tadi aku baca juga tidak menarik. Sangat membosankan. 

Tiba-tiba seseorang menghampiriku dan meminjam korek. Orang itu adalah dia. Dia yang sedari tadi aku perhatikan. 

Mungkin karena memang budaya asalnya suka basa basi, selain berterima kasih, kemudian dia bertanya, "Dari mana?" 

Aku harus berakting sebaik mungkin. 

Aku jawab saja dari Indonesia juga. Di sini baru 1 tahun bekerja di sebuah hotel. Karena ingin mencari pengalaman dan mencoba tinggal jauh dari rumah. 

Dia pun bercerita maksud dan tujuannya datang kesini, yaitu sedang menghadiri sebuah acara. Aku pun dikenalkan dengan istrinya. 

Kebetulan juga mereka baru menikah dan menggunakan kesempatan ini untuk berbulan madu juga. 

Dia bertanya tentang diriku lebih jauh. Pernah sekolah di mana, hotel apa, kenapa bisa sampai bekerja di sini dan pertanyaan-pertanyaan yang sudah pasti aku jawab dengan sebuah kebohongan tapi tetap meyakinkan.


Karena aku merasa sudah cukup lama duduk di sana, apalagi obrolan kami yang aku pikir akan menjadi sesuatu yang tidak baik untuk pekerjaanku di mana ada aturan bahwa aku tidak boleh berkontak langsung dengan target. 

Aku pun pamit dan pergi. 


Sebenarnya tidak sulit dan tidak mudah juga perkerjaanku pada saat itu. Di mana aku harus mengikuti orang selama keberadaannya di sini. Apakah dia bertemu seseorang yang dicurigai, mengunjungi tempat-tempat yang tidak seharusnya, atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuannya ketika datang ke negara ini. 


***


Kemudian aku mendapat tugas 

untuk datang ke negara asalku, Indonesia.

Harus senang atau?


Next